Informasi
Hubungi Redaksi IAINews melalui email : humas@iai.id
Floating Left Ads
Floating Right Ads
banner 950x90

Distribusi Obat Hewan: Peluang Besar, Tantangan Tak Kalah Berat

Distribusi Obat Hewan
banner 120x600
banner 468x60

Makassar, IAINews — Bisnis distribusi obat hewan di Indonesia diproyeksikan menjadi salah satu sektor strategis yang terus tumbuh seiring meningkatnya kebutuhan pangan asal hewan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan hewan. Isu ini menjadi salah satu sorotan penting dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia (PIT IAI) 2025 yang diselenggarakan di Hotel Claro, Makassar, Sulawesi Selatan, akhir Agustus lalu. Kegiatan rutin tahunan tingkat Nasional bagi profesi apoteker dari seluruh Indonesia ini mengambil tema besar “Navigating the Future of Pharmacy: Partnership, Innovation, and Collaborative Breakthroughs in Healthcare.”
Distribusi Obat Hewan

Dalam salah satu sesi simposium yang berlangsung hangat pada sore hari, apt. Sofyan, seorang praktisi berpengalaman di bidang distribusi produk veteriner, tampil sebagai pembicara. Dipandu oleh apt. Hanky Febriandi, S.Farm sebagai moderator, sesi ini menjadi salah satu yang paling interaktif dan inspiratif di antara rangkaian kegiatan PIT IAI tahun ini. Dengan gaya penyampaian yang ringan namun berbobot, sang moderator berhasil menjaga focus dan antusiasme peserta tetap tinggi — bahkan sempat mencairkan suasana lewat pantun spontan yang mengundang tawa seluruh ruangan dan membuat suasana lebih cair. Alhasil, diskusi berjalan lancar dan interaktif hingga akhir sesi.

Iklan ×

Melalui paparannya, Sofyan menegaskan bahwa distribusi obat hewan memiliki posisi vital dalam menjaga mutu, keamanan, dan efektivitas produk hingga sampai ke tangan pengguna akhir seperti dokter hewan, peternak, maupun pemilik hewan peliharaan.

Baca Juga  1.000 Peserta Meriahkan Senam Obat Sehat di World Pharmacist Day 2025 Bengkulu

“Distribusi yang tidak sesuai standar bisa menurunkan kualitas produk, bahkan membahayakan kesehatan hewan,” ujarnya.

Ia juga menekankan bahwa di era modern, rantai distribusi obat hewan harus mampu beradaptasi terhadap sistem digital, transparansi data, dan standar Good Distribution Practice (GDP) agar dapat menjamin keamanan produk dari produsen hingga pengguna akhir.

 

Peluang Bisnis: Pasar Domestik hingga Ekspor

Dari sisi peluang bisnis, sektor ini memiliki prospek yang luar biasa besar.  Pertumbuhan industri farmasi hewan kian menjanjikan. Populasi ayam broiler yang menembus 3 miliar ekor per tahun, peningkatan konsumsi daging nasional, serta tren “pet food dan pet care” yang tumbuh hingga 10% per tahun, menjadi bukti tingginya kebutuhan akan obat-obatan hewan.

Selain itu, meningkatnya kesadaran pemilik hewan untuk rutin melakukan vaksinasi dan pemberian suplemen juga menjadi motor penggerak. Momentum darurat kesehatan hewan, seperti wabah flu burung atau penyakit mulut dan kuku (PMK), turut mendongkrak permintaan. Pada 2024 misalnya, pemerintah menyerap 46 juta dosis vaksin senilai Rp. 980 miliar, serta mengalokasikan Rp1,8 triliun untuk obat hewan dan desinfektan.

Baca Juga  Banyak Cara Edukasi Tentang Bahaya Resitensi Antibiotik, Salah Satunya dengan KARINA

“Pasar domestik yang besar ditambah peluang ekspor menjadikan bisnis distribusi obat hewan memiliki prospek jangka panjang,” terang Sofyan.

Tantangan: Regulasi, Logistik, dan Persaingan

Namun, di balik peluang tersebut, pelaku usaha juga dihadapkan pada tantangan besar. Regulasi yang terus diperbarui dinilai masih menimbulkan kendala, khususnya pada proses perizinan berbasis digital. Penggunaan antibiotik secara masif pada skala peternakan komersial juga menimbulkan ancaman resistensi antimikroba.

Masalah logistik dan kepabeanan akibat luasnya wilayah Indonesia juga ikut memperlambat distribusi, terutama untuk produk impor. Di sisi lain, lemahnya pengawasan hukum memicu maraknya peredaran obat hewan ilegal dan produk palsu secara daring.

“Tantangan lain adalah tingginya ketergantungan pada bahan baku impor, fluktuasi nilai tukar rupiah, serta persaingan ketat antar perusahaan yang jumlahnya semakin bertambah,” jelas Sofyan.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Sofyan menekankan pentingnya peran strategis apoteker dalam setiap rantai distribusi — mulai dari penanggung jawab teknis (PJTOH), pengelola mutu, hingga inovator dalam sistem manajemen rantai pasok berbasis digital. Ia juga menyoroti peluang besar bagi pengembangan produk lokal berbasis bahan herbal sebagai langkah menuju kemandirian industri veteriner nasional.

Baca Juga  Meriahnya Suasana Menjelang Pembukaan PIT IAI 2025

Strategi dan Rekomendasi

Untuk menjawab tantangan tersebut, Sofyan menekankan pentingnya peran strategis apoteker yang lebih luas dalam setiap rantai distribusi — mulai dari Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PJTOH), pengelola mutu, hingga penggerak inovasi di sektor distribusi. Ia juga mendorong adopsi teknologi digital, sistem traceability, serta pengembangan produk lokal berbasis herbal sebagai substitusi impor.

“Kolaborasi dengan pemerintah, asosiasi, dan pelaku industri harus diperkuat. Dengan distribusi yang terjamin mutu, aman, dan efisien, kita bisa membangun bisnis obat hewan yang tangguh dan berdaya saing,” pungkasnya.

Secara keseluruhan, bisnis distribusi obat hewan di Indonesia berada di jalur pertumbuhan yang kuat. Namun, keberhasilan sektor ini sangat ditentukan oleh kemampuan pelaku usaha dalam beradaptasi dengan regulasi, menjaga mutu, serta membangun jejaring distribusi yang berkelanjutan.

PIT IAI 2025 kembali membuktikan perannya sebagai wadah ilmiah dan profesional yang tidak hanya menyoroti isu farmasi manusia, tetapi juga memperluas cakupan pembahasan pada sektor veteriner yang tak kalah penting. Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, para apoteker Indonesia diharapkan dapat mengambil bagian aktif dalam memperkuat ketahanan farmasi nasional — dari manusia hingga hewan, demi kesehatan yang menyeluruh (One Health).

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

banner 950x90