BANDAR LAMPUNG, IAINews — Penelitian tentang mikro RNA (miRNA) yang menjadi dasar pengembangan terapi dan diagnostik kanker di Indonesia dipelopori oleh Prof. Dr. dr. Asep Sukohar, S.Ked., M.Kes., Sp., KKLP, Guru Besar Bidang Ilmu Farmakologi dan Farmasi Klinis dari Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (FK Unila).
Sejak tahun 2010, Prof. Asep meneliti peran miRNA sebagai gen prediktor penyakit secara invitro, khususnya kanker hepatoseluler.
Istilah mikro RNA pertama kali diperkenalkan pada tahun 2001. Sejak itu, berbagai penelitian di Eropa mulai menelusuri potensi molekul kecil ini dalam mengatur aktivitas gen di dalam tubuh.

MiRNA memiliki ukuran sangat kecil, hanya sekitar 10–20 pasang basa, namun berperan penting dalam mengendalikan ekspresi gen yang berkaitan dengan munculnya penyakit, termasuk kanker.
Penelitian menunjukkan bahwa jenis tertentu dari miRNA, seperti miRNA-146A, dapat digunakan sebagai penanda biologis (biomarker) untuk mendeteksi keberadaan sel kanker dan membantu diagnosis kanker hati.
Menurut Prof. Asep, miRNA dapat menjadi “alat prediksi genetik” yang memungkinkan deteksi dini kanker melalui analisis ekspresi gen.
Tahapan Penelitian
Penelitian yang dilakukan Prof. Asep dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama berfokus pada pembentukan pathway dengan cara mencari genomik antikanker sebagai gen pembanding.
Setelah melalui berbagai pengujian laboratorium, ditemukan miRNA 423-3p yang kemudian ditetapkan sebagai referensi gen dan telah didaftarkan sebagai paten.
Tahap kedua berlanjut pada pencarian senyawa antikanker dari bahan alam lokal. Lampung yang dikenal sebagai penghasil kopi robusta menjadi titik awal penelitian.
Dari biji kopi robusta, tim peneliti mengekstraksi senyawa asam klorogenat melalui proses ekstraksi, fraksinasi, isolasi, dan purifikasi, kemudian mengujinya terhadap sel kanker hepatoseluler.
Hasilnya menunjukkan senyawa asam klorogenat dari biji kopi robusta memiliki potensi aktivitas antikanker yang menjanjikan.
Selain kopi, Prof. Asep dan tim juga meneliti pinostrobin dari rimpang temu kunci (Kaempferia pandurata), jatropon dan curcosune-B tanaman jarak merah (Jatropha gossypifolia.) dari seluruh bahan alami tersebut telah diuji aktivitas biologinya untuk menemukan senyawa paling efektif dalam melawan kanker.
Penelitian terakhir yang lakukan di Laboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung untuk tracking senyawa linarin dari fraksi etil asetat dalam biji melinjo (Gnetum gnemon L.).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terbukti kuat biji melinjo mengandung komponen linarin.
Tujuan dan Harapan
Prof. Asep menjelaskan, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan terapi kanker berbasis genomik dan bahan alam Indonesia.
Dengan pendekatan ini, diharapkan Indonesia tidak hanya bergantung pada obat-obatan impor, tetapi mampu menciptakan obat antikanker dari sumber daya lokal.
“Kami berharap penelitian terkait genomik antikanker ini dapat terus dikembangkan hingga ditemukan senyawa yang paling optimal untuk pengobatan kanker.” ujar Prof. Asep dalam keterangan tertulisnya.
Ia menambahkan, kombinasi riset genetik dan eksplorasi bahan alam dapat menjadi landasan penting bagi ”drug discovery” atau penemuan obat baru di masa depan.
Kontribusi bagi Ilmu dan Kesehatan
Penelitian mikro RNA yang dilakukan Prof. Asep tidak hanya memperkuat posisi Indonesia dalam bidang riset biomedis, tetapi juga memberikan kontribusi terhadap pengembangan diagnostik molekuler dan terapi personalisasi kanker.
Dengan pendekatan berbasis genetik, dokter di masa depan diharapkan dapat dikenali sejak dini dan menentukan pengobatan kanker yang lebih tepat, efektif, dan aman bagi pasien.
Sejak dimulai pada tahun 2010, penelitian yang digagas Prof. Dr. dr. Asep Sukohar, S.Ked., M.Kes., Sp.KKLP terus menunjukkan perkembangan melalui kerja sama lintas disiplin.
Pada tahun 2012, Prof. Asep menjalin kolaborasi dengan Florence University, Italia, yang kemudian membuka peluang kerja sama lebih luas dengan berbagai lembaga riset, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Prof. Asep menegaskan bahwa penelitian ini masih akan berlanjut dengan fokus pada penemuan genomic antikanker yang lebih spesifik dan pengembangan senyawa bahan aktif yang berkhasiat sebagai antikanker.
Dari Laboratorium untuk Negeri
Riset ini menjadi bukti bahwa inovasi sains dapat tumbuh dari potensi lokal. Dari biji kopi Lampung hingga rimpang temu kunci dan melinjo, alam Indonesia menyimpan berbagai senyawa aktif yang berpeluang besar menjadi kunci pengobatan kanker di masa depan.
Dengan semangat riset yang konsisten selama lebih dari satu dekade, Prof. Asep Sukohar dan timnya terus membuktikan bahwa kemajuan ilmu kedokteran tak selalu lahir dari laboratorium besar di luar negeri — tetapi bisa dimulai dari ruang penelitian di kampus negeri di ujung selatan Pulau Sumatera.***
















