Informasi
Hubungi Redaksi IAINews melalui email : humas@iai.id
Floating Left Ads
Floating Right Ads
banner 950x90

DKT Indonesia Trainer di Rakernas dan PIT IAI 2025, Personalisasi Konseling Kontrasepsi oleh Apoteker

Simposium 17, Rakernas dan PIT IAI 2025
banner 120x600
banner 468x60

MAKASSAR, IAINews – Dalam Rakernas dan PIT IAI 2025 yang baru lalu di Makassar, DKT Indonesia Trainer hadir dalam simpsoium 17 bertajuk “Different Women, Different Needs: The Pharmacist’s Guide to Personalized Contraceptive Counseling”.

Materi dibawakan apt. Yuri Pratiwi Utami.,S.Farm.,M.Si, seorang DKT Indonesia Trainer, bersama medical advisor dr. Thesa Ananda Prima. Simposium dipandu Dr. apt. Yusransyah., M.Sc, seorang akademisi dan juga DKT Indonesia Trainer.

Iklan ×
Simposium 17, Rakernas dan PIT IAI 2025

Menurut apt. Yuri, sapaan akrabnya, Indonesia merupakan negara ke-4 memiliki populasi terbanyak setelah Cina, India dan Amerika Serikat dengan jumlah 278,7 Jiwa.

Data tahun 2024 menunjukkan, jumlah wanita usia subur (WUS) (15 – 49 tahun) sebanyak 53,09 juta hal itu berarti banyaknya masyarakat Indonesia yang butuh layanan kontrasespsi dengan melihat jenis kebutuhan dan kondisi dari perempuan tersebut.

Apoteker sebagai first contact memiliki keunggulan, tugas dan kewajiban sebagai berikut :

  • Aksesibilitas Tinggi: Apotek biasanya berlokasi di area yang mudah dijangkau dan jam operasionalnya lebih panjang dibandingkan klinik atau rumah sakit. Ini membuat masyarakat dapat dengan cepat dan mudah berkonsultasi mengenai masalah kesehatan ringan tanpa perlu membuat janji.
  • Tentang Obat-obatan: Apoteker adalah ahli dalam hal obat-obatan. Mereka dapat memberikan informasi yang akurat mengenai penggunaan obat yang tepat, dosis, efek samping, dan interaksi obat. Mereka juga dapat membantu pasien memilih produk over-the-counter (OTC) atau obat bebas yang sesuai untuk gejala yang dialami.
  • Penilaian Awal dan Rujukan: Apoteker dapat melakukan penilaian awal terhadap kondisi pasien. Jika gejala yang dialami pasien tergolong ringan, apoteker dapat merekomendasikan penanganan yang tepat. Namun, jika apoteker menilai kondisi pasien membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter, mereka akan merujuk pasien ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Ini membantu mencegah penggunaan obat yang tidak perlu dan memastikan pasien mendapatkan penanganan yang tepat.
  • Pencegahan dan Edukasi Kesehatan: Apoteker juga berperan dalam memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat, seperti pentingnya kepatuhan minum obat, gaya hidup sehat, dan pencegahan penyakit. Peran ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan.
  • Mengurangi Beban Sistem Kesehatan: Dengan berperan sebagai kontak pertama, apoteker dapat membantu mengurangi beban di fasilitas kesehatan primer (seperti puskesmas atau klinik) dengan menangani kasus-kasus ringan. Hal ini memungkinkan dokter dan tenaga medis lainnya untuk fokus pada kasus yang lebih kompleks dan membutuhkan penanganan khusus.
Baca Juga  Tutorial Pengajuan Validasi SKP di SIAp
apt. Yuri Pratiwi Utami.,S.Farm.,M.Si membawakan materinya “Different Women, Different Needs: The Pharmacist’s Guide to Personalized Contraceptive Counseling”.

Lebih lanjut apt Yuri menjelaskan, mengapa konseling mengenai kontrasepsi harus dipersonalisasi, mengingat beberapa hal berikut :

– Kondisi Kesehatan Individu : Setiap kontrasepsi memiliki efek samping dan risiko yang berbeda; Wanita dengan kondisi medis tertentu.

– Efektivitas dan efek samping : Tingkat efektivitas kontrasepsi yang bervariasi (manajemen atau kepatuhan penggunaan); Setiap individu dapat berbeda terhadap hormon dalam kontrasepsi.

– Tujuan & Prioritas Keluarga : Beberapa pasangan ingin menunda kehamilan untuk jangka Panjang (IUD dan Implan); Pasangan lain ini menjarangkan/mengatur usia kehamilan memilih yang lebih fleksibel (Pil KB/Suntik KB; Ibu Menyusui (kontrasepsi yang tidak menganggu ASI).

