Informasi
Hubungi Redaksi IAINews melalui email : humas@iai.id
Floating Left Ads
Floating Right Ads
banner 950x90

Apoteker dan TEMAN, Model Baru Penanggulangan TB dari Apoteker Penyuluh TB PD IAI Sulsel

Apoteker dan TEMAN
banner 120x600
banner 468x60

APOTEKER dan ‘TEMAN’ (Training-Education-Monitoring-Adherence-Networking) adalah model baru dalam penanggulangan tuberkulosis (TB) yang akan berfokus pada pentingnya sinergi dan peran aktif apoteker. Melalui kerangka kerja TEMAN, model ini diperkenalkan oleh Perhimpunan Apoteker Penyuluh TB Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia (PD IAI) Sulawesi Selatan (Sulsel). Perhimpunan ini telah setahun dibentuk dan telah berkolaborasi bersama mahasiswa/i calon apoteker dari semua kampus Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker (PSPPA) di Sulsel yang melaksanakan PKPA di Puskesmas.

https://iainews.net/setahun-apoteker-penyuluh-tb-sulsel-kolaborasi-psppa/

Iklan ×

Apoteker dan TEMAN

TB sebagai Masalah Kesehatan Utama Global dan Nasional

Tuberkulosis, yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis, tetap menjadi salah satu penyakit menular paling mematikan di dunia. Meskipun TB dapat disembuhkan, tingginya angka kasus baru dan kematian menjadikannya ancaman kesehatan masyarakat yang serius.

Indonesia merupakan salah satu dari delapan negara dengan beban kasus TB tertinggi di dunia. Data menunjukkan tingginya jumlah kasus baru dan kasus yang tidak terlaporkan:

Beban kasus TB diperkirakan 842.000 kasus baru per tahun (WHO/Kemenkes). Menunjukkan epidemi yang sangat masif, menempatkan Indonesia di urutan ketiga global. Kasus Notifikasi (2022) tercatat 724.309 kasus TB (termasuk TB Resistan Obat/TB RO). Hal ini menunjukkan upaya penemuan kasus yang meningkat, namun masih ada selisih sekitar 32% antara kasus yang terdeteksi dengan perkiraan.

Data tahun 2023 menegaskan status Indonesia sebagai negara dengan beban kasus TB tertinggi kedua di dunia, setelah India. Jumlah kasus insiden 1.060.000 kasus. Sedangkan untuk data tahun 2024 umumnya masih bersifat kumulatif hingga periode tertentu dan fokus pada target penemuan yang ditetapkan pemerintah yakni target kemenkes 900.000 kasus dan kasus TB yang dilaporkan mencapai 860.000 kasus (data hingga januari 2025).

https://www.tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2023/09/Laporan-Tahunan-Program-TBC-2022.pdf

Beban Penyakit Tinggi: Indonesia termasuk dalam negara dengan beban kasus TB tertinggi secara global. Hal ini berarti jutaan orang berisiko sakit atau telah sakit TB.

Dampak Sosial-Ekonomi: TB tidak hanya menyebabkan penyakit fisik tetapi juga kemiskinan dan stigma, yang pada gilirannya menghambat pasien mencari pengobatan dan memicu diskriminasi.

Data dalam 5 tahun terakhir menegaskan bahwa Indonesia tidak hanya bergulat dengan jumlah kasus TB yang tinggi, tetapi juga dengan “bom waktu” resistensi obat yang dipicu oleh tingkat  ketidakpatuhan OAT yang kritis. Oleh karena itu, diperlukan intervensi apoteker yang sistematis melalui model seperti TEMAN untuk memastikan kepatuhan dan mencegah krisis TB RO meluas.

Baca Juga  Peluang dan Tantangan Uji In-Silico dalam Kajian Bioaktivitas Obat

Apoteker dan TEMAN

Model TEMAN: Kerangka Kerja Terstruktur Untuk Mengoptimalkan Kontribusi Apoteker.

