Bandar Lampung, IAINews – Pertemuan Ilmiah Tahunan Daerah (PITDA) dan Pharmacy Expo 2025, sukses digelar oleh Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Pengurus Daerah Lampung pada 27–28 September 2025 di Hotel Horison, Bandar Lampung.
Acara bergengsi ini dihadiri hampir 300 peserta, baik secara luring maupun daring, dengan semangat untuk meningkatkan kompetensi, kolaborasi, dan kontribusi nyata di bidang kesehatan. Mengusung tema besar “Peran Tenaga Kefarmasian Dalam Pengobatan Komplementer Bahan Alam, Supply Chain Management Produk Farmasi Hingga Implementasi Farmasi Klinis di Rumah Sakit”, kegiatan ini menjadi ajang sinergi antara ilmu pengetahuan, praktik farmasi, dan nilai kemanusiaan yang selaras dengan semangat World Pharmacists Day 2025: “Think Health, Think Pharmacist”

Acara dikemas secara komprehensif melalui serangkaian kegiatan. Berbagai Lomba Kefarmasian telah berlangsung sejak Agustus, meliputi lomba infografis, lomba inovasi produk, lomba konseling, lomba presentasi oral dan poster ilmiah, serta penghargaan Pharmacist of the Year. Lomba diikuti oleh 28 peserta yang berasal dari berbagai daerah di Provinsi Lampung.
Puncak acara PITDA dan Pharmacy Expo dilaksanakan pada 27 September 2025 di Hotel horison, Bandar Lampung dengan rangkaian acara Seminar Nasional Kefarmasian dan Pharmacy Expo secara bersamaan. Mengangkat tema “Peran Tenaga Kefarmasian Dalam Pengobatan Komplementer Bahan Alam, Supply Chain Management Produk Farmasi Hingga Implementasi Farmasi Klinis di Rumah Sakit”, seminar ini menghadirkan para narasumber kompeten di bidangnya.
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia, apt. Noffendri Roestam, S.Si, turut hadir dan memberikan sambutan sekaligus membuka acara tersebut. Selain itu juga hadir Ketua Pengurus Daerah IAI Lampung, apt. Suwartini, S.Si., M.Kes.
“Kami berharap seminar ini dapat menjadi ajang transfer pengetahuan dan diskusi yang produktif, khususnya terkait implementasi praktik kefarmasian terkini atau peran apoteker dalam pelayanan dari hulu ke hilir,” harap Suwartini.
apt. A. Muzammil, S.Farm, Ketua Pelaksana kegiatan, menyampaikan apresiasi tinggi kepada seluruh pihak yang terlibat. “Besar harapan kami agar seluruh rangkaian acara PITDA dan Pharmacy Expo Lampung 2025 ini dapat berjalan dengan lancar. Semoga kegiatan ini tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga mempererat tali silaturahmi, serta menginspirasi kita semua untuk terus berinovasi dan berkontribusi nyata dalam pembangunan kesehatan bangsa, khususnya di Provinsi Lampung,” ujarnya.
Keberhasilan PITDA dan Pharmacy Expo Lampung 2025 ini menunjukkan komitmen Apoteker di Lampung untuk terus beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan menjawab isu-isu kesehatan kritis, mulai dari hulu di sektor industri hingga pelayanan farmasi klinis di rumah sakit.
Pharmacy Expo Lampung, menjadi sarana bagi industri farmasi, alat kesehatan, dan institusi terkait untuk memamerkan inovasi serta produk terbaru, sekaligus membuka peluang jejaring bisnis dan kolaborasi.
Rangkaian Seminar Tingkatkan Kompetensi Apoteker
Seminar Nasional PITDA 2025 menghadirkan tiga topik utama yang sangat relevan dengan isu kesehatan dan farmasi saat ini, menggarisbawahi peran krusial Apoteker di berbagai lini.
Sesi pertama membahas tentang Inovasi Herbal Melalui Konsep ‘Barista Jamu’. Inovasi juga menjadi fokus utama, di mana Dr. apt. Kintoko, M.Sc, mempresentasikan konsep “Barista Jamu: Bio-Colorant Bio-Function (Bcbf)”. Sesi ini dipandu secara menarik oleh apt. Dwi Ismayati, M.Clin.Pharm, seorang herbal enthusiast.
Sesi ini mendorong Apoteker untuk memanfaatkan kekayaan sumber daya alam dan budaya Indonesia, khususnya Jamu. Konsep yang menghubungkan antara rasa seperti pahit, sepet, asam dengan khasiat terapeutik, memiliki prinsip rasa yang mengarahkan khasiat (Rasayana).
Pengembangan produk herbal fungsional juga membahas penggunaan pigmen alami (Antosianin dan Betalain) sebagai agen fungsional.
“Pelayanan kesehatan tradisional dapat digunakan untuk fasilitas bagi masyarakat yang loyal dengan pengobatan herbal,” jelas Kintoko, yang merupakan Ketua Umum Apoteker Praktek Herbal Indonesia. Ia juga menjelaskan konsep jamu ala café, modalitas terapi holistic seperti juice therapy, green blood therapy dan aromatherapy.
