JIKA kamu atau temanmu sering mengalami perut kembung, nyeri, atau bolak-balik ke toilet tanpa sebab jelas, kemungkinan itu gejala Irritable Bowel Syndrome (IBS).
Meski tidak mengancam nyawa, IBS bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari dan membatasi interaksi sosial.
Kabar baiknya, penelitian menunjukkan diet rendah FODMAP mampu membantu meredakan gejala, sehingga menjadi solusi praktis untuk membuat hidup lebih nyaman dan aktivitas kembali lancar.
Banyak orang mengira diet ini cuma sekadar ‘pantang makanan tertentu’. Padahal, penelitian serius sudah membuktikan manfaatnya.
Dalam sebuah meta-analisis besar, diet rendah FODMAP berhasil menurunkan tingkat keparahan IBS secara signifikan dibanding diet biasa.
Studi lain menemukan bahwa sekitar 70% penderita IBS mengalami perbaikan gejala setelah menjalani diet rendah FODMAP.
Gejala yang biasanya bikin hidup tak nyaman—seperti kembung, sakit perut, diare, atau konstipasi berkurang drastis.
Dari Gejala Ringan hingga Kualitas Hidup Lebih Baik
Bukan cuma gejala fisik, diet rendah FODMAP juga membawa perubahan besar pada kualitas hidup.
Dalam beberapa penelitian, pasien melaporkan merasa lebih berenergi, lebih produktif, dan tidak lagi takut beraktivitas di luar rumah.
Bayangkan, kalau sebelumnya selalu waswas harus cari toilet darurat, kini banyak penderita IBS merasa jauh lebih bebas.
Lebih menarik lagi, diet ini tidak hanya mengurangi rasa sakit, tapi juga berdampak pada kesehatan mental.
Banyak penderita IBS yang mengalami stres dan kecemasan akibat gejalanya. Setelah menjalani diet rendah FODMAP, tingkat kecemasan mereka ikut menurun karena tubuh terasa lebih terkendali.
Hasil Penelitian yang Makin Meyakinkan
Sejumlah penelitian semakin menguatkan bukti bahwa diet rendah FODMAP memang efektif untuk penderita IBS.
Magge dan Lembo pada 2012 menemukan bahwa pasien yang mengikuti diet ini mengalami penurunan kembung, nyeri perut, dan frekuensi BAB secara signifikan.
Penelitian Lanen dan rekan-rekannya di 2021 juga menunjukkan adanya penurunan skor keparahan IBS hingga rata-rata 45 poin, disertai perbaikan kualitas hidup.
Bahkan, Monash University melaporkan pada 2019 bahwa sekitar tiga dari empat pasien merasakan gejalanya jauh lebih ringan. Meski begitu, diet ini tetap harus dijalani dengan bimbingan tenaga kesehatan agar aman.
Diet rendah FODMAP jelas punya manfaat besar untuk penderita IBS. Tapi ingat, setiap tubuh itu unik, apa yang cocok untuk satu orang belum tentu sama hasilnya di orang lain.
Selain ahli gizi dan dokter, apoteker juga punya peran penting. Mereka bisa membantu menjelaskan interaksi obat dengan pola makanmu, atau memberi saran suplemen yang aman saat menjalani diet ini.
Jadi, kalau perut sering bikin drama dan kamu bingung harus mulai dari mana, jangan sungkan tanya dulu ke apoteker. Bisa jadi, solusi hidup nyamanmu dimulai dari balik meja farmasi!
***


















