YOGYAKARTA, IAINews. Dalam dunia farmasi, sebuah informasi yang akurat bukan sekadar berita, melainkan penentu keselamatan jiwa.
Prinsip inilah yang menjadi benang merah dalam pelatihan “Dasar-Dasar Jurnalistik dan Teknik Membuat Berita” yang digelar untuk mahasiswa Farmasi Universitas Islam Indonesia (UII) pada Sabtu, 18 Oktober 2025.
Kegiatan diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Keluarga Alumni Farmasi UII (FIKAF UII) bekerjasama dengan Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Islam Indonesia (UII) dan Himpunan Mahasiswa Farmasi (HIMFA).
Pelatihan ini merupakan salah satu program kerja dari FIKAF UII bidang Humas, Kerjasama, dan Kesejahteraan Anggota
Kegiatan yang berlangsung di Aula FMIPA UII tersebut tidak hanya berfokus pada teori jurnalistik konvensional seperti 5W+1H (What, Who, Where, When, Why, dan How).
Lebih dari itu, pelatihan ini mendorong para calon farmasis untuk mengambil peran aktif di garis depan dalam memerangi maraknya misinformasi dan disinformasi di bidang kesehatan.
Pelatihan ini diikuti 70 orang mahasiswa Farmasi UII, yang bertujuan meningkatkan kemampuan jurnalistik mereka, terutama dalam hal menulis narasi baik untuk berita, opini, maupun feature.
Kegiatan ini dipandu oleh moderator Sadam Bintang yang menghadirkan Dr. apt. Eka Siswanto Syamsul, M.Sc yang juga seorang jurnalis di Tim Media Nasional Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), kontributor berita online: IAI News, Amanah Ummat dan KAGAMA.id yang juga dosen di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda (STIKSAM), serta pengurus FIKAF UII.
“Pelatihan ini diharapkan dapat membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam teknik penulisan berita,’’ tutur Nabila Jelita Putri, Ketua Panitia.
‘’Kegiatan ini menjadi penting mengingat peran media dalam menyampaikan informasi yang akurat dan bermanfaat bagi untuk civitas akademik kampus Farmasi UII maupun masyarakat,’ ujar Nabila Jelita Putri.
Dr. Eka menyampaikan pentingnya pelatihan ini sebagai ajang positif untuk melatih kepekaan mahasiswa dalam berkarya jurnalistik.
“Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan daya kritis anggota muda dalam berpikir kritis terhadap fenomena yang terjadi di sekitar dan melatih kemampuan reportase maupun menyusun berita,” jelas Eka Siswanto.
Dr. Eka memaparkan mengenai teknik penulisan berita mendalam (in-depth news) yang bertujuan memberi perspektif luas kepada pembaca. Komponen utamanya adalah data, sehingga data dalam berita harus selalu faktual dan informatif.
“Kemampuan menulis berita bukan hanya bermanfaat bagi mahasiswa di bidang kesehatan, tetapi juga dapat menjadi modal berharga dalam dunia profesional. Dengan menguasai teknik penulisan yang baik, mahasiswa diharapkan mampu menyampaikan informasi kesehatan dengan cara yang menarik dan mudah dipahami oleh masyarakat luas,” ujar Dr. Eka
Materi yang disampaikan mencakup berbagai topik penting, seperti struktur berita, bagaimana teknik membuat berita, opini, dan feature.
Dr. Eka juga membekali peserta dengan materi dasar jurnalistik, seperti teknik menulis berita, prinsip 5W1H (apa siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana), serta cara melakukan wawancara efektif.
“Wawancara yang sukses bergantung pada kemampuan membangun kenyamanan dengan narasumber agar informasi yang didapat lebih mendalam dan akurat,” ujar Dr. Eka.
“Tantangan di era digital bukan lagi pada kurangnya informasi, tetapi pada banjirnya informasi yang tidak terverifikasi. Di sinilah peran strategis farmasis muda dibutuhkan,” jelas Dr. Eka
Pelatihan menekankan pentingnya kemampuan menuliskan informasi farmasi dan kesehatan yang kompleks menjadi konten yang berbasis bukti ilmiah (evidence-based) sekaligus mudah dicerna oleh masyarakat awam.
Dengan bekal ini, diharapkan mereka dapat menjadi sumber informasi tepercaya yang meluruskan hoaks-hokas kesehatan yang kerap beredar.
Antusiasme peserta terlihat dalam diskusi yang berlangsung hidup dan interaktif. Berbagai pertanyaan kritis diajukan, mulai dari cara memverifikasi sumber informasi berita hingga strategi menyampaikan koreksi terhadap informasi yang salah tanpa menimbulkan polemik.
“Terima kasih atas diskusi yang sangat hidup. Semoga ini adalah awal dari banyaknya farmasis muda yang peduli dengan literasi media,” tutup Dr. Eka.
Di akhir pelatihan, dilakukan penyerahan kenang-kenangan oleh ketua HIMFA M. Ivan Maulana kepada nasasumber.
Diharapkan, langkah awal ini dapat melahirkan lebih banyak lagi farmasis yang tidak hanya handal di balik meja konsultasi apotek, tetapi juga piawai dalam menulis dan menyebarkan informasi kesehatan yang akurat dan mencerdaskan masyarakat.***


















