Payakumbuh, IAINews – Dunia literasi di Sumatera Barat tengah disemarakkan dengan lahirnya program inovatif bertajuk “Aromatik Literasi: Revitalisasi Rumah Baca FLC melalui Budidaya dan Produksi Minyak Atsiri untuk Lilin dan Sabun Aromaterapi”. Program pengabdian masyarakat ini berhasil memadukan literasi dengan pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal, sekaligus menjadi angin segar bagi kebangkitan Rumah Baca Farhan Letters Collection (FLC) di Kota Payakumbuh.
Program ini digagas oleh Tim Pengabdian Masyarakat yang diketuai Neri Fadjria, S.Si, M.Si. beserta anggota timnya apt. Amelya Afryandes, M.Farm dan Trie Yuni Elfasyari, M.Farm. Selain itu, mahasiswa pun turut berpartisipasi yaitu Fathurahman dan Jaya Adha dari Akademi Farmasi Dwi Farma Bukittinggi.
Kegiatan ini didanai Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI melalui skema Pemberdayaan Masyarakat Pemula BIMA 2025. Kolaborasi ini mempertemukan dunia akademik farmasi dengan semangat literasi masyarakat, menciptakan sinergi yang unik sekaligus berkelanjutan.

“Kolaborasi ini adalah ruang bertemunya keahlian farmasi dalam pengolahan tanaman aromatik dengan semangat literasi masyarakat. Dukungan pendanaan dari Kemdiktisaintek memungkinkan program ini terimplementasi secara komprehensif,” ungkap apt. Amelya Afryandes, M. Farm, selaku anggota Tim Pengabdian Masyarakat.
Tahap sosialisasi “Aromatik Literasi” yang digelar pada 30 Agustus 2025 menunjukkan antusiasme besar. Lebih dari 60 peserta hadir, terdiri dari pelajar SMA di tiga kabupaten wilayah Sumatera Barat, yaitu Kota Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, serta komunitas literasi dari Kabupaten Tanah Datar.
Dukungan penuh juga datang dari pemerintah daerah. Pada tahap pelaksanaan tanggal 13 September 2025, kegiatan ini dihadiri Ketua Gabungan Organisasi Wanita Kota Payakumbuh, Ketua Gabungan Organisasi Wanita Kabupaten Lima Puluh Kota, serta Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Payakumbuh.
Kehadiran pejabat daerah menjadi bukti keseriusan pemerintah dalam mendukung program literasi yang berpadu dengan pemberdayaan ekonomi kreatif ini. Hal ini menunjukkan bahwa program ini tidak hanya sekadar gerakan pengabdian dari dosen dan mahasiswa Akfar Dwi Farma, melainkan dampak nyata yang langsung dirasakan oleh Masyarakat, sehingga menjadi perhatian bagi pemerintah daerah setempat.
Pelaksanaan program “Aromatik Literasi” menghadirkan lima stase pelatihan yang dirancang komprehensif. Peserta tidak hanya mendapatkan penjelasan tentang potensi tanaman aromatik lokal, tetapi juga dilatih menggunakan alat destilasi sederhana untuk memproduksi minyak atsiri.
Selain itu, mereka diajarkan membuat sabun dan lilin aromaterapi, serta praktik identifikasi dan pemanfaatan tanaman aromatik yang ada di sekitar mereka.
Konsep “Aromatik Literasi” ini melahirkan paradigma baru dalam dunia literasi. Rumah baca tidak lagi hanya menjadi tempat membaca, tetapi juga berfungsi sebagai pusat pengembangan ekonomi kreatif. Produk yang dihasilkan berupa minyak atsiri, lilin, dan sabun aromaterapi memiliki nilai ekonomi tinggi dan bisa membuka peluang usaha berbasis literasi lokal.
“Model ini bisa direplikasi di seluruh Indonesia sebagai jawaban atas tantangan digitalisasi dan menurunnya minat baca generasi muda,” tambah Neri Fajria selaku Ketua Tim Pengabdian Masyarakat, yang merupakan dosen Akfar Dwi Farma Bukitinggi.
“Kami berharap program ini tidak hanya bermanfaat bagi Masyarakat di sekitar Rumah Baca FLC Kota Payakumbuh ini, tapi juga dirasakan manfaatnya di seluruh Indonesia,” lanjutnya.

Tahap evaluasi program Aromatik Literasi akan dilakukan pada 11 Oktober 2025. Evaluasi ini menjadi sangat penting, bukan hanya untuk menilai kualitas produk yang dihasilkan, tetapi sekaligus menilai dampaknya terhadap kebangkitan Rumah Baca FLC Kota Payakumbuh. Evaluasi ini penting untuk memastikan keberlanjutan serta membuka peluang pengembangan program di masa mendatang. Target utama tetap sama, yakni menghidupkan kembali Rumah Baca FLC agar menjadi pusat literasi yang relevan dan menarik bagi masyarakat, khususnya generasi muda.
Program “Aromatik Literasi” membuktikan bahwa inovasi terbaik lahir dari sinergi lintas sektor. Kolaborasi antara institusi pendidikan tinggi farmasi dan komunitas literasi melahirkan ide yang bukan hanya mendukung budaya membaca, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan dukungan pendanaan pemerintah, model kemitraan akademisi-komunitas dalam pengembangan program “Aromatik Literasi” ini berpotensi menjadi inspirasi nasional bagi daerah lain di Indonesia.
—


















