PADA dasarnya, pelayanan kefarmasian perihal akses mendapatkan obat di sarana kesehatan semisal apotek sama saja berlaku umum di semua tempat.
Hanya saja, menjadi pengalaman unik yang menarik untuk diceritakan ketika hal tersebut kita lakoni di satu negara yang berbeda. Tentu ada saja pengalaman berkesan di sana.
×
Demikian pula sepenggal pengalaman sewaktu menebus obat di apotek saat berada di negeri Jepang.
Setelah pergi ke salah satu klinik, berkonsultasi dengan dokter dan dilakukan pemeriksaan, biasanya dokter akan memberikan resep obat (shohousen) yang dibutuhkan.
Dibantu oleh petugas pada bagian resepsionis klinik, pasien akan diberikan resep.
Petugas resepsionis tersebut sekaligus bertindak sebagai kasir untuk membayar biaya konsultasi dan pemeriksaan. Setelah itu, pasien akan diarahkan untuk menebus resep di apotek terdekat.
Sebagian besar klinik di Jepang memiliki apotek yang berafiliasi di dekatnya. Biasanya apotek berada di gedung sebelah, di gedung yang sama, atau di lingkungan sekitar dekat klinik.
Saat berada di apotek, akan ada petugas di area resepsionis, tempat untuk menyerahkan resep dari klinik.
Jika ini adalah kunjungan pertama pasien, maka akan diminta untuk menunjukkan kartu asuransi kesehatan dan selanjutnya akan dibuatkan semacam buku catatan.
Untuk pasien lama atau sudah pernah mendapatkan pelayanan, biasanya tinggal menyampaikannya ke resepsionis apotek, menunjukkan buku catatan obat (kusuri-techou).
Di Jepang, kusuri-techou pada dasarnya adalah buku catatan kecil yang mencantumkan sejarah obat yang telah diberikan kepada pasien .
Catatan ini merangkum nama atau jenis penyakit yang diderita, obat yang diberikan, dan berapa banyak dosis yang diresepkan.
Pada pengobatan yang menggunakan beragam jenis obat, lazimnya baik dokter maupun apoteker akan memastikan serta meminta informasi jenis obat apa yang sedang atau telah dikonsumsi.
Hal ini tentu saja untuk menghindari efek samping yang tidak perlu, dan disinilah peran penting adanya kusuri-techou.
Setelah itu, pasien akan diarahkan untuk menunggu giliran sampai namanya dipanggil. Setelah dipanggil, pasien menuju konter dan disana ada apoteker yang akan memberikan obat dan selembar kertas yang berisi informasi mengenai obat dan juga efek sampingnya.
Bila pasien lupa membawa kusuri-techou, apoteker akan menuliskan semua informasi yang diperlukan di atas kertas berbentuk stiker (shiiru).
Tujuannya adalah setelah tiba di rumah, pasien tinggal menempelkannya di kusuri-techou nantinya.
Setelah apoteker menjelaskan semua tentang obat, apoteker akan menyerahkan obat tersebut beserta kusuri-techou kepada pasien.
Sebagai informasi tambahan, apoteker di Jepang berpraktik dengan variasi gaji yang beragam. Tergantung pengalaman kerja, lokasi (kota besar atau daerah lain), dan jenis pekerjaan (apotek, rumah sakit, dll.).
Adapun besarannya terkategorikan seperti skema berikut : Bagi apoteker pemula (1-3 tahun pengalaman praktik), rata-rata ¥7.899.779 (Rp 873.417.577,04) per tahun atau sekitar ¥658.314 (Rp 72.784.512.47) per bulan.
Adapun apoteker senior (8+ tahun pengalaman), rata-rata ¥14.644.347 (Rp 1.619.108.293,01)per tahun atau sekitar ¥1.220.362 (Rp 134.925.663,44) per bulan.
Sebagai perbandingan, biaya hidup di Jepang untuk 1 orang per bulannya berkisar antara ¥100.000 – 200.000 (sekitar Rp 10 – 20 juta).
Bagaimana, menarik bukan? Atau minat untuk berpratik sebagai apoteker di Jepang?.***
