Saat Kepatuhan Dosis Tidak Lagi Cukup
Dahulu, tantangan utama Apoteker dalam edukasi obat adalah memastikan pasien patuh pada dosis. Apoteker kini menyadari bahwa kepatuhan pasien tidak melulu dipengaruhi oleh pemahaman informasi obat. Ada beberapa faktor di luar obat, seperti kondisi sosial ekonomi, akses, atau norma budaya yang diidentifikasi sebagai Social Determinants of Health (SDH), bisa menjadi penghalang utama.
Program Studi Apoteker Universitas Islam Indonesia (UII) merespon hal ini dengan memperluas misi pendidikannya. Mahasiswa selain dibekali dengan ilmu kefarmasian juga diberi pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya promosi kesehatan. Alumninya dicetak sebagai apoteker mumpuni dan Health Advocate (Advokat Kesehatan) serta Agent of Change (Agen Perubahan) yang siap mengurai kompleksitas SDH di komunitas.
Inilah landasan yang menjadikan perkuliahan Promosi Kesehatan di UII terintegrasi langsung dengan praktik lapangan, melahirkan Apoteker yang mampu menjadi penghubung antara ilmu farmasi dan realitas masyarakat.

Strategi UII: Memimpin Perubahan dengan Model HEPP
Untuk menghasilkan program yang berdampak nyata, Farmasi UII membekali mahasiswa dengan kerangka perencanaan global: The Health Education/Promotion Planning Model (HEPP). Model ini memaksa mahasiswa untuk berpikir sistemik:
- Analisis & Teori: Memahami masalah dari sisi farmakologi sekaligus sosial-ekonomi komunitas.
- Fondasi Komunitas: Pembelajaran mencakup teori tingkat individual (seperti Health Belief Model) dan teori tingkat Ekologis (Social Marketing) untuk memahami perubahan sistem.
- Sasaran Akuntabel: Semua rencana diwajibkan menggunakan kerangka SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound), memastikan program dapat diukur keberhasilannya.

Kompetensi Inti UII: Menguasai Metode Interaktif & Digital
Titik paling strategis dalam kurikulum UII adalah pengembangan keterampilan implementasi yang adaptif dan modern. Mahasiswa ditantang untuk menguasai berbagai metode dan media:
1. Penyuluhan Interaktif
Penyuluhan tidak lagi hanya sekadar ceramah. Apoteker UII dilatih untuk membuat Penyuluhan Interaktif yang memikat:
- Menciptakan Ice Breaking yang relevan untuk mencairkan suasana.
- Merangkai Power Words dan tampilan presentasi yang memikat.
- Melibatkan Teknologi (misalnya, live polling atau kuis cepat) untuk menjaga engagement audiens.
2. Aksi Pemasaran Sosial Digital
Mahasiswa wajib merancang konten di platform seperti TikTok dan media sosial lainnya. Ini adalah latihan penting untuk menjaga kredibilitas profesi sambil memanfaatkan tren viral untuk menyebarkan pesan edukasi obat yang aman.
3. Fragmen dan Konseling
Melatih mahasiswa menggunakan Fragmen (Drama/Role-Play) untuk mensimulasikan situasi konseling yang sulit (misalnya, menghadapi pasien yang enggan berobat karena masalah biaya). Hal ini mengasah keterampilan advokasi empatik yang penting saat berhadapan dengan SDH.
Semua praktik ini diakhiri dengan simulasi unjuk kerja yang dinilai secara peer assessment (penilaian sejawat), menjamin mahasiswa memiliki standar kualitas kerja yang tinggi.

Apoteker Masa Depan Adalah Pemimpin Kesehatan
kurikulum yang terintegrasi antara teori, manajemen program, dan praktik adaptif ini, menjadi jalan Prodi Profesi Apoteker UII mencetak Apoteker yang siap menjalankan peran barunya.. Apoteker UII disiapkan untuk menjadi Health Advocate yang tidak hanya memastikan obat efektif dan aman, tetapi juga mampu mengadvokasi kebijakan atau menggerakkan sumber daya komunitas agar pasien dapat mengakses dan menggunakan obatnya dengan optimal.
Kurikulum promosi kesehatan apoteker UII ingin menjadikan apoteker sebagai pilar utama sistem kesehatan di Indonesia, siap berperan sebagai pendidik masyarakat, advokat kesehatan dan agen perubahan di komunitas dimana ia tinggal dan berpraktik.

















