KETIKA seseorang diduga menderita tuberkulosis (TB), ada beberapa pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan untuk menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri Mycobacterium tuberculosis dan menilai sejauh mana infeksi telah menyebar.
Pemeriksaan penunjang utama ini antara lain :
- Pemeriksaan Dahak Mikroskopis (Sputum Smear Mikroskopis):
Ini adalah pemeriksaan paling umum dan penting. Sampel dahak pasien diperiksa di bawah mikroskop untuk mencari bakteri TB (Basil Tahan Asam/BTA).
Hasil positif menunjukkan adanya bakteri TB aktif dan pasien bersifat menular. Jika ditemukan BTA, itu menandakan adanya bakteri TB aktif dan pasien berpotensi menularkan penyakit.
Biasanya, tiga sampel dahak akan diambil pada waktu yang berbeda (sewaktu, pagi, sewaktu) untuk meningkatkan akurasi.
- Biakan Dahak (Kultur Sputum):
Dahak pasien dibiakkan di laboratorium untuk menumbuhkan bakteri tuberkulosis. Pemeriksaan ini lebih sensitif daripada pemeriksaan mikroskopis dan dapat mendeteksi bakteri bahkan dalam jumlah kecil.
Selain itu, biakan dahak juga memungkinkan dilakukannya uji kepekaan obat (Drug Susceptibility Testing/DST) untuk mengetahui obat tuberkulosis mana yang efektif melawan bakteri tersebut.
Pemeriksaan ini melibatkan pembiakan sampel dahak di laboratorium untuk menumbuhkan bakteri TB.
Biakan dahak memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan pemeriksaan mikroskopis, sehingga dapat mendeteksi bakteri meskipun jumlahnya sedikit.
Keuntungan lain dari biakan ini adalah memungkinkan dilakukannya Uji Kepekaan Obat (Drug Susceptibility Testing/DST). DST sangat krusial untuk mengetahui obat TB mana yang paling efektif melawan bakteri spesifik pada pasien tersebut, terutama jika ada dugaan resistensi obat.
- Tes Cepat Molekuler (TCM) atau GeneXpert:
Ini adalah pemeriksaan molekuler yang sangat cepat dan akurat. TCM dapat mendeteksi DNA bakteri tuberkulosis dan juga mendeteksi resistensi terhadap obat Rifampisin, salah satu obat TB lini pertama yang penting. Hasilnya bisa didapatkan dalam beberapa jam.
Metode ini mendeteksi materi genetik (DNA) bakteri TB dalam sampel dahak atau jaringan. Selain itu, TCM juga dapat mendeteksi resistensi terhadap obat Rifampisin secara simultan, salah satu obat utama dalam pengobatan TB.
Hasil TCM dapat diperoleh dalam hitungan jam, jauh lebih cepat dibandingkan biakan dahak, sehingga memungkinkan penanganan yang lebih cepat.
- Rontgen Dada (Foto Toraks):
Pemeriksaan pencitraan ini digunakan untuk melihat gambaran paru-paru. Pada penderita TB paru, rontgen dada sering menunjukkan kelainan seperti infiltrat, kavitas (rongga), atau nodul.
Namun, rontgen dada saja tidak cukup untuk menegakkan diagnosis TB karena kelainan serupa bisa disebabkan oleh penyakit paru lainnya.
Meskipun sangat membantu, rontgen dada tidak bisa menjadi satu-satunya dasar diagnosis karena gambaran serupa bisa disebabkan oleh penyakit paru lain. Namun, ini adalah skrining awal yang penting.
- Tes Kulit Tuberkulin (Mantoux Test/TST) atau Interferon-
Gamma Release Assays (IGRAs): Tes ini digunakan untuk mendeteksi paparan terhadap bakteri tuberkulosis, bukan infeksi aktif. TST melibatkan penyuntikan cairan tuberkulin di bawah kulit dan mengukur reaksi yang timbul.
IGRAs adalah tes darah yang mengukur respons imun terhadap bakteri TB. Tes ini berguna untuk diagnosis TB laten atau pada kasus TB ekstraparu.
