Informasi
Hubungi Redaksi IAINews melalui email : humas@iai.id
Floating Left Ads
Floating Right Ads
banner 950x90

Kisah Tiga Generasi Emas Farmasi UII: Semua Dosen Presentasi Oral Raih Predikat Terbaik di APTFI 2025

Tiga dosen, tiga generasi Farmasi UII, (kika: Hannie Fitriani, Yulianto, Farida hayati) meraih penghargaan Presenter Oral Terbaik dalam Seminas APTFI 2025
banner 120x600
banner 468x60

BANJARBARU, IAINews – Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menegaskan posisinya sebagai kiblat pendidikan farmasi inovatif. Ajang bergengsi Seminar Nasional, Presentasi Ilmiah, Workshop, dan Rapat Anggota Tahunan Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI) 30-31 Oktober 2025 di Banjarbaru, menjadi pembuktian kiprah tiga dosen Farmasi UII yang berpartisipasi dalam sesi Presentasi Oral berhasil meraih predikat Best Oral Presenter di kategori masing-masing.

Pencapaian ini menjadi perhatian utama karena melibatkan dosen dari tiga generasi yang berbeda disiplin ilmu, namun kini berkolaborasi sebagai kolega.

Iklan ×

Fakta uniknya adalah rantai mentor-murid-kolega ini: Dr. apt. Farida Hayati, M.Si (Dosen Farmakologi) merupakan dosen dari apt. Yulianto, S.Farm., M.P.H (Dosen Sosial Farmasi), yang kemudian Yulianto menjadi dosen bagi apt. Hannie Fitriani, S.Farm., M.Sc (Dosen Teknologi Farmasi). Kolaborasi lintas generasi dan lintas bidang ilmu (dari hulu Farmakologi hingga hilir Sosial Farmasi) inilah yang menjadi kekuatan utama Farmasi UII.

Berikut adalah ulasan tiga riset yang berhasil menarik perhatian dan apresiasi para akademisi farmasi nasional:

Baca Juga  Aphelion, Snowballing Gangguan Kesehatan

1. Dr. Farida Hayati: Membuka Gerbang Kolaborasi Wound Healing dengan Ikan Zebra

Mewakili pilar ilmu Farmakologi, Dr. Farida Hayati memukau audiens dengan penelitian berjudul “Efek Kombinasi Ekstrak Herba Pegagan dan Jintan Hitam terhadap Regenerasi Sirip Kaudal dan Aktivitas Enzim SOD Ikan Zebra.”

Riset ini menguji kombinasi herbal Pegagan dan Jintan Hitam dalam mempercepat penyembuhan luka dan regenerasi jaringan, menggunakan Ikan Zebra (D. rerio) sebagai model hewan. Penggunaan Ikan Zebra yang efisien dan cepat beregenerasi ini menjadi daya tarik tersendiri.

Farida Hayati menyampaikan, “Penelitian yang dipresentasikan menjadi lebih menarik karena penggunaan ikan zebra sebagai hewan model untuk mengukur regenerasi jaringan pada penelitian wound healing. Melalui presentasi ini juga membuka kolaborasi dengan peneliti dari institusi lain yang tertarik untuk mengembangkan penelitian dengan menggunakan ikan zebra sebagai hewan uji.” Apresiasi juga disampaikan untuk panitia APTFI yang sukses menyelenggarakan acara.

Baca Juga  STIKSAM Gelar Kuliah Pakar, Bahas Peran Bioinformatika dan HKSA dalam Pengembangan Obat Modern
Farida Hayati memukau audiens dengan penelitian berjudul “Efek Kombinasi Ekstrak Herba Pegagan dan Jintan Hitam terhadap Regenerasi Sirip Kaudal dan Aktivitas Enzim SOD Ikan Zebra.”

2. Hannie Fitriani: Revolusi Nano Herbal untuk Imunostimulan Jahe

Dari bidang Teknologi Farmasi, Hannie Fitriani menyajikan riset terapan berteknologi tinggi: “Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) Ekstrak Jahe (Zingiber officinale) sebagai Imunostimulan Alami dengan Evaluasi Sitokin TNF-α.”

Menjawab tantangan penyerapan senyawa aktif Jahe yang rendah, Hannie dan timnya memformulasikan ekstrak jahe ke dalam sediaan SNEDDS (nano). Penelitian ini membuktikan bahwa teknologi nano mampu meningkatkan kelarutan Jahe, sekaligus memberikan aktivitas anti-inflamasi yang signifikan melalui penekanan sitokin TNF-$\alpha$.

“Penelitian ini merupakan salah satu upaya pemanfaatan tanaman herbal, kami formulasikan menjadi sediaan nano untuk meningkatkan kelarutan dalam air, sehingga harapannya absorbsi, disolusi, serta bioavaibilitas dalam tubuh akan meningkat,” tegas Hannie, menyoroti pentingnya inovasi sediaan untuk memaksimalkan potensi kekayaan alam Indonesia.

Hannie Fitriani bersinar dengan riset terapan berteknologi tinggi: “Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) Ekstrak Jahe (Zingiber officinale) sebagai Imunostimulan Alami dengan Evaluasi Sitokin TNF-α.”

3. Yulianto: Blueprint Kurikulum “Apoteker Penggerak” Melalui Protokol THEPPM

Di bidang Sosial Farmasi, Yulianto hadir dengan riset transformatif berjudul “APOTHECARY ENDGAME: Efikasi Diri dan Peran Apoteker Penggerak dalam Pemberdayaan Komunitas Berbasis Protokol THEPPM.”

Baca Juga  Hari Farmasi Sedunia: Bukan Sekadar Seremonial Semata

Riset ini memvalidasi Protokol THEPPM (The Health Education/Promotion Planning Model), sebuah metodologi yang dikembangkan UII untuk melatih mahasiswa menjadi Apoteker Penggerak (pendidik, advokat, dan agent of change). Riset pada 100 mahasiswa pasca praktik mencatat capaian sangat tinggi (Rata-rata > 4.5) untuk persepsi peran, kualitas pembelajaran, dan efikasi diri, menegaskan bahwa model pembelajaran ini sukses mencetak lulusan yang percaya diri dan metodologis.

Yulianto menghadirkan sensasi dengan riset transformatif berjudul “APOTHECARY ENDGAME: Efikasi Diri dan Peran Apoteker Penggerak dalam Pemberdayaan Komunitas Berbasis Protokol THEPPM.”

 

Penegasan Farmasi UII sebagai Kiblat Pendidikan Inovatif

Prestasi tiga dosen dari tiga pilar ilmu yang berbeda (Farmakologi, Teknologi Farmasi, dan Sosial Farmasi) ini menjadi bukti nyata konsistensi dan kualitas unggul pendidikan di Farmasi UII.

UII membuktikan bahwa dengan kolaborasi lintas generasi dan riset berbasis terapan, mereka mampu melahirkan apoteker yang kompeten, relevan, dan memiliki dampak signifikan di tengah masyarakat global.

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

banner 950x90