BANJARBARU, IAINews – Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menegaskan posisinya sebagai kiblat pendidikan farmasi inovatif. Ajang bergengsi Seminar Nasional, Presentasi Ilmiah, Workshop, dan Rapat Anggota Tahunan Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI) 30-31 Oktober 2025 di Banjarbaru, menjadi pembuktian kiprah tiga dosen Farmasi UII yang berpartisipasi dalam sesi Presentasi Oral berhasil meraih predikat Best Oral Presenter di kategori masing-masing.
Pencapaian ini menjadi perhatian utama karena melibatkan dosen dari tiga generasi yang berbeda disiplin ilmu, namun kini berkolaborasi sebagai kolega.
Fakta uniknya adalah rantai mentor-murid-kolega ini: Dr. apt. Farida Hayati, M.Si (Dosen Farmakologi) merupakan dosen dari apt. Yulianto, S.Farm., M.P.H (Dosen Sosial Farmasi), yang kemudian Yulianto menjadi dosen bagi apt. Hannie Fitriani, S.Farm., M.Sc (Dosen Teknologi Farmasi). Kolaborasi lintas generasi dan lintas bidang ilmu (dari hulu Farmakologi hingga hilir Sosial Farmasi) inilah yang menjadi kekuatan utama Farmasi UII.
Berikut adalah ulasan tiga riset yang berhasil menarik perhatian dan apresiasi para akademisi farmasi nasional:
1. Dr. Farida Hayati: Membuka Gerbang Kolaborasi Wound Healing dengan Ikan Zebra
Mewakili pilar ilmu Farmakologi, Dr. Farida Hayati memukau audiens dengan penelitian berjudul “Efek Kombinasi Ekstrak Herba Pegagan dan Jintan Hitam terhadap Regenerasi Sirip Kaudal dan Aktivitas Enzim SOD Ikan Zebra.”
Riset ini menguji kombinasi herbal Pegagan dan Jintan Hitam dalam mempercepat penyembuhan luka dan regenerasi jaringan, menggunakan Ikan Zebra (D. rerio) sebagai model hewan. Penggunaan Ikan Zebra yang efisien dan cepat beregenerasi ini menjadi daya tarik tersendiri.
Farida Hayati menyampaikan, “Penelitian yang dipresentasikan menjadi lebih menarik karena penggunaan ikan zebra sebagai hewan model untuk mengukur regenerasi jaringan pada penelitian wound healing. Melalui presentasi ini juga membuka kolaborasi dengan peneliti dari institusi lain yang tertarik untuk mengembangkan penelitian dengan menggunakan ikan zebra sebagai hewan uji.” Apresiasi juga disampaikan untuk panitia APTFI yang sukses menyelenggarakan acara.

2. Hannie Fitriani: Revolusi Nano Herbal untuk Imunostimulan Jahe
Dari bidang Teknologi Farmasi, Hannie Fitriani menyajikan riset terapan berteknologi tinggi: “Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) Ekstrak Jahe (Zingiber officinale) sebagai Imunostimulan Alami dengan Evaluasi Sitokin TNF-α.”
Menjawab tantangan penyerapan senyawa aktif Jahe yang rendah, Hannie dan timnya memformulasikan ekstrak jahe ke dalam sediaan SNEDDS (nano). Penelitian ini membuktikan bahwa teknologi nano mampu meningkatkan kelarutan Jahe, sekaligus memberikan aktivitas anti-inflamasi yang signifikan melalui penekanan sitokin TNF-$\alpha$.
“Penelitian ini merupakan salah satu upaya pemanfaatan tanaman herbal, kami formulasikan menjadi sediaan nano untuk meningkatkan kelarutan dalam air, sehingga harapannya absorbsi, disolusi, serta bioavaibilitas dalam tubuh akan meningkat,” tegas Hannie, menyoroti pentingnya inovasi sediaan untuk memaksimalkan potensi kekayaan alam Indonesia.

3. Yulianto: Blueprint Kurikulum “Apoteker Penggerak” Melalui Protokol THEPPM
Di bidang Sosial Farmasi, Yulianto hadir dengan riset transformatif berjudul “APOTHECARY ENDGAME: Efikasi Diri dan Peran Apoteker Penggerak dalam Pemberdayaan Komunitas Berbasis Protokol THEPPM.”
Riset ini memvalidasi Protokol THEPPM (The Health Education/Promotion Planning Model), sebuah metodologi yang dikembangkan UII untuk melatih mahasiswa menjadi Apoteker Penggerak (pendidik, advokat, dan agent of change). Riset pada 100 mahasiswa pasca praktik mencatat capaian sangat tinggi (Rata-rata > 4.5) untuk persepsi peran, kualitas pembelajaran, dan efikasi diri, menegaskan bahwa model pembelajaran ini sukses mencetak lulusan yang percaya diri dan metodologis.

Penegasan Farmasi UII sebagai Kiblat Pendidikan Inovatif
Prestasi tiga dosen dari tiga pilar ilmu yang berbeda (Farmakologi, Teknologi Farmasi, dan Sosial Farmasi) ini menjadi bukti nyata konsistensi dan kualitas unggul pendidikan di Farmasi UII.
UII membuktikan bahwa dengan kolaborasi lintas generasi dan riset berbasis terapan, mereka mampu melahirkan apoteker yang kompeten, relevan, dan memiliki dampak signifikan di tengah masyarakat global.
















