JAMBI, IAINews – Satu tahun sudah berlalu sejak apt. Putri Maya Sari, S.Farm dinobatkan sebagai Apoteker Teladan Kota Jambi 2024. Bukannya surut, semangat dan dedikasinya justru makin membara.
Menjelang ajang pemilihan Tenaga Kesehatan (Nakes) Teladan 2025, kisah sukses apt. Putri Maya Sari menjadi inspirasi bagi para nakes lain, terutama mereka yang berjuang di garis terdepan pelayanan kesehatan.
Bertugas di UPTD Puskesmas Kenali Besar, apt. Putri Maya Sari menemukan bahwa banyak warga Jambi belum menyadari potensi besar dari Tanaman Obat Keluarga (TOGA).
Kebanyakan masyarakat hanya menganggap jahe, kunyit, atau daun sirih sebatas bumbu masakan atau hiasan halaman.
Padahal, TOGA bisa menjadi bagian dari gaya hidup sehat, upaya pencegahan penyakit, bahkan sumber ekonomi lokal.
Berangkat dari masalah ini, apt. Putri Maya Sari menciptakan inovasi edukasi terpadu yang menyentuh berbagai lapisan masyarakat.
Apt. Putri Maya Sari tidak hanya menyasar warga biasa, tetapi juga menggandeng kader kesehatan, tim penggerak PKK, RT, lurah, dan tokoh masyarakat di Kecamatan Alam Barajo.
Bersama-sama, mereka meluncurkan kampanye “1 Rumah 3 TOGA Aktif” dan melatih warga mengolah TOGA menjadi produk herbal rumahan.
“Inovasi ini lahir dari masalah nyata di lapangan. Masyarakat sudah kenal TOGA, tapi belum paham manfaat dan cara mengelolanya,” ujar apt. Putri Maya Sari.
“Di sinilah kami hadir untuk tidak hanya memberi penyuluhan, tapi juga membangun kebiasaan baru di masyarakat,” ungkap apt. Putri Maya Sari.
Inisiatifnya kini membuahkan hasil. Produk olahan TOGA seperti puding dan mi daun kelor bahkan sudah dimanfaatkan sebagai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Posyandu.
Hal ini membuktikan bahwa TOGA bisa menjadi solusi kesehatan yang praktis dan lezat.
Perjalanan apt. Putri Maya Sari menuju gelar nakes teladan tidak mudah. Ia memulai semuanya dari kegiatan nyata jauh sebelum seleksi digelar.
Baginya, hal terpenting bukanlah ide semata, melainkan dampak langsung yang dirasakan oleh masyarakat. Ia juga menekankan bahwa keberhasilannya adalah hasil kerja tim.
“Bagi saya, yang terpenting adalah membuat TOGA hidup dalam kesadaran masyarakat. Itu jauh lebih berharga daripada penghargaan,” ungkap apt. Putri Maya Sari.
Fitur website sebagai bentuk edukasi berbasis digital
Selain pembinaan langsung, apt. Putri Maya Sari juga melakukan transformasi edukasi berbasis digital. Ia menciptakan berbagai fitur inovatif, seperti:
- Website “Butik Herbal”: Fitur edukasi berbasis digital untuk literasi tanaman obat.
- Flash Card Game TOGA: Game edukasi yang dimanfaatkan di sekolah.
- Scan barcode TOGA: Untuk memudahkan akses informasi.
- Buku Eksplorasi TOGA: Berbasis kearifan lokal.
- Fitur Apoteker on Call: Untuk konsultasi langsung melalui website.
Apt. Putri Maya Sari juga menjelaskan adanya perubahan mekanisme dalam pemilihan nakes teladan.
Jika dulu kandidat diseleksi mulai dari tingkat kota, provinsi, hingga pusat, kini nakes dari rumah sakit swasta atau sektor lain bisa langsung mengajukan diri ke pusat dengan melengkapi persyaratan yang ada.
Menjelang pemilihan nakes teladan 2025, kisah Putri Maya Sari menjadi bukti nyata bahwa inovasi tidak harus rumit.
Dimulai dari kebiasaan kecil dan dijalankan dengan sepenuh hati serta dukungan banyak pihak, sebuah ide bisa menjelma menjadi perubahan besar.
TOGA, yang tadinya hanya sekadar tanaman, kini menjadi jembatan menuju masyarakat yang lebih sehat, mandiri, dan lestari.***