PADANG, IAINews – Dunia kefarmasian tengah memasuki fase baru yang penuh tantangan dan peluang. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), telemedicine, hingga platform marketplace digital, para farmasis dituntut untuk mampu beradaptasi dan bertransformasi.
Menyikapi hal ini, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang (STIFARM Padang) menggelar Webinar Nasional Kefarmasian bertajuk “Farmasi 5.0: Menjadi Farmasis Profesional di Era AI, Telemedicine & Marketplace” pada Jumat, 1 Agustus 2025, sebagai salah satu agenda utama dalam rangka memperingati Lustrum IV STIFARM Padang.

Acara yang dilaksanakan secara daring melalui platform zoom ini berhasil menarik antusiasme besar dari kalangan mahasiswa farmasi, alumni, praktisi, akademisi, hingga masyarakat umum dari seluruh Indonesia.
Dengan menghadirkan narasumber-narasumber berkelas internasional dan nasional, webinar ini menjadi momentum refleksi sekaligus peta jalan menuju masa depan profesi farmasis yang lebih adaptif, digital, dan inovatif.
Salah satu pembicara utama adalah Kevin Ben Laurence, RPh, Apt, Ph, BCMIMS, seorang apoteker berlisensi di tiga negara ASEAN dan CEO Singmed Clinic. Dalam sesi bertajuk “Menyambut Era Telemedicine dan Layanan Farmasi Jarak Jauh”, Kevin menekankan bahwa pandemi global beberapa tahun terakhir telah mempercepat adopsi telemedicine.
“Farmasis tidak lagi terikat ruang apotek. Kita bisa hadir secara digital untuk konsultasi, edukasi pasien, bahkan monitoring terapi,” ungkap Kevin. Ia juga membagikan pengalaman praktisnya dalam membangun layanan farmasi digital lintas negara dan pentingnya regulasi yang mendukung.
Sementara itu, dari sisi bisnis dan peluang karier, apt. Erik Ilham Dani, S.Farm, Business Manager KFA UB Padang, membawakan materi berjudul “Peluang Bisnis Farmasi di Era Digital”. Erik mengajak peserta untuk berpikir kreatif dan visioner dalam memanfaatkan platform digital sebagai sarana pengembangan usaha kefarmasian.
Marketplace obat, edukasi kesehatan berbasis konten, hingga layanan farmasi berbasis aplikasi adalah segelintir contoh yang menurutnya masih sangat terbuka luas. “Farmasis harus mulai berpikir sebagai inovator, bukan hanya sebagai tenaga teknis,” pesannya.
Webinar ini juga menghadirkan pemateri apt. Ridho Asra, M.Farm, AFHEA, seorang dosen STIFARM Padang sekaligus mahasiswa doktoral di Birmingham University, Inggris. Dalam materinya yang berjudul “Tantangan Pengembangan Obat di Era Kecerdasan Buatan (AI)”, Ridho memaparkan bagaimana teknologi AI kini mulai digunakan dalam penelitian dan pengembangan obat, mulai dari skrining molekul, prediksi toksisitas, hingga personalisasi terapi.
Ia juga mengingatkan pentingnya kesiapan etis dan keilmuan tenaga kefarmasian dalam menyikapi perubahan ini. “AI bukan pengganti farmasis, tapi alat yang harus kita kuasai. Kita tidak boleh tertinggal,” tegasnya.
Selain materi yang mendalam dan aktual, peserta webinar juga mendapatkan E-sertifikat serta akses terhadap materi edukatif sebagai bentuk apresiasi. Tak hanya itu, acara ini juga menjadi ajang silaturahmi akademik dan profesional antar generasi farmasis, khususnya bagi civitas akademika STIFARM Padang.
Ketua STIFARM Padang, Prof. Dr. rer. nat. apt. H. Auzal Halim dalam sambutan dan pembukaan resminya menyampaikan pentingnya kita memahami kecerdasan buatan ini untuk efisiensi waktu dan mempercepat pekerjaan kita sebagai seorang profesional.

Ketua STIFARM Padang juga menyampaikan bahwa webinar ini tidak hanya dirancang sebagai acara seremonial lustrum, tetapi sebagai momen strategis dalam mengedukasi dan mempersiapkan para farmasis muda menghadapi dinamika industri kesehatan yang semakin kompleks. “Lustrum adalah refleksi perjalanan, tapi juga harus jadi pendorong masa depan. Melalui webinar ini, kita ingin membuka cakrawala baru tentang peran farmasis di masa depan,” jelasnya.
Webinar Kefarmasian Nasional STIFARM Padang ini juga ditayangkan ulang melalui streaming pada kanal youtube STIFARM Channel, media sosial resmi kampus dan BEM STIFARM untuk menjangkau peserta yang tidak dapat hadir secara langsung.
Dukungan penuh dari dosen, alumni, dan praktisi farmasi turut menjadi penanda kuatnya kolaborasi antara dunia akademik dan dunia kerja dalam menyiapkan farmasis yang profesional, humanis, dan siap menghadapi era Farmasi 5.0.***