Tegal, IAINews – Pada tanggal 18-19 Januari 2025, Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Jawa Tengah berlangsung di Hotel Bahari Inn, Kota Tegal. Acara ini menjadi momen strategis untuk mengevaluasi program kerja sebelumnya dan menyusun langkah baru dalam meningkatkan peran apoteker di masyarakat, khususnya dalam mendukung penanggulangan Tuberkulosis (TBC).
Mengusung tema “Mengoptimalkan Peran Apoteker dalam Peningkatan Kesehatan Masyarakat Menuju Indonesia Sehat 2025”, acara ini dihadiri oleh lebih dari 1500 peserta. Mereka terdiri dari pengurus dan anggota IAI di 35 cabang se-Jawa Tengah.
Ketua PD IAI Jawa Tengah, apt. Drs. Rosid Sujono, MM, menyampaikan bahwa peran apoteker sangat penting dalam mencapai Indonesia Sehat 2025.
Situasi TBC di Indonesia: Tantangan yang Harus Diatasi
Tuberkulosis tetap menjadi salah satu tantangan besar dalam sektor kesehatan, baik secara global maupun nasional. Berdasarkan laporan Global Tuberculosis Report 2024, Indonesia menempati peringkat kedua dunia dengan estimasi lebih dari 1 juta kasus baru pada 2024.
Angka ini mencerminkan bahwa tantangan untuk mengurangi beban penyakit TBC di Indonesia masih sangat besar.
Prof. Dr. dr. Erlina Burhan, Sp. P(K), MSc, menjelaskan bahwa TBC adalah salah satu penyebab utama kematian global. “Pada tahun 2023, terdapat sekitar 10,8 juta kasus baru TBC di dunia dan 1 juta di antaranya meninggal dunia. Indonesia menyumbang 10,1% dari kasus global,” jelasnya dalam sesi seminar.
Beliau menekankan pentingnya upaya deteksi dini dan pengobatan yang konsisten untuk menekan angka kematian akibat TBC.
Edukasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan, termasuk apoteker, memainkan peran kunci dalam memastikan pasien memahami pentingnya menyelesaikan terapi dengan benar.
Kontribusi Apoteker dalam Penanganan TBC
Apoteker memiliki posisi strategis dalam penanganan TBC, baik dari sisi pengelolaan logistik obat hingga pemberian edukasi kepada pasien. Beberapa peran yang dapat dilakukan apoteker meliputi:
- Melakukan skrining awal dan merujuk pasien terduga TBC ke fasilitas kesehatan.
- Mengelola logistik obat, termasuk memantau ketersediaan stok dan distribusi obat ke fasilitas kesehatan.
- Memberikan edukasi kepada pasien tentang cara konsumsi obat, efek samping, dan pentingnya menyelesaikan pengobatan hingga tuntas.
- Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dalam memastikan ketersediaan obat sesuai kebutuhan.
Prof. Erlina juga menyoroti pentingnya teknologi dalam mendukung tugas apoteker, seperti penggunaan sistem informasi logistik TBC (SITB) yang memungkinkan pemantauan stok secara real-time. “Dengan teknologi ini, apoteker dapat memastikan obat tersedia tepat waktu dan membantu mencegah kekosongan logistik,” jelasnya.
Kebijakan Nasional dan Strategi Penanggulangan TBC
Pemerintah Indonesia telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC sebagai pedoman nasional. Strategi yang diterapkan mencakup peningkatan akses layanan kesehatan, promosi kesehatan yang berkelanjutan, dan pemanfaatan teknologi untuk mempercepat eliminasi TBC.
Prof. Erlina menambahkan bahwa keberhasilan program ini membutuhkan kolaborasi lintas sektor. Apoteker, sebagai bagian dari tim kesehatan, diharapkan mampu menjadi ujung tombak dalam mendukung implementasi kebijakan ini di tingkat lokal.
Peningkatan Kompetensi Melalui Seminar dan Pelatihan
Rakerda IAI Jawa Tengah ini juga dirangkaikan dengan seminar yang bertujuan meningkatkan kompetensi apoteker. Salah satu sesi yang dipimpin oleh Prof. Erlina membahas langkah-langkah strategis dalam menangani TBC resisten obat.
Seminar ini memberikan wawasan mengenai pentingnya deteksi dini, edukasi pasien, dan pengelolaan logistik obat secara terintegrasi.
Selain itu, peserta juga dibekali kemampuan teknis untuk memanfaatkan teknologi dalam pengelolaan data dan logistik TBC. Dengan pelatihan ini, diharapkan apoteker dapat berkontribusi lebih optimal dalam mendukung program kesehatan masyarakat.
Sinergi untuk Mewujudkan Indonesia Sehat 2025
Keberhasilan program penanggulangan TBC sangat bergantung pada kolaborasi lintas sektor. Dalam Rakerda ini, IAI Jawa Tengah menggandeng berbagai pemangku kepentingan, termasuk Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Jawa Tengah, dan organisasi profesi lainnya.
Ketua PD IAI Jawa Tengah menyampaikan bahwa kolaborasi yang baik antara apoteker, tenaga medis, dan masyarakat adalah kunci untuk mewujudkan visi Indonesia Sehat 2025. “Mari kita bersinergi untuk memperkuat peran apoteker sebagai garda terdepan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat,” tegasnya.
Apresiasi dan Penutup
Sebagai penutup, Ketua PD IAI Jawa Tengah menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah mendukung acara ini, termasuk panitia dan para narasumber. “Dengan semangat kebersamaan, mari kita terus berinovasi untuk menjadikan apoteker lebih profesional, bermartabat, dan bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya.
Rakerda 2025 ini menjadi bukti nyata bahwa apoteker memiliki kontribusi besar dalam membangun kesehatan masyarakat. Dengan langkah yang terencana dan sinergi yang kuat, visi Indonesia Sehat 2025 bukanlah sekadar harapan, melainkan tujuan yang dapat dicapai bersama.