Jambi, IAINews – Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI) sukses menyelenggarakan Workshop Evaluasi Kurikulum Berbasis Outcome-Based Education (OBE) dan Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) Forum Wilayah I (Forwil I) Sumatera pada 24-25 September 2024 di Hotel Aryaduta, Medan.
Acara yang berlangsung selama dua hari ini bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan tinggi farmasi melalui standarisasi kurikulum dan mengurangi disparitas yang ada antarperguruan tinggi farmasi di Indonesia.
Workshop ini menghadirkan narasumber dari berbagai institusi, dan diikuti oleh lebih dari 50% anggota Forwil I, seperti yang disampaikan oleh Dr. apt. Nilsya Febrika Zebua, M.Si., Bendahara Forwil I, dalam sambutannya.
“Saya berharap semua perguruan tinggi di Forum Wilayah I dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Alhamdulillah, sudah lebih dari setengah anggota turut hadir,” ungkapnya.
Fokus Workshop: Kurikulum Berbasis OBE
Workshop tersebut mengangkat topik penting mengenai evaluasi kurikulum berbasis OBE yang bertujuan menciptakan capaian pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan kompetensi mahasiswa farmasi.
Narasumber utama, Apt. Junaidi Khatib, M.Si., Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga dan pengurus bidang akademik APTFI, menekankan pentingnya keselarasan antara Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa dengan kompetensi apoteker yang mereka peroleh.
“Ada ketimpangan di beberapa institusi, di mana mahasiswa dengan IPK tinggi ternyata tidak memiliki kompetensi apoteker yang memadai. Kurikulum berbasis OBE diharapkan mampu menjembatani hal ini, memastikan IPK sejalan dengan capaian pembelajaran,” jelas Apt. Junaidi Khatib.
Beliau menambahkan bahwa kurikulum OBE dirancang untuk membentuk pola pikir dan kompetensi yang mendalam bagi peserta didik, sehingga mereka dapat memenuhi standar kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia profesi apoteker.
Uji Kompetensi Apoteker Indonesia: Tantangan dan Implementasi
Narasumber kedua, Prof. Dr. Saefullah, menyampaikan materi terkait implementasi kurikulum dalam mendukung Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Apoteker Indonesia (UKMPPAI).
Pada sesi ini, Prof. Saefullah menjelaskan metode yang digunakan dalam uji kompetensi, yakni OSCE (Objective Structured Clinical Examination) dan CBT (Computer-Based Test), yang bertujuan untuk standardisasi kompetensi lulusan apoteker di seluruh Indonesia.
“UKMPPAI bertujuan untuk mengurangi variasi kompetensi lulusan farmasi di Indonesia. Dengan adanya UKMPPAI, diharapkan kualitas pendidikan dan kompetensi tenaga kefarmasian di Indonesia dapat seragam,” ujar Prof. Saefullah.
Rapat Koordinasi Wilayah I: Pengembangan Profesi Apoteker
Selain workshop, kegiatan ini juga mencakup Rakorwil APTFI Forwil I yang dipimpin oleh Apt. Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Ketua Forum Wilayah I. Rapat ini membahas langkah-langkah strategis dalam pengembangan profesi apoteker di wilayah Sumatera, termasuk perizinan profesi dan solusi atas kendala yang dihadapi dalam pengembangan profesi apoteker.
Dalam diskusi ini, beberapa permasalahan yang sering muncul terkait perizinan profesi dan tantangan dalam perintisan profesi apoteker di berbagai daerah juga turut dibahas.
Hasil dari rapat ini akan menjadi acuan bagi Forwil I dalam menentukan langkah ke depan untuk memastikan perkembangan institusi farmasi di wilayah Sumatera berjalan sesuai dengan harapan.
Rencana Tindak Lanjut dan Penetapan Tuan Rumah Rakorwil Berikutnya
Kegiatan Rakorwil Forwil I Sumatera ditutup dengan penyusunan program kerja yang akan dilaksanakan pada tahun 2025 serta penetapan tuan rumah untuk Rakorwil berikutnya.
Universitas Bengkulu di Provinsi Bengkulu terpilih sebagai tuan rumah untuk kegiatan Rakorwil mendatang, yang direncanakan berlangsung pada tahun depan.
Melalui kegiatan ini, APTFI terus berkomitmen dalam mendukung pengembangan pendidikan tinggi farmasi di Indonesia, dengan harapan bahwa langkah-langkah strategis yang diambil dapat memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan profesi apoteker di masa depan.