Ditulis oleh: Dr. apt. Lusy Noviani, MM
(Praktisi, Trainer dan Dosen FKIK Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya)
RINITIS alergi adalah salah satu kondisi kronis yang dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup kita, seperti sulit tidur, dan aktivitas terganggu.
Bayangkan saat sedang menikmati hari di luar ruangan atau bahkan di dalam rumah, lalu hidung kita mendadak terasa gatal, bersin terus-menerus dan tenggorokan terasa tidak nyaman.
Gangguan ini disebabkan oleh respons tubuh terhadap alergen, yang umumnya beredar bebas di udara.
Faktanya, sekitar 400 juta orang di seluruh dunia menghadapi rinitis alergi. Meski kondisi ini bisa terasa sepele, efeknya cukup signifikan bagi kesehatan dan produktivitas sehari-hari.
Paparan terhadap alergen dapat memicu gejala rinitis alergi, tetapi seberapa besar peran polusi udara dalam memperburuk kondisi ini?
Ternyata, sangat besar!
Ada dua jenis polusi yang berperan dalam memperparah rinitis alergi: polusi udara dalam ruangan dan luar ruangan.
Polutan yang paling sering ditemui di luar ruangan berasal dari asap kendaraan bermotor, emisi industri, dan pembangkit listrik.
Gas berbahaya seperti ozon (O3) dan nitrogen dioksida (NO2), serta partikel-partikel kecil, dapat dengan mudah terhirup dan memperparah respons alergi.
Kita sering kali menganggap rumah sebagai tempat yang aman, tapi polusi di dalam ruangan bisa lebih berbahaya karena kita menghabiskan sebagian besar waktu kita di dalam rumah.
Debu, jamur, asap rokok, dan senyawa organik dari produk rumah tangga adalah beberapa contoh polutan dalam ruangan yang memperparah rinitis alergi.
Polutan dan alergen bekerja sama merusak mekanisme pertahanan tubuh.
Ketika kita terpapar polutan, respons tubuh akan menghasilkan lebih banyak imunoglobulin E (IgE), yang memicu respons alergi berlebihan.
Polutan mengganggu fungsi pertahanan mukosilier, menyebabkan peradangan, dan merangsang sel-sel kekebalan seperti sel mast dan eosinofil.
Sel-sel ini kemudian mengeluarkan zat-zat kimia yang menyebabkan gejala khas seperti bersin, hidung tersumbat, dan batuk.
Apoteker memiliki peran penting dalam memberikan panduan kepada pasien mengenai terapi yang tepat. Salah satu obat yang paling efektif adalah antihistamin
Antihistamin H1 generasi pertama tidak hanya bekerja pada reseptor H1 perifer misalnya pada saraf sensorik dan endotel, namun juga pada reseptor H1 di sistem saraf pusat, reseptor muskarinik, serotonin, α-adrenergik, dan kanal ion jantung.
Hal ini tidak dijumpai pada antihistamin generasi kedua.
Oleh karena itu, efek samping yang dijumpai pada penggunaan antihistamin generasi pertama berupa efek sedasi (kantuk) kuat, akibat interaksi dengan reseptor H1 pada sistem saraf pusat.
Untuk itu maka rekomendasi terapi pada beberapa profil pasien yang beresiko, menggunakan antihistamin generasi II.
Selain antihistamin, beberapa terapi lain yang bisa dipertimbangkan antara lain kortikosteroid intranasal, dekongestan, dan imunoterapi.
Setiap terapi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan di sinilah peran apoteker penting untuk membantu pasien memilih terapi yang paling sesuai dengan kebutuhan dan riwayat medis mereka.
Peran Apoteker dalam Penanganan Rhinitis Alergi
Apoteker memainkan peran vital dalam memberikan edukasi kepada pasien dan memastikan penggunaan obat yang benar.
Berikut adalah beberapa peran apoteker yang dapat dilakukan :
- Penyediaan Obat
Apoteker dapat membantu pasien memilih obat yang tepat berdasarkan gejala dan kondisi kesehatan mereka dengan ketersediaan obat yang memadai.
- Pemantauan Efektif
Apoteker dapat memastikan bahwa pasien mendapat manfaat optimal dari terapi, terutama bagi mereka yang mungkin mengambil keputusan mandiri dalam memilih obat.
- Edukasi Pasien
Apoteker memberikan informasi tentang penggunaan obat yang aman dan efektif, serta memberikan saran praktis tentang bagaimana mencegah atau mengurangi paparan polutan
- Edukasi Pasien
Selain membantu dalam pemilihan dan penggunaan obat, apoteker juga perlu memberikan edukasi kepada pasien tentang langkah-langkah pencegahan.
Berikut beberapa tips yang bisa diberikan:
- Hindari pemicu
Identifikasi dan jauhi pemicu seperti debu, asap, dan polutan lainnya.
- Jaga Kebersihan Rumah
Gunakan alat pembersih udara, sering-sering mengganti seprei, dan bersihkan permukaan secara rutin.
- Gunakan Masker
Masker dapat membantu menyaring partikel kecil di udara, terutama di daerah dengan tingkat polusi tinggi.
Jika memungkinkan, periksa kualitas udara sebelum beraktivitas di luar ruangan.
- Konsultasi dengan Dokter
Untuk gejala yang berat, sebaiknya berkonsultasi dengan apoteker atau dokter.
REFERENSI
Naclerio R, Ansotegui IJ, Bousquet J, et al. International expert consensus on the management of allergic rhinitis (AR) aggravated by air pollutants. World Allergy Organ J. 2020;13(3).
Chatkin J, Correa L, Santos U. External Environmental Pollution as a Risk Factor for Asthma. Clin Rev Allergy Immunol. 2021:1-18.
Pawankar R, Wang JY, Wang IJ, et al. Asia Pacific Association of Allergy Asthma and Clinical Immunology White Paper 2020. Asia Pac Allergy. 2020;10(1):e11.***