INI kisah lain tentang diksi positif. Seorang ibu paruh baya pernah datang ke apotek dengan wajah lelah. Ia baru saja pulang dari kontrol rutin penyakit darah tingginya.
“Ah, rasanya percuma minum obat tiap hari, sakit saya kok nggak hilang-hilang juga,” katanya lirih kepada apoteker.
Sang apoteker lalu tersenyum, menepuk lembut tangan si ibu, dan berkata, “Bu, obat ini bukan berarti tidak bekerja. Justru karena ibu rajin minum obat, tekanan darah ibu bisa terkendali. Jangan anggap ini akhir, anggap saja ini langkah menjaga tubuh tetap kuat”.
Mendengar kata-kata itu, wajah ibu tersebut berubah. Senyumnya kembali muncul, matanya lebih berbinar, dan ia pulang dengan hati yang lebih ringan.
Kisah ini sederhana, tapi menyimpan pesan penting: kata-kata positif bisa menjadi teman berharga dalam pengobatan.
Saat seseorang sakit, tubuhnya lemah, pikirannya penuh kekhawatiran, dan hatinya kadang mudah goyah. Di titik itulah, ucapan yang mengandung harapan bisa menjadi “obat tambahan” yang memberi semangat untuk terus berjuang.
Banyak orang mengira obat hanya berupa pil, kapsul, atau sirup. Padahal, ada satu resep lain yang sama pentingnya, yaitu diksi positif.
Diksi positif adalah pilihan kata-kata yang memberi energi baik, membuat pasien merasa didukung, dan menumbuhkan keyakinan bahwa kesembuhan bisa dicapai.
Kata-kata seperti “Kamu bisa melewati ini,” atau “Setiap hari kamu makin kuat,” terdengar sederhana, tapi dampaknya besar bagi orang yang mendengarnya.
Coba bayangkan dua situasi berikut. Pertama, seseorang mendengar ucapan, “Penyakitmu ini susah sekali disembuhkan”. Hati siapa yang tidak ciut mendengarnya?
Pasti langsung terasa berat dan hilang motivasi. Lalu bandingkan dengan ucapan kedua, “Penyakit ini memang butuh waktu, tapi dengan obat dan pola hidup sehat, kamu bisa tetap kuat dan tetap bisa beraktivitas”. Kalimat ini lebih menenangkan, memberi harapan, dan membuat orang ingin terus berusaha.
Selain memberi semangat, diksi positif juga membantu mengurangi stres. Kita tahu bahwa stres berlebihan bisa memperburuk kondisi kesehatan.
Saat seseorang terus mendengar kata-kata negatif, tubuhnya bisa menjadi tegang, tidur terganggu, bahkan daya tahan tubuh menurun.
Sebaliknya, kata-kata penuh harapan bisa membuat hati lebih tenang, pikiran lebih jernih, dan tubuh lebih siap untuk pulih.
Ada penelitian yang menunjukkan bahwa pikiran positif dapat meningkatkan sistem imun. Jadi, kata-kata baik bukan sekadar motivasi, tapi benar-benar bisa berdampak pada kesehatan fisik.
Menarik, diksi positif adalah resep gratis. Tidak perlu uang, tidak perlu antre di apotek, dan tidak ada efek samping buruk.
Kita semua bisa memberikannya kapan saja dan kepada siapa saja. Bahkan bukan hanya untuk orang lain, tapi juga untuk diri sendiri.
Mengucapkan hal-hal positif pada diri, seperti ‘Saya sedang dalam proses sembuh’, atau ‘Setiap hari saya semakin sehat’, bisa menjadi bentuk dukungan untuk jiwa dan raga kita.
Kabar baiknya, diksi positif tidak harus berupa kalimat panjang. Kadang cukup dengan kata sederhana seperti ‘semangat’, ‘hebat’, atau ‘kamu bisa’, itu sudah mampu memberi dorongan. Ucapan kecil bisa jadi besar artinya, apalagi bagi orang yang sedang merasa rapuh.
Karena itu, mari kita mulai membiasakan diri menggunakan diksi positif yang menumbuhkan harapan.
Saat ada teman, keluarga, atau bahkan diri kita sendiri sedang berjuang dengan pengobatan, jangan biarkan kata-kata negatif mendominasi.
Gantilah dengan diksi positif yang menguatkan, penuh harapan, dan membawa ketenangan.
Kesembuhan memang tidak bisa instan, tapi perjalanan menuju pulih akan terasa lebih ringan bila ditemani dengan diksi positif.
Obat dari dokter penting untuk tubuh, sementara diksi positif adalah vitamin untuk hati dan pikiran. Dua-duanya saling melengkapi.
Jadi, jangan ragu untuk membagikan ‘resep gratis’ ini. Siapa tahu, kata-kata sederhana yang kita ucapkan bisa menjadi cahaya bagi orang lain.
Ingatlah, diksi positif bukan sekadar kata-kata, ia adalah energi yang bisa mempercepat langkah menuju kesembuhan.***


















