UNGKAPAN ‘hati-hati dengan penyakit hati’ bisa merujuk pada dua hal: hati sebagai pusat emosi dan perasaan, dan atau hati sebagai organ tubuh.
Dalam konteks emosional dan spiritual, ‘hati-hati dengan penyakit hati’ berarti waspada terhadap perasaan dan emosi diri sendiri serta orang lain, karena hati bisa sangat mudah terluka, berubah, atau dipengaruhi oleh berbagai hal.
Terhindar dari penyakit hati berarti terhindar dari perasaan angkuh, iri, dengki, dan lain sebagainya.
Hati sendiri merupakan pusat dari perasaan cinta, benci, sedih, bahagia, dan lain-lain. Penting untuk menjaga hati agar tetap bersih, positif, dan tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang bisa merusaknya.
Dalam konteks kesehatan, penting untuk menjaga kesehatan hati (organ) dari penyakit. Hati adalah organ vital yang terletak di sisi kanan atas perut, di bawah diafragma.
Fungsi hati meliputi metabolisme, detoksifikasi, pembentukan protein dan lemak, serta penyimpanan energi.
Penyakit hati, seperti hepatitis, bisa disebabkan oleh berbagai faktor dan perlu ditangani dengan tepat.
Gejala penyakit hati bisa bervariasi, termasuk sakit perut, mata kuning, dan pembengkakan.
Nah, tahu tidak, bahwa setiap tanggal 28 Juli diperingati sebagai Hari Hepatitis Sedunia. Peringatan ini karena bertepatan dengan hari kelahiran ilmuwan peraih Nobel, Dr Baruch Blumberg.
Dr Baruch Blumberg adalah penemu virus hepatitis B (HBV) dan pengembang tes diagnostik serta vaksin untuk virus tersebut.
Momen peringatan Hari Hepatisis Sedunia bertujuan untuk meningkatkan upaya nasional dan internasional dalam penanggulangan hepatitis.
Hepatitis adalah penyakit peradangan dan kelainan pada organ hati yang menyebabkan terganggunya fungsi hati. Berdasarkan lamanya peradangan terjadi, hepatitis dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu hepatitis akut dan hepatitis kronis.
Istilah hepatitis akut digunakan untuk hepatitis yang sembuh dalam waktu kurang dari 6 bulan. Bila peradangan terjadi lebih dari waktu tersebut, penyakit ini tergolong kronis dan bisa menimbulkan masalah kesehatan lainnya, seperti sirosis, kanker hati, gagal hati, bahkan kematian.
Umumnya hepatitis terjadi akibat adanya infeksi dari virus. Hepatitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi virus yang terbagi menjadi lima, yaitu virus hepatitis A, B, C, D, dan E.
Kelima jenis hepatitis di atas bisa menyebabkan hepatitis akut. Hepatitis A dan E yang akut bisa sembuh total dalam waktu kurang dari 6 bulan. Sementara itu, hepatitis B, C, dan D biasanya berkembang menjadi hepatitis kronis, bahkan bisa menyebabkan komplikasi.
Pertanyaan selanjutnya, apakah hepatitis hanya disebabkan oleh infeksi dari virus?
Rupanya tidak! Selain disebabkan oleh virus, konsumsi obat-obatan tertentu dalam dosis yang berlebihan juga dapat menyebabkan organ hati mengalami peradangan.
Contoh obat-obatan tersebut antara lain adalah paracetamol, aspirin, obat golongan sulfa, dan obat-obatan herbal yang belum terstandar.
Meski jarang terjadi, hepatitis akibat konsumsi obat-obatan tidak boleh dianggap remeh karena bisa berujung pada gagal hati.
Hepatitis juga bisa terjadi karena adanya kerusakan pada jaringan hati akibat kecanduan alkohol. Kondisi ini disebut dengan hepatitis alkoholik, dan biasanya ditandai dengan mual, rasa tidak enak badan, dan demam ringan.
Peradangan hati akibat terlalu banyak mengonsumsi minuman beralkohol ini dapat berkembang menjadi sirosis apabila penderita tetap mengonsumsi alkohol. Oleh karena itu, penderita hepatitis alkoholik harus segera menghentikan kebiasaan buruk tersebut.
Penyebab lain dari hepatitis yakni adanya perlemakan hati yang disebut dengan istilah non-alcoholic steatosis hepatitis.
Penumpukan lemak di organ hati lebih kepada akibat berat badan berlebih yang dapat menyebabkan peradangan, sehingga hati tidak dapat berfungsi dengan optimal.
Kondisi ini biasanya tidak bergejala dan dapat membaik dengan menurunkan berat badan ke kondisi ideal.
Hal lain, meski kecil kemungkinan, hepatitis akut juga dapat terjadi akibat sistem imun tubuh yang menyerang dan merusak sel dan jaringan tubuh sendiri. Kondisi ini disebut dengan hepatitis autoimun.
Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan urusan kesehatan hati. Tak sedikit penderitanya tidak menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan fungsi hati. Hal ini disebabkan hepatitis akut sering kali tidak menimbulkan gejala.
Beberapa gejala umum yang dapat menandakan kondisi ini, diantaranya; demam, kelelahan, rasa tidak enak badan (malaise), nafsu makan menurun, muntah, sakit perut, diare, penyakit kuning, urine berwarna lebih gelap, serta feses berwarna pucat.
Tatkala memasuki fase hepatitis kronis, penderita mungkin akan mengalami gejala kerusakan hati, seperti pembengkakan pada perut (asites), penurunan berat badan, nyeri otot, mudah memar dan mengalami pendarahan, hingga hilang kesadaran.
Sebagai bentuk pencegahan, dapat dilakukan dengan mendapatkan vaksin hepatitis. Saat ini, vaksin hepatitis yang tersedia adalah vaksin hepatitis A dan vaksin hepatitis B.
Dan yang terpenting untuk diingat, hepatitis akut juga bisa dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat, memastikan makanan bersih dan higienis, menghindari konsumsi minuman beralkohol, menghindari penyalahgunaan obat terlarang, dan menghindarkan diri dari perilaku seks menyimpang dan beresiko.
Di aspek inilah fungsi hati secara perasaan emosional dan spiritual memengang perang vital. Dalam artian yang lebih transendental, penting untuk menjaga hati, hati-hati dengan penyakit hati.***