T: Training (Pelatihan dan Peningkatan Kompetensi)

Pilar Training (Pelatihan dan Peningkatan Kompetensi) dalam model TEMAN (Training-Education-Monitoring-Adherence-Networking) adalah fondasi utama yang memungkinkan apoteker bertransformasi menjadi penyuluh TB yang efektif dan profesional. Apoteker harus dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan mutakhir mengenai diagnosis TB, rejimen OAT, efek samping, dan teknik konseling motivasi.

Melalui pelatihan ini, penekanannya adalah dasar agar apoteker mampu menjalankan peran penyuluh secara profesional dan percaya diri. Pelatihan ini dirancang untuk menutup kesenjangan pengetahuan dan keterampilan apoteker agar dapat memberikan pharmaceutical care (pelayanan kefarmasian) yang optimal kepada pasien TB.

Tujuan utama pelatihan ini adalah memastikan apoteker memiliki kompetensi klinis dan non-klinis yang memadai untuk mendukung keberhasilan Program Penanggulangan TB Nasional, terutama dalam hal kepatuhan (adherence) pasien.

Materi utama pelatihan ini tidak hanya berfokus pada obat, tetapi juga pada aspek komunikasi, deteksi, dan sistem kesehatan.

E: Education (Edukasi dan Penyuluhan Komprehensif)

Pilar Education (Edukasi dan Penyuluhan Komprehensif) dalam model TEMAN (Training-Education-Monitoring-Adherence-Networking) adalah peran inti apoteker sebagai penyuluh kesehatan. Tujuannya adalah memberdayakan pasien TB dan keluarganya melalui informasi yang akurat, relevan, dan memotivasi. Edukasi yang komprehensif sangat penting untuk mengatasi kesalahpahaman dan mengurangi tingkat putus obat.

Apoteker adalah pendidik utama bagi pasien. Edukasi tidak hanya soal cara minum obat, tetapi juga pentingnya pengobatan jangka panjang (6-9 bulan), mengenali dan mengelola efek samping obat, serta pencegahan penularan kepada keluarga dan lingkungan.

Penekanannya dengan menunjukkan peran apoteker sebagai Penyuluh TB yang mampu mengubah perilaku pasien dari pasif menjadi aktif terlibat dalam proses penyembuhan.

Fokus utama edukasi adalah transformasi pasien dan keluarga. Edukasi TB oleh Apoteker harus bertransisi dari sekadar memberikan informasi obat menjadi edukasi perubahan perilaku (Behavior Change Communication).

Baca Juga  Menggali Potensi Alam: Inovasi Produk Kosmetik Berbasis Bahan Alami di PIT IAI 2024

Intinya, edukasi komprehensif oleh Apoteker dalam model TEMAN adalah upaya untuk mengubah pasien TB dari penerima pasif menjadi partisipan aktif dan teredukasi yang termotivasi untuk menyelesaikan pengobatan, sehingga melindungi diri sendiri dan masyarakat dari penularan dan resistensi obat.

M: Monitoring (Pemantauan Terapi dan Efek Samping)

Pilar Monitoring (Pemantauan Terapi dan Efek Samping) dalam model intervensi TEMAN adalah fungsi kritis Apoteker untuk menjamin keamanan dan efikasi pengobatan TB. Pemantauan ini bersifat berkelanjutan selama masa terapi (minimal 6 bulan) dan menjadi jembatan antara edukasi yang diberikan dengan hasil klinis yang dicapai.

Apoteker bertugas memantau kemajuan terapi (misalnya: konversi sputum, peningkatan berat badan) dan skrining adanya efek samping obat (ADR) dan interaksi obat potensial.

Penekanannya dengan pemantauan yang proaktif dari apoteker dapat mencegah putus obat akibat efek samping yang tidak tertangani, serta mendeteksi potensi resistensi lebih awal.

Pemantauan difokuskan pada dua aspek utama yaitu kepatuhan (Adherence Monitoring) dan keamanan (Adverse Drug Reaction/ADR Monitoring).

Monitoring berfungsi sebagai sistem peringatan dini. Melalui pemantauan yang cermat, Apoteker dapat mengidentifikasi masalah kepatuhan sebelum mengarah pada resistensi obat, dan mengelola efek samping sebelum menyebabkan pasien menyerah pada pengobatan. Ini adalah implementasi nyata dari tanggung jawab kefarmasian dalam menjamin keberhasilan terapi TB.