– Perlindungan Terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS) : Kondom Adalah satu-satunya metode kontrasepsi untuk melindungi PMS.

Baca Juga  Pengurus IYPG Lampung Resmi Dilantik dan Gelar Upgrading: Wujudkan Organisasi Harmonis dan Progresif

Sementara itu, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi, yaitu :

  • Usia : Remaja dan Usia Muda  (kondom dan pil KB) ; Usia Produktif (20 – 30 tahun) (IUD dan Implan) yang memiliki efektivitas yang tinggi; Usia Menjelang monopause (> 40 tahun) (Risiko Kesehatan seperti hipertensi sehingga memilih metode non hormonal.
  • Status Menyusui : Tidak mengganggu masa menyusui (kualitas ASI) progestin (pil dan suntik 3 bulan) atau implant dan IUD. Tidak dianjurkan pil KB Kombinasi.
  • Riwayat Kesehatan : Wanita dengan Riwayat penyakit tertentu (hipertensi, migrain dengan aura, Riwayat stroke atau thrombosis (pembekuan darah) tidak dianjurkan kontrasepsi yang mengandung estrogen; Riwayat kanker payudara atau kanker lain yang sensitive terhadap hormonal; Masalah berat badan (obesitas yang meningkatkan pembekuan darah).
  • Preferensi pasien : Tingkat kenyamanan (rutinitas sehari-harI (minum pil) atau yang minim perawatan (IUD) ; Keinginan Jangka Waktu (jangka Panjang atau jangka pendek); Efek Samping sensitive terhadap efek samping hormonal (memilih yang non hormonal : IUD atau kondom).
Diskusi dengan 2 pembicara sekaligus.

Dalam kesempatan tersebut, apt Yuri menjelaskan ragam kontrasepsi oral dan manfaatnya.

Beberapa jenis pil KB yakni :

  • Kombinasi (Estrogen + Progesteron) : Pil andalan biru, pil andalan Fe, dan ELSZA
  • Progestin Only Pil (POP) : Pil andalan Laktasi dan Postpil

Manfaat utamanya adalah (Mencegah Kehamilan). Serta manfaat tambahan kontrasepsi manajemen jerawat.

  • Cyproterone acetat sebagai pil KB sekaligus terapi hiperandrogen : Efek tambahan : Terapi hormon dan antiandrogenik, berbeda debgan progestin biasa, cyproterone acetat bekerja Menghambat efek androgen dengan mengurangi jerawat (mengurangi produksi minyak berlebihan dan mengurangi peradangan) dan pertumbuhan rambut berlebihan (hirtutisme).
  • ELZSA : Dikomsumsi 1 tablet setiap hari selama 21 hari mulai hari pertama siklsu menstruasi dan diikuti masa jeda 7 hari. Lanjut komsumsi blister berikutnya selama 3 -6 bulan atau tergantung pada Tingkat keparahan jerawat. Jerawat Sedang : perbaikan terlihat dalam 3 bulan (3 siklus Elzsa) dan Jerawat Parah    : perbaikan terlihat dalam 6 bulan (6 siklus Elzsa).
Baca Juga  Waspadai Pemilihan Produk Obat Bahan Alam dan Suplemen

Selain itu juga tersedia Pil KB darurat (Levonogestrel) yakni Terapi yang digunakan untuk mencegah kehamilan setelah Tindakan hubungan seksual yang dilindungi atau tidak cukup terlindungi (ACOG). Kehamilan yang tidak diinginkan dapat dicegah hingga 90% dengan menggunakan pil kontrasepsi darurat dalam waktu 72 jam setelah berhubungan.

Regulasi Kontrasepsi di Indonesia

  • Sediaan kontrasepsi oral yang tersedia di apotek (Pembahasan OWA 1 untuk All Pills, Permenkes No 2 Tahun 2025 untuk Postpil).
  • Kewenangan apoteker dalam pelayanan kontrasepsi (Bisa merujuk pada UU No.17 Tahun 2023 dan Permenkes No.2 tahun 2025) : tidak perlu takut untuk apoteker dalam penyediaan dan pemberian pil kb darurat.

Adapun Peran Strategi Apoteker dalam Kontrasepsi Kontrasepsi Oral. Pendekatan 5A adalah kerangka kerja yang sistematis dan sangat berguna untuk membantu apoteker dalam memberikan konseling yang komprehensif yaitu Assess (Menilai), Advise (Memberi Saran), Agree  (Menyepakati), Assist  (Membantu) dan Arrange (Menjadwalkan  tindak lanjut).

Materi selanjutnya yaitu dr. Thesa Ananda Prima yang membawakan mengenai overview DKT Indonesia.***

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

banner 950x90