- Pemeriksaan Patologi Anatomi (Biopsi): Jika TB menyerang organ selain paru-paru (TB ekstraparu), dokter mungkin akan mengambil sampel jaringan dari organ yang terinfeksi (misalnya, kelenjar getah bening, pleura, tulang) untuk diperiksa di bawah mikroskop.
- Pemeriksaan Darah Lengkap: Meskipun tidak spesifik untuk TB, pemeriksaan darah lengkap dapat menunjukkan tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan jumlah sel darah putih.
Tes ini digunakan untuk mendeteksi paparan terhadap bakteri TB, bukan infeksi aktif.
- Tes Mantoux (TST): Cairan tuberkulin disuntikkan di bawah kulit, dan reaksi yang timbul akan diukur setelah 48-72 jam. Hasil positif menunjukkan bahwa seseorang pernah terpapar bakteri TB.
- IGRAs: Ini adalah tes darah yang mengukur respons kekebalan tubuh terhadap bakteri TB.
Kedua tes ini sering digunakan untuk mendiagnosis TB laten (infeksi tanpa gejala) atau pada kasus TB ekstraparu (TB yang menyerang organ selain paru-paru), terutama pada anak-anak atau individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Pemeriksaan Tambahan (Jika Diperlukan)
Biopsi dan Pemeriksaan Patologi Anatomi: Jika dicurigai TB menyerang organ lain (misalnya kelenjar getah bening, tulang, otak), dokter mungkin akan mengambil sampel jaringan melalui biopsi untuk diperiksa di bawah mikroskop.
- Pemeriksaan Darah Lengkap: Meskipun tidak spesifik, ini dapat memberikan petunjuk adanya infeksi atau peradangan dalam tubuh.
- Pemilihan pemeriksaan penunjang akan disesuaikan oleh dokter berdasarkan gejala yang dialami pasien, riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik, dan ketersediaan fasilitas.
Pemilihan pemeriksaan penunjang akan disesuaikan dengan kondisi klinis pasien, hasil pemeriksaan fisik, dan ketersediaan fasilitas di tempat pelayanan kesehatan.
Mengapa Pemeriksaan Penunjang Penting Umtuk Penyakit Tuberkulosis
Pemeriksaan penunjang sangat penting dalam diagnosis, penentuan pengobatan, dan pemantauan pasien tuberkulosis (TB). Berikut adalah beberapa kegunaan utama dari pemeriksaan penunjang:
- Penegakan Diagnosis: Pemeriksaan dahak (mikroskopis/BTA, kultur, Tes Cepat Molekuler/TCM); Mikroskopis (Bakteri Tahan Asam/BTA): Mendeteksi keberadaan bakter; Kultur; Tes Cepat Molekuler (TCM)/GeneXpert; Tes Kulit Tuberkulin (TST) / Tes Darah (IGRA); Rontgen Dada (X-ray) dan Pemeriksaan Lain (jika diperlukan).
- Menilai Resistensi Obat ; Pemeriksaan kultur dan Tes Cepat Molekuler (TCM); Informasi ini krusial untuk menentukan regimen pengobatan yang tepat, terutama pada kasus TB resisten obat (MDR-TB atau XDR-TB).
- Memantau Keberhasilan Pengobatan: Pemeriksaan dahak BTA secara berkala selama pengobatan digunakan untuk memantau respons pasien terhadap terapi dan menilai keberhasilan pengobatan. Perubahan dari BTA positif menjadi negatif menunjukkan pasien sudah tidak menular dan pengobatan efektif.
- Membedakan Jenis TB: Membantu membedakan antara infeksi TB laten (ada bakteri, tapi tidak ada gejala dan tidak menular) dan penyakit TB aktif (ada bakteri, gejala, dan menular).
- Mendeteksi Komplikasi: Pemeriksaan penunjang dapat membantu mendeteksi komplikasi dari TB, seperti efusi pleura, kavitas, atau penyebaran ke organ lain.
Secara keseluruhan, pemeriksaan penunjang berperan sangat penting dalam mengelola TB, mulai dari diagnosis dini hingga memastikan pasien sembuh total dan mencegah penyebaran lebih lanjut.