Informasi
Hubungi Redaksi IAINews melalui email : humas@iainews.net
Floating Left Ads
Floating Right Ads
banner 950x90

Pertama Bertemu dengan Jamu

pexels yankrukov 5480238
banner 120x600
banner 468x60

“JAMU..jamu..jamu”, teriak seorang perempuan yang sudah tidak muda lagi saat menjajakan sebuah minuman yang sudah tidak asing lagi bagi warga kompleks.

Dengan sepeda tuanya dia mengelilingi sebuah kompleks, blok demi blok sambil meneriakkan kata yang sama tersebut yakni “Jamu”.

Iklan ×

pexels yankrukov 5480238

“Jamu Bi”, panggil seorang tetangga yang persis ada di depan rumah. Tak hanya tetangga yang memanggil dan keluar halaman untuk membeli jamu. Ternyata ibu saya pun ikut mendatangi untuk membeli jamu.

Ibu membawa 2 gelas kosong untuk diisi jamu. Satu gelas berisi kunyit asam dan satu gelas lagi berisi beras kencur.

“Ini diminum beras kencurnya”, perintah Ibu. “Kalau sudah habis, ntar diisi lagi sama jahe, biar lebih enak”, tutur Ibu.

Peristiwa 20 tahun yang lalu tersebut masih terekam di dalam ingatan. Pertama bertemu dengan jamu dan langsung dikenalkan oleh ibu, walaupun ibu sudah tidak ada tapi rekaman kenangan itu masih berbekas hingga sekarang.

Baca Juga  Jamu: Peran Apoteker Dalam Pengobatan Tradisional yang Aman dan Bermutu

Kita memiliki kisah masing-masing saat pertama bertemu dengan jamu, dengan berbagai pengalaman dan peristiwa yang dirasakan saat mengenal pertama kali minuman tradisional khas Indonesia ini.

Setelah kuliah di Farmasi semakin intens bertemu dengan jamu dan mendalami pada beberapa mata kuliah.

Saat belum mengenal dunia kefarmasian, sama seperti orang awam hanya mengenal jamu dari penjual jamu gendong ataupun bersepeda yang sering berkeliling menjualnya.

Padahal, sekarang jamu cakupannya lebih luas dan diproduksi lebih banyak oleh perusahan-perusahan obat dengan berbagai bentuk sediaan yang menarik sehingga orang-orang lebih mengenal dan menyukai jamu.

Jamu tidak hanya sebatas minuman yang dijual dalam botol-botol kemasan kemudian dituangkan ke dalam gelas.

Baca Juga  Langkah Awal Menjadi Pebisnis di Bidang Farmasi

Kini, jamu tersedia dalam berbagai bentuk seperti serbuk, pil, ataupun kapsul. Cara membeli jamu juga tidak seperti jaman dahulu, kita mencari atau menunggu penjual lewat depan rumah lalu memanggil penjualnya. Sekarang, kita bisa langsung mencari di berbagai toko-toko yang menjual jamu kemasan baik di toko obat maupun apotek, bahkan secara online.

Keberadaan jamu di Indonesia pun dikuatkan dengan berbagai regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah diantaranya yakni UU tentang Kesehatan No. 17 tahun 2023.

Didalam UU tersebut jamu didefinisikan sebagai obat bahan alam (OBA) yang berasal dari pengetahuan tradisional atau warisan budaya Indonesia, digunakan untuk pemeliharaan, peningkatan, pencegahan, dan pengobatan penyakit.

Baca Juga  Rakernas dan PIT IAI 2024, Hadiri Simpo dan Workshop Himastra, Ambil Ilmunya, Dapatkan Hadiahnya

Secara sederhana, orang awam akan mengatakan jamu biasanya digunakan secara turun-murun dari beberapa generasi sebelumnya yang merupakan ramuan obat dari berbagai bahan tumbuhan, hewan, mineral atau campuran dari bahan-bahan tersebut.

Dengan slogan “back to nature”, jamu semakin populer keberadaannya di tengah-tengah masyarakat.

Industri-industri obat mulai berlomba-lomba untuk memproduksi jamu dengan berbagai jenis dan bentuk sediaan.

Lembaga-lembaga penelitian pun mulai melakukan riset jamu untuk dikembangkan lebih luas dan mendalam.

Harapannya semakin banyak masyarakat yang sadar untuk mengonsumsi jamu dan semakin bangga dengan salah satu warisan budaya Indonesia yang diakui oleh dunia.

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

banner 950x90