Informasi
Hubungi Redaksi IAINews melalui email : humas@iai.id
Floating Left Ads
Floating Right Ads
banner 950x90

Kulit Nanas Jadi Obat Bisul? Mahasiswa UNJA Kembangkan Patch Antibakteri Modern

Enam mahasiswa Prodi Farmasi UNJA mengembangkan kulit nanas sebagai obat penyembuh bisul.
banner 120x600
banner 468x60

JAMBI, IAINews – Bisul atau furunkel merupakan salah satu infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Meski tergolong ringan, penyakit ini sangat mengganggu karena menimbulkan nyeri dan peradangan.

Selama ini, pengobatan bisul banyak mengandalkan antibiotik topikal berbasis sintetis, seperti salep kloramfenikol. Namun kini, sekelompok mahasiswa Universitas Jambi (UNJA) membawa angin segar melalui inovasi berbasis bahan alam lokal: kulit nanas (Ananas comosus).

Iklan ×

Tim mahasiswa dari Program Studi Farmasi FKIK UNJA ini mengembangkan Dissolving Microneedle Patch (DMN) berbahan aktif ekstrak kulit nanas sebagai alternatif penyembuhan furunkel.

Enam mahasiswa Prodi Farmasi UNJA mengembangkan kulit nanas sebagai obat penyembuh bisul.

Mereka tergabung dalam skema Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta (PKM-RE) Tahun 2025 yang didanai oleh Direktorat Belmawa dan Universitas Jambi, dengan total pendanaan sebesar Rp10.000.000.

Tim Peneliti Muda dengan Ide Lokal Cemerlang

Baca Juga  Tragedi Thalidomide: Ketika Obat Penyembuh Menjadi Petaka Dunia

Tim yang menamakan risetnya Inovasi Ekstrak Kulit Nanas (Ananas comosus) Tangkit dalam Sediaan Dissolving Microneedle Patch sebagai Alternatif Penyembuhan Furunkel ini diketuai oleh Retnohera Zagita Olivia dan dengan anggota  Syakh Syabilla Mega Puspita, Lyra Andrita Prameswari, Salsabilla dan Lira Afriani

Dengan bimbingan dari dosen farmasi UNJA, apt. Puspa Dwi Pratiwi, S.Farm., M.Pharm.Sci., mereka memilih limbah kulit nanas sebagai bahan utama karena mengandung senyawa aktif antibakteri seperti bromelain dan flavonoid.

Bromelain dan flavonoid telah terbukti secara ilmiah mampu menghambat pertumbuhan S. aureus.

“Penelitian ini bukan hanya memberikan alternatif pengobatan alami, tetapi juga mendidik mahasiswa untuk berinovasi dari bahan lokal yang murah, tersedia, dan aman. Harapan saya, hasil ini bisa dikembangkan lebih lanjut menuju skala industri,” ujar apt. Puspa Dwi Pratiwi, selaku dosen pembimbing.

Baca Juga  Workshop Pharmapreneur: Dosen Farmasi UNJA Pengenalan Profesi Apoteker Melalui Produk Herbal untuk Anak Yatim Dhuafa

Inovasi Modern: Microneedle Patch dari Limbah Pertanian

Alih-alih memformulasikan salep, tim ini memilih teknologi yang lebih modern, yaitu dissolving microneedle patch, sebuah sistem penghantaran obat melalui jarum mikro yang larut di kulit.

Produk ini bersifat praktis, tidak menimbulkan nyeri, dan tidak meninggalkan limbah, sehingga sangat cocok untuk aplikasi rumah tangga atau klinis.

“Microneedle ini sangat kecil, tidak menimbulkan nyeri, dan seluruh bagiannya bisa larut dalam kulit. Jadi tidak ada limbah dan tidak perlu dilepas,” jelas Retnohera, ketua tim riset.

Kulit nanas sebagai bahan baku obat bisul.

Proses penelitian dimulai dari ekstraksi kulit nanas dengan metode maserasi, dilanjutkan dengan formulasi bahan aktif dan pencetakan mikroneedle menggunakan cetakan silikon.

Setelah diuji mutu fisik (pH, keseragaman bobot, ketebalan, uji SEM), produk diuji aktivitas antibakterinya terhadap Staphylococcus aureus.

Hasil awal menunjukkan zona hambat yang signifikan, membuktikan bahwa DMN ekstrak kulit nanas berpotensi menjadi terapi topikal yang efektif untuk bisul.

Baca Juga  Tetesan Cinta dari Seorang Ibu: Makna 1 Agustus dan Keajaiban ASI

“Desa Tangkit Baru di Jambi termasuk daerah penghasil nanas terbesar ke-6 di Indonesia, tapi kulitnya masih sering dibuang. Ini adalah bentuk inovasi berbasis lokal,” tambah Lyra, salah satu anggota tim.

Dari Limbah Jadi Peluang

Melalui program ini, para mahasiswa tidak hanya belajar teknik laboratorium, tetapi juga belajar menyelesaikan masalah nyata melalui pendekatan ilmiah dan lokal.

Penggunaan kulit nanas yang dulunya hanya menjadi limbah kini bertransformasi menjadi bahan dasar produk farmasi modern.

Program ini juga menjadi bukti bagaimana PKM-RE tidak hanya mengasah keterampilan riset, tetapi juga mendorong mahasiswa untuk menjadi inovator di bidang kesehatan berbasis sumber daya lokal.***

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

banner 950x90