PERINGATAN Hari Kontrasepsi Sedunia (World Contraception Day/WCD) setiap tanggal 26 September berfungsi sebagai momen penting dan krusial di kalender kesehatan global. WCD bukanlah sekadar perayaan, melainkan sebuah kampanye kesadaran dunia yang digagas sejak tahun 2007 oleh koalisi organisasi internasional.
Tujuan dari WCD terangkum dalam satu visi : satu kehamilan harus menjadi kehamilan yang diinginkan dan direncanakan.
Sebelum membahas mengenai opini dan tantangan, yang perlu diketahui inti dan tujuan dari WCD yakni pemberdayaan individu, perencanaan keluarga, kesehatan publik, dan pembangunan yang berkelanjutan.
Menghadapi opini dan tantangan dalam memperingati Hari Kontrasepsi Sedunia membutuhkan strategi komunikasi dan advokasi yang sensitif, inklusif, dan berbasis bukti.
Tujuannya adalah memastikan pesan tentang hak reproduksi dan perencanaan keluarga diterima tanpa menimbulkan polarisasi.
Menghadapi Opini Sensitif Budaya dan Agama
Opini yang menentang penggunaan kontrasepsi sering kali berakar pada nilai-nilai agama dan budaya.
- Kontrasepsi dianggap ‘melawan takdir’ atau bertentangan dengan ajaran agama.
Hadapi dengan reframing (pembingkaian ulang) pesan. Alihkan fokus dari ‘pencegahan kelahiran’ menjadi ‘perencanaan keluarga dan peningkatan kualitas hidup’. Jelaskan bahwa perencanaan keluarga adalah bentuk tanggung jawab dan ikhtiar untuk memastikan anak lahir dalam keadaan orang tua siap secara mental, fisik, dan ekonomi.
- Stigma sosial bahwa kontrasepsi hanya untuk hubungan di luar nikah.
Hadapi dengan memperkuat pesan bahwa kontrasepsi adalah untuk pasangan menikah. Tekankan bahwa kontrasepsi modern adalah instrumen utama dalam program Keluarga Berencana (KB) yang bertujuan untuk mengatur jarak kelahiran, demi kesehatan ibu dan anak serta kesejahteraan rumah tangga. Ajak tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk menjadi juru bicara.
- Anggapan bahwa kontrasepsi hanya urusan perempuan.
Hadapi dengan melibatkan pria (konteks “KB Pria”), dengan secara aktif mempromosikan dan melibatkan pria dalam setiap kampanye. Gunakan slogan yang menekankan bahwa perencanaan keluarga adalah tanggung jawab bersama suami-istri. Sosialisasikan pilihan kontrasepsi pria (seperti kondom dan vasektomi).
Menghadapi Tantangan Akses dan Layanan
Tantangan operasional ini sering diperkuat oleh misinformasi dan mitos di masyarakat.
- Misinformasi dan Mitos Efek Samping Kontrasepsi.
Menghadapi hal ini lakukan edukasi berbasis bukti. Gandeng tenaga kesehatan profesional (dokter, bidan, Penyuluh KB) untuk memberikan informasi yang jelas dan akurat mengenai manfaat, risiko, dan efektivitas setiap metode kontrasepsi. Adakan sesi tanya jawab (talk show) secara terbuka untuk membongkar mitos (debunking myths).
- Keterbatasan Akses Layanan di Daerah Terpencil.
Atasi hal ini dengan advokasi kebijakan. Gunakan momentum Hari Kontrasepsi Sedunia untuk mendesak pemerintah dan lembaga terkait agar memperluas cakupan dan kualitas layanan KB gratis atau terjangkau hingga ke pelosok, serta memastikan ketersediaan berbagai pilihan alat kontrasepsi (terutama metode jangka panjang seperti IUD dan implan).
- Kualitas Konseling yang Rendah.
Bila menemukan hal ini, lakukan cara dengan fokus pada pilihan individu. Kampanye harus menekankan konsep ’hak memilih’. Pastikan setiap individu atau pasangan menerima konseling yang ramah dan komprehensif sebelum memilih kontrasepsi, sehingga pilihan yang diambil benar-benar sesuai dengan kondisi kesehatan, gaya hidup, dan kebutuhan mereka.
Strategi Komunikasi untuk Kaum Muda
Karena salah satu target utama WCD adalah kaum muda (Generasi Berencana/GenRe), komunikasi harus dilakukan dengan bijaksana.
- Penyampaian yang Tepat Usia.
Sampaikan edukasi kesehatan reproduksi dan seksual (KRS) dengan bahasa yang youth-friendly dan sesuai usia. Tujuan utamanya adalah mencegah pernikahan dini, kehamilan tidak diinginkan, dan penyakit menular seksual (PMS/IMS), bukan mendorong seks bebas.
- Media Sosial dan Kreativitas.
Manfaatkan platform digital (TikTok, Instagram, YouTube) untuk membuat konten edukatif yang ringkas, visual, dan menarik (seperti infografis atau challenge membongkar mitos).
- Peran Sebaya
Libatkan pendidik sebaya (peer educators) atau influencer kesehatan reproduksi yang kredibel untuk menjadi penyampai pesan, karena mereka dianggap lebih relevan dan dapat dipercaya oleh kelompok usia yang sama.
Di seluruh dunia, terlepas dari kemajuan teknologi kontrasepsi, jutaan perempuan masih memiliki kebutuhan kontrasepsi yang tidak terpenuhi (unmet need), seringkali karena kurangnya akses, misinformasi, atau hambatan sosial-budaya. WCD hadir sebagai pengingat kolektif bagi pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan masyarakat untuk menutup kesenjangan ini.
Dengan demikian, peringatan 26 September menjadi panggung global untuk mengadvokasi bahwa akses universal terhadap informasi dan layanan kontrasepsi yang aman dan berkualitas adalah fondasi bagi kesehatan ibu, kesejahteraan keluarga, dan kemajuan bangsa.***














