“Secara individu, kita adalah satu tetes; tapi, bersama-sama kita adalah lautan.” (Ryunosoke Satoro)
Di era digital dan kompetitif saat ini, kolaborasi menjadi salah satu kunci utama dari sebuah perubahan.
Teknologi telah membuka peluang bagi kita untuk berinteraksi dan bekerjasama lintas individu maupun organisasi tanpa batas geografis untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam banyak profesi, bekerja secara individu sudah menjadi kebiasaan. Namun, di era global seperti ini, pendekatan itu tidak selalu menghasilkan dampak yang maksimal.

Kini, kolaborasi menjadi salah satu strategi penting untuk memperkenalkan keahlian, memperluas jaringan, dan menciptakan inovasi.
Hasil kolaborasi sering kali lebih inovatif, kreatif dan berdampak lebih luas.
Profesi apoteker pun menghadapi tantangan tersendiri di tengah masyarakat. Apoteker berperan dalam upaya promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitatif.
Namun, tak dapat dipungkiri bahwa masih banyak masyarakat yang belum sepenuhnya mengenal peran apoteker.
Dari waktu ke waktu apoteker terus memperkenalkan profesinya dengan berbagai cara termasuk melalui media.
Sebagian masyarakat yang awalnya asing dengan profesi ini kini mulai memahami kompetensi yang dimiliki apoteker.
Kolaborasi lintas profesi menawarkan banyak manfaat. Para profesional dari berbagai latar belakang dapat saling mendukung, bertukar pengetahuan, menciptakan inovasi dan kreativitas melalui perspektif yang beragam.
Selain itu kolaborasi dapat meningkatkan efesiensi dan kualitas layanan yang diberikan.
Sebuah contoh nyata terlihat, pada saat situasi bencana. Apoteker dapat berperan aktif dari memberikan bantuan logistik hingga membuka layanan kesehatan.
Namun, jika dilakukan sendiri tanpa melibatkan profesi lainnya, dampak yang dihasilkan tidak akan sebesar ketika kolaborasi lintas profesi diterapkan.
Kolaborasi memungkinkan berbagi sumber daya secara langsung, efisiensi waktu dan tenaga karena berfokus pada kompetensi masing- masing dan menciptakan semangat kebersamaan.
Hasilnya, layanan kesehatan yang komprehensif dapat diberikan kepada masyarakat dan peran apoteker menjadi lebih terintegrasi.
Dampak lain yang dirasakan saat berkolaborasi lintas profesi adalah terciptanya pembelajaran timbal balik, peningkatan pengetahuan dan keterampilan lintas disiplin ilmu, serta memperkuat pemahaman yang lebih baik terhadap profesi lain.
Kolaborasi juga meningkatkan rasa percaya diri dalam melakukan tugas secara professional.
Namun, menciptakan harmonisasi dalam kolaborasi bukanlah hal yang mudah. Tantangan seperti ego sektoral, struktur hierarki yang kaku dalam beberapa kondisi dapat menghambat proses kolaborasi, termasuk distribusi tanggung jawab yang tidak jelas.
Selain itu kurangnya pengalaman dalam bekerjasama, dan perbedaan latar belakang juga dapat mempersulit proses ini.
Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan beberapa pendekatan yang tepat seperti komunikasi efektif dan penetapan tujuan bersama.
Seperti kata Ron Garan, “Kolaborasi dimulai dengan saling pengertian dan rasa hormat”.
Dua hal ini sangat penting agar tidak ada pihak yang merasa yang lebih tinggi ataupun direndahkan.
Dengan komunikasi dan koordinasi yang baik, disertai empati, penghargaan terhadap kompetensi masing- masing , proses kolaborasi akan lebih menyenangkan dan efektif.
Selain sebagai strategi untuk memperkenalkan profesi, kolaborasi juga menjadi kunci untuk meningkatkan daya saing di era global.
Dalam dunia yang semakin terkoneksi ini, kemampuan berkolaborasi secara efektif sangat mennetukan kontribusi dan pengembangan kapasitas diri.
Melakukan segalanya sendiri mungkin terasa wajar, tapi kelelahan akan datang. Sudah saatnya kita mengubah strategi agar memliliki stamina dan energi untuk terus berkarya serta menunjukkan peran apoteker secara terintergrasi di era global.
Ini bukan lagi era kompetisi melainkan saatnya kita berkolaborasi dalam mengenalkan profesi yang kita cintai.***