Informasi
Hubungi Redaksi IAINews melalui email : humas@iainews.net
Floating Left Ads
Floating Right Ads
banner 950x90

Peran Strategis APOTEKER: Garda Terdepan dalam Kesehatan Masyarakat

image1 24
Kegiatan Sosialisasi DAGUSIBU di Puskesmas Baiturrahman, Gampong Ateuk Pahlawan, dalam rangka memperingati hari World Pharmacist Day.
banner 120x600
banner 468x60

APOTEKER adalah profesional kesehatan di bidang farmasi yang bertanggung jawab atas pembuatan, penyediaan, dan pengawasan penggunaan obat. Mereka berperan penting memastikan obat yang digunakan pasien aman, tepat, dan efektif. Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, apoteker termasuk dalam profesi tenaga kesehatan.

Pada 2022, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sekitar 121.000 apoteker tersebar di seluruh Indonesia, dengan 46% di antaranya berada di Pulau Jawa (Rizqiyah, 2023). Jumlah tersebut menunjukkan rasio 1:2272 apoteker per penduduk, yang masih kurang ideal dibandingkan standar WHO, yaitu 1:2000. Distribusi apoteker yang tidak merata menyebabkan peran apoteker di Indonesia belum optimal, khususnya di wilayah terpencil.

Iklan ×

Minimnya jumlah apoteker dan penyebaran yang belum merata mengakibatkan rendahnya pemahaman masyarakat tentang penggunaan obat serta kurangnya pengenalan terhadap profesi apoteker.

Hari Apoteker Sedunia (World Pharmacists Day), yang diperingati setiap 25 September, ditetapkan oleh International Pharmaceutical Federation (FIP) pada 2009 untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya peran apoteker dalam kesehatan masyarakat. Peringatan ini merupakan momentum bagi para apoteker untuk mempromosikan profesi mereka, berbagi pengalaman, dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya peran apoteker dalam perawatan kesehatan.

Baca Juga  HADIRI RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM BALEG DPR RI

Sebagai garda terdepan, apoteker bertanggung jawab tidak hanya dalam menyediakan obat yang aman dan efektif tetapi juga dalam memberikan edukasi terkait penggunaan obat yang benar, termasuk dosis, waktu, dan cara pemberian.

Apoteker memiliki keahlian dalam memastikan bahwa setiap obat sesuai dengan kondisi pasien dan dapat mengidentifikasi potensi interaksi obat yang merugikan.

Peran apoteker semakin penting dalam menghadapi tantangan kesehatan modern, seperti penyakit kronis, resistensi antibiotik, dan kebutuhan vaksinasi. Mereka juga berkontribusi dalam program kesehatan masyarakat, seperti kampanye imunisasi, pemantauan penyakit menular, dan edukasi gaya hidup sehat. Kolaborasi dengan dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya sangat penting untuk memastikan perawatan pasien yang optimal.

Salah satu strategi edukasi yang dilakukan apoteker untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang obat adalah melalui program DAGUSIBU (DApatkan, GUnakan, SImpan, Buang).

Program ini bertujuan memberikan informasi mengenai langkah-langkah yang baik dalam memperoleh dan menggunakan obat. Di masyarakat sering ditemukan perilaku konsumsi obat yang kurang tepat, seperti membeli obat secara sembarangan, kurang memperhatikan tanggal kedaluwarsa, BUD (Beyond Use Date), serta cara dan waktu penggunaan yang benar.

Baca Juga  Diabetes Mellitus, Kenali Gejala, Tipe dan Pengobatannya

Minimnya akses apotek dan kurangnya tenaga apoteker di wilayah terpencil turut memengaruhi pemahaman ini. Masyarakat juga kerap salah dalam menyimpan dan membuang obat, yang dapat berdampak buruk pada lingkungan.

Berdasarkan data RISKESDAS 2013, sekitar 85,9% masyarakat belum memiliki pengetahuan yang benar terkait penggunaan obat.

Hal ini menjadi latar belakang implementasi program DAGUSIBU yang terbukti meningkatkan pemahaman masyarakat tentang obat-obatan (Andi Zulbayu et al., 2021; Dewi et al., 2024; Dira dan Puspitasari, 2021). Sosialisasi DAGUSIBU penting untuk terus dijalankan, baik melalui poster di fasilitas kesehatan, leaflet, kampanye di media sosial, maupun festival masyarakat. Harapannya, masyarakat dapat lebih bijak dalam mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat.

Apoteker harus selalu memberikan informasi lengkap mengenai penggunaan obat, termasuk cara penyimpanan dan pembuangan obat yang sudah tidak layak pakai. Dengan demikian, peran apoteker sebagai garda terdepan kesehatan masyarakat dapat tercermin secara optimal.

Dukungan dari masyarakat, tenaga kesehatan, dan berbagai pemangku kepentingan sangat diperlukan dalam menguatkan upaya edukasi ini. Melalui strategi sosialisasi DAGUSIBU, apoteker dapat turut mewujudkan visi kesehatan Indonesia dengan menciptakan masyarakat yang sehat, produktif, dan mandiri.

Baca Juga  BPOM : Perlu Perkuatan Legal Berupa Payung Hukum Berupa UU

 

DAFTAR PUSTAKA

Andi Zulbayu, L. O. M., Nasir, N. H., Awaliyah, N., & Juliansyah, R. (2021). DAGUSIBU Education (Get, Use, Save and Dispose) Medicines in Puasana Village, North Moramo District, South Konawe Regency. Jurnal Mandala Pengabdian Masyarakat, 2(2), 40–45. https://doi.org/10.35311/jmpm.v2i2.29

Dewi, M. S., Muslih, H. F., Azizah, M., Marselina, M., Siffa, N. A., Kamilah, S. noor, & Khasanah, U. (2024). Strategi Peningkatan Pemahaman Terhadap DAGUSIBU di Desa Sukamanah Kecamatan Sukatani. JURNAL PENGABDIAN FARMASI DAN SAINS, 2(2), 13–22. https://doi.org/10.22487/jpsf.2024.v2.i2.16885

Dira, M. A., & Puspitasari, L. (2021). Penyuluhan Pengelolaan Obat DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, Buang) di Banjar Kodok Darsana Kabupaten Karangasem. JAI : Jurnal Abdimas ITEKES Bali, 1(1), 41–45.

Rizqiyah, A. (2023, September 26). Kekurangan Tenaga Apoteker di Indonesia, Masih Jauh dari Jumlah yang Dibutuhkan. GoodStats.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2013. Diakses: 19 Oktober 2018, dari http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20

Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144. Sekretariat Negara.

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

banner 950x90