Sesi selanjutnya menghadirkan narasumber Drs. apt. Pre Agusta Siswantoro, MBA, dipandu oleh apt. Niniek Ambarwati, S.Si, apoteker regulatori di BBPOM Bandar Lampung.
Dalam sesi bertajuk “Peran vital apoteker di industri dan distribusi farmasi dalam menjaga rantai pasok obat dari hulu hingga hilir”, apt. Pre Agusta S menyoroti tantangan industri farmasi Indonesia.
Pada pemaparannya, apt. Pre Agusta menyampaikan bahwa Apoteker Penanggung Jawab (APJ) di Industri Farmasi maupun Pedagang Besar Farmasi (PBF) memiliki peran kunci dalam menjaga kualitas produk sepanjang rantai pasok melalui implementasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Apoteker juga berperan dalam mencegah peredaran obat palsu dan diversi.
“Apoteker bertugas memastikan terpenuhinya tiga pilar utama: Quality, Affordability, dan Availability produk obat di tengah tantangan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan era digital,” jelas apt. Pre Agusta, yang saat ini menjabat sebagai Komisaris Independen PT. Enseval Putra Megatrading Tbk.
Sesi terakhir seminar kembali dipandu oleh apt. Dwi Ismayati, M.Clin.Pharm, yang menghadirkan praktisi farmasi klinis di Rumah Sakit, apt. Martianus Perangin-angin, M.Farm.Klin, sebagai narasumber. Tema yang diangkat yaitu “Peran Kritis Apoteker dalam Pengendalian Resistensi Antibiotik (PPRA)”, yang menekankan pentingnya Implementasi Farmasi Klinis di Rumah Sakit dalam mendukung Pengendalian Resistensi Antibiotik (PPRA).
apt. Martianus yang juga merupakan Ketua Himpunan Seminat Farmasi Rumah Sakit (Hisfarsi) Lampung ini menggaungkan slogan World Pharmacist Day (WPD) 2025: “Think Health, Think Pharmacist”. Materi ini membahas tugas Tim PPRA, penyusunan Pedoman Penggunaan Antibiotik (PPAB), hingga metode audit kuantitatif dan kualitatif seperti ATC/DDD dan Algoritma Gyssens untuk memastikan penggunaan antibiotik yang bijak dan tepat.
Pengabdian Masyarakat Sentuh Rasa Kemanusiaan
Rangkaian acara PITDA dan Pharmacy Expo ditutup dengan kegiatan Pengabdian Masyarakat yang dilaksanakan pada hari berikutnya, 28 September 2025, di Lapangan Kalpataru, Kemiling, Bandar Lampung.
Kegiatan diawali dengan senam bersama, dilanjutkan presentasi edukasi kesehatan kepada masyarakat oleh perwakilan apoteker. Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh apoteker dan dokter, meliputi cek tensi, konsultasi dan pemberian obat sesuai dengan indikasi. Penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah interaktif dan pembagian leaflet.
Materi penyuluhan yang diberikan yaitu Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang (DAGUSIBU) Obat dengan baik dan benar, hingga konseling penggunaan obat untuk penyakit kronis. Kegiatan ini diikuti dengan antusias oleh sekitar 200 orang apoteker dan ratusan masyarakat.
Salah seorang peserta Apoteker, apt. Syaripah Ulandari, M.Farm, berbagi pandangannya mengenai manfaat yang ia peroleh dari kegiatan ini. Ia menyoroti pentingnya kegiatan seperti ini untuk menjaga relevansi profesi.
“Kesan saya sangat positif. Acara ini berhasil menyajikan kedua sisi penting dari profesi kami. Sesi seminar membuka wawasan kami tentang perkembangan terbaru di dunia farmasi, mulai dari regulasi baru hingga penemuan obat inovatif,” tuturnya.
Menurutnya, pembaruan ilmu yang didapat di seminar sangat krusial, terutama di tengah dinamisnya dunia kesehatan. Namun, ia menekankan bahwa bagian yang paling menyentuh adalah sesi pengabdian masyarakat.
“Kami tidak hanya duduk dan mendengarkan, tapi juga turun langsung melayani masyarakat. Harapan saya semoga kegiatan seperti ini rutin dilakukan untuk wadah apoteker dalam mengembangkan ilmu dan mengaplikasikan ilmunya” lanjutnya.
Keberhasilan PITDA & Pharmacy Expo 2025 Lampung tidak hanya diukur dari meriahnya acara atau banyaknya peserta yang hadir, tetapi dari dampak nyata yang dirasakan masyarakat dan profesi. Melalui kombinasi seminar ilmiah, expo inovatif, dan kegiatan pengabdian masyarakat, IAI Lampung menunjukkan bahwa apoteker bukan hanya tenaga kesehatan di balik meja dispensing obat, melainkan garda depan pelayanan, edukasi, dan empati.
Di tengah tantangan global seperti resistensi antibiotik, distribusi obat, hingga inovasi bahan alam, apoteker Lampung membuktikan diri sebagai agen perubahan yang mampu berpikir kritis, bertindak cepat, dan berkolaborasi lintas sektor.


















