MATARAM, IAINews – Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia di Mataram mengungkap berbagai inovasi terapi medis yang dapat membawa perubahan nyata bagi kesehatan masyarakat.
Dari penelitian yang menggunakan lalat buah hingga kopi kombucha, setiap temuan ini saling terkait dalam upaya meningkatkan efektivitas dan keamanan pengobatan, sambil mencari solusi yang lebih terjangkau.
Acara tahunan yang diikuti oleh hampir lebih dari 1.