Informasi
Hubungi Redaksi IAINews melalui email : humas@iai.id
Floating Left Ads
Floating Right Ads
banner 950x90

Apoteker Jadi Garda Depan Program Pemerintah, Apotek Kini Bukan Sekadar Tempat Beli Obat

Kementerian Kesehatan dorong apotek hadir lebih dekat di tengah masyarakat lewat edukasi obat, skrining kesehatan, hingga penguatan apotek desa.

Simposium 10 di ruang Phinisi 1 Ballroom
banner 120x600
banner 468x60

Makassar, IAI News – Dalam suasana meriah Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Ikatan Apoteker Indonesia 2025 di Makassar, perhatian peserta tertuju pada sesi penting yang dibawakan oleh Dr. Dra. Agusdini Banun Saptaningsih, Apt, MARS, Direktur Pengelolaan dan Pelayanan Farmasi, Kementerian Kesehatan RI.

Pesannya jelas: apoteker bukan hanya penjaga obat, melainkan motor penggerak program kesehatan nasional.

Iklan ×

Agusdini menjelaskan bahwa apotek saat ini diarahkan menjadi pusat layanan kesehatan masyarakat. Artinya, apoteker tidak hanya menyerahkan obat, tetapi juga aktif memberikan konseling, hingga mendampingi pasien penyakit kronis.

“Apoteker punya peran besar dalam mendukung program pemerintah, mulai dari GERMAS, Program Rujuk Balik (PRB), sampai skrining kesehatan. Mereka adalah mitra strategis untuk memastikan masyarakat mendapat obat yang aman, bermutu, dan tepat guna,” ungkap Agusdini di hadapan ratusan peserta PIT pada Simposium 10, Kamis, 28 Agustus 2025.

Baca Juga  Apoteker Sulawesi Tenggara Meriahkan PIT 2025 dengan Semangat Kolaborasi dan Profesionalisme

Menurutnya, praktik kefarmasian kini ditopang regulasi kuat melalui UU No. 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. Undang-undang tersebut menegaskan bahwa produksi, distribusi, hingga pelayanan kefarmasian wajib dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang kompeten.

Lebih jauh, Agusdini menyoroti peran apotek dalam mendekatkan layanan farmasi ke masyarakat. Apotek Desa/Kelurahan menjadi contoh nyata bagaimana pemerintah bersama apoteker bisa hadir di garda terdepan, terutama di wilayah yang akses kesehatannya masih terbatas.

“Jangan lagi apotek hanya dipandang sebagai tempat membeli obat. Kita ingin apotek menjadi ruang edukasi, pusat konseling, sekaligus titik skrining kesehatan masyarakat. Dengan begitu, apoteker semakin terasa kehadirannya di tengah masyarakat,” tambahnya.

Dalam konteks Program Rujuk Balik (PRB), apoteker punya peran strategis dalam mendampingi pasien dengan penyakit kronis. Tidak sebatas memberikan obat, mereka juga memastikan pasien patuh minum obat, mengedukasi soal efek samping, hingga mencegah putus terapi. Langkah ini meringankan beban rumah sakit sekaligus meningkatkan kualitas hidup pasien.

Baca Juga  Mari Mengenal Perbedaan Obat Sintesis dan Obat Bahan Alam
dok. Humas Farmalkes Kemenkes
Narasumber Dr. Dra. Agusdini Banun Saptaningsih, Apt, MARS dan Moderator apt. Redho Meisudi, S.Farm

Namun, Agusdini juga tidak menutup mata bahwa tantangan masih ada. Distribusi apoteker yang belum merata, terutama di kawasan Indonesia timur, masih menjadi pekerjaan rumah besar.

Untuk itu, kolaborasi lintas sektor dibutuhkan agar layanan kefarmasian benar-benar bisa dirasakan semua lapisan masyarakat.

PIT IAI 2025 di Makassar pun menjadi momentum untuk memperkuat konsolidasi profesi. Ribuan apoteker dari seluruh Indonesia diajak berkolaborasi mendukung transformasi kesehatan nasional yang berbasis teknologi, kolaborasi, dan pelayanan yang lebih humanis.

“Apoteker adalah garda depan kesehatan. Dengan inovasi dan kerja sama, kita bisa menjawab tantangan sekaligus memperkuat peran apotek sebagai mitra pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang lebih sehat,” tutup Agusdini.

Baca Juga  Makanan Sehat untuk Ibu Hamil: Panduan Lengkap Memenuhi Kebutuhan Nutrisi
dok. Humas Farmalkes Kemenkes
Foto Bersama Narasumber dan Peserta Simposium 10 di Ruang Phinisi Ballroom 1
banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

banner 950x90