A: Adherence (Peningkatan Kepatuhan)

Pilar Adherence atau Peningkatan Kepatuhan sebagai Pilar Kunci, adalah inti dari intervensi apoteker terhadap pasien TB. Kepatuhan di sini bukan hanya sekadar patuh, tetapi merupakan keterlibatan aktif penderita dalam proses penyembuhan dirinya. Mengingat pengobatan TB berlangsung jangka panjang (minimal 6 bulan), potensi pasien untuk tidak patuh (non-adherence) sangat tinggi.

Peran Apoteker dalam Pilar Adherence yang telah terlatih dengan model TEMAN memiliki peran strategis untuk memastikan dan meningkatkan kepatuhan pasien TB melalui berbagai intervensi.

Kepatuhan (Adherence) adalah tujuan utama. Apoteker berperan sebagai problem solver dengan mengidentifikasi akar masalah ketidakpatuhan (ekonomi, lupa, efek samping, kurang motivasi) dan memberikan solusi yang dipersonalisasi.

Baca Juga  PC Balikpapan Gelar Kegiatan Apoteker Bertamu “Berantas TB Bersamamu”

Penekanannya yaitu apoteker menjadi Pengawas Menelan Obat (PMO) profesional yang teredukasi, bukan sekadar pengingat, tetapi juga motivator.

Secara keseluruhan, pilar Adherence dalam TEMAN Apoteker menempatkan apoteker sebagai pendamping dan motivator utama pasien TB untuk menyelesaikan seluruh masa pengobatan, yang pada akhirnya akan meningkatkan angka kesembuhan dan menekan laju resistensi obat.

N: Networking (Jejaring dan Kolaborasi Antar Profesi)

Pilar Networking atau Jejaring dan Kolaborasi Antar Profesi adalah elemen krusial yang memastikan bahwa peran Apoteker tidak berjalan sendiri, melainkan terintegrasi secara mulus dalam sistem pelayanan kesehatan TB secara keseluruhan. Pilar ini menekankan pentingnya kerja sama, komunikasi, dan pembentukan jejaring antara Apoteker dengan profesional kesehatan lain dan pihak terkait.

Tujuan utama dari pilar Networking adalah menciptakan lingkungan pengobatan TB yang suportif dan komprehensif, sehingga semua kebutuhan pasien dapat terpenuhi dan hambatan pengobatan dapat diatasi dengan cepat.

Keberhasilan penanggulangan TB memerlukan kolaborasi. Apoteker harus menjalin komunikasi erat dengan Dokter (perubahan rejimen obat), Perawat/Programer TB di Puskesmas (pelaporan kasus dan ketidakpatuhan), dan Kader Kesehatan.

Penekanan yakni Model TEMAN menciptakan ekosistem perawatan terintegrasi di mana pasien TB tidak merasa sendiri.

Mengapa Networking Penting?

Tanpa Networking, data monitoring kepatuhan dan ESO yang dikumpulkan oleh Apoteker mungkin tidak sampai ke dokter untuk penyesuaian terapi, dan pasien yang tidak patuh (non-adherence) mungkin tidak tertangani dengan intervensi komprehensif. Melalui Networking, Apoteker memastikan bahwa pelayanan TB adalah pelayanan multidisiplin yang berfokus pada kesembuhan pasien.

Sehingga dengan adanyanya APOTEKER dan TEMAN: Implementasi model TEMAN, peran apoteker tidak lagi hanya sebatas drug-oriented, tetapi bertransformasi menjadi patient-oriented yang berfokus pada luaran klinis pasien.

Melalui model baru dalam penanggulangan TB ini, Perhimpunan Apoteker Peyuluh TB IAI Sulsel mengajak kita untuk mendorong pemerintah, organisasi profesi (IAI), dan fasilitas kesehatan untuk secara resmi mengadopsi dan mendukung kerangka kerja TEMAN sebagai strategi nasional dalam upaya eliminasi TB.–

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

banner 950x90