STROKE merupakan kondisi medis serius yang terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu atau berhenti, baik karena pembuluh darah pecah (stroke hemoragik) atau tersumbat (stroke iskemik).
Gangguan ini menyebabkan sel-sel otak tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi, sehingga mulai mati dalam hitungan menit.
Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan otak permanen, kecacatan jangka panjang, atau bahkan kematian.
Bila dirinci jenis stroke terdiri atas tiga, yaitu :
- Stroke iskemik
Terjadi ketika ada penyumbatan pada pembuluh darah yang menuju otak, biasanya akibat gumpalan darah atau penumpukan plak kolesterol.
- Stroke hemoragik
Terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan menyebabkan pendarahan di dalam otak.
- Transient Ischemic Attack (TIA)
Sering disebut “mini stroke,” ini adalah kondisi sementara di mana aliran darah ke otak terputus dalam waktu singkat. Gejalanya mirip stroke tetapi biasanya hilang dalam beberapa menit hingga jam.
Stroke, yang dulunya dianggap sebagai penyakit orang tua, kini semakin banyak menyerang kaum muda, terutama Generasi Z.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 15 juta orang di seluruh dunia mengalami stroke setiap tahunnya, dan sekitar 10% di antaranya berusia di bawah 50 tahun.
Di Indonesia, kasus stroke pada usia muda juga menunjukkan tren yang meningkat. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada tahun 2020, sekitar 12% kasus stroke terjadi pada usia 15-44 tahun.
Data ini menunjukkan bahwa stroke tidak hanya menyerang orang tua, tetapi juga dapat menyerang kaum muda.
Untuk tahun 2023, prevalensi stroke di Indonesia mencapai 8,3 per mil dari seluruh populasi. Di kalangan usia muda, khususnya 15-24 tahun, prevalensi stroke adalah 0,1 per mil, sedangkan untuk kelompok usia 25-34 tahun, angkanya sedikit lebih tinggi, yaitu 0,5 per mil.
Data lain menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kasus stroke pada usia muda sebesar 67% selama satu dekade terakhir.
Faktor-faktor risiko stroke pada usia muda meliputi gaya hidup kurang baik, seperti pola makan tidak teratur, kurang aktivitas fisik, stres, dan faktor genetik.
Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, tumbuh dalam era digital yang memungkinkan mereka mengakses berbagai informasi dan teknologi dengan mudah.
Namun, pola hidup mereka juga dapat meningkatkan risiko stroke.
Beberapa faktor yang berperan dalam hal ini adalah:
1.Kurangnya aktivitas fisik
Generasi Z cenderung lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar daripada melakukan aktivitas fisik.
- Diet yang tidak seimbang
Konsumsi makanan yang tinggi gula, garam, dan lemak dapat meningkatkan risiko stroke.
- Stres dan tekanan
Generasi Z menghadapi tekanan yang besar dalam hal akademis, karier, dan sosial media.
- Kurangnya tidur
Kurang tidur dapat meningkatkan tekanan darah dan risiko stroke.
Stroke yang terjadi pada usia produktif disebabkan faktor jantung bawaan, gangguan katup jantung yang tidak sempurna, atau kelainan darah di otak.
Untuk usia muda yang sudah terkena stroke rata-rata bawaan atau ada riwayat stroke dari keluarga, semisal bapak atau ibunya ada yang terkena stroke atau riwayat hipertensi, maka harus waspada.
Kalau gaya hidup dan pola makan tidak diatur, tak menutup kemungkinan bisa terserang stroke dan serangannya secara tiba-tiba.
Stroke yang menyerang usia muda rata-rata terjadi pendarahan pada otak, disebabkan hipertensi serta adanya kelainan darah yang kental dan kelainan pembuluh darah.
Usia produktif yang sudah terserang stroke akan terancam mengalami stroke yang berulang kali.
Peran Apoteker dalam Edukasi Pola Hidup Sehat
Apoteker memiliki peran penting dalam edukasi pola hidup sehat untuk mencegah stroke pada usia muda.
Apoteker dapat memaksimalkan perannya dalam mengedukasi masyarakat tentang faktor risiko stroke. Apoteker dengan pengetahuan yang dimiliki dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor yang meningkatkan risiko stroke, seperti pola hidup yang tidak sehat.
Selain itu, Apoteker juga dapat mengajarkan cara hidup sehat. Apoteker dengan segala pengalamannya dapat memberikan tips dan saran tentang cara hidup sehat, seperti mengatur pola makan, melakukan aktivitas fisik, dan mengelola stres.
Lebih lanjut, Apoteker dapat secara langsung mengawasi penggunaan obat. Apoteker dapat memantau penggunaan obat pada pasien stroke dan memberikan edukasi tentang cara penggunaan obat yang tepat.
Bahkan, dengan sedikit sentuhan inovasi, Apoteker dapat mengembangkan program edukasinya. Apoteker dapat mengembangkan program edukasi kesehatan tentang stroke untuk generasi muda, baik di sekolah, komunitas, maupun melalui media sosial.
Dengan peran ini, apoteker dapat membantu generasi muda memahami tentang stroke dan bagaimana mencegahnya, sehingga mereka dapat hidup lebih sehat dan bahagia.
Fenomena serangan stroke pada usia muda merupakan tantangan bagi Generasi Z. Dengan memahami faktor-faktor yang berperan dan melakukan pencegahan yang tepat, kita dapat mengurangi risiko stroke dan meningkatkan kualitas hidup.
Apoteker memiliki peran penting dalam edukasi pola hidup sehat untuk mencegah stroke pada usia muda. Mari kita ubah pola hidup kita untuk hidup yang lebih sehat dan bahagia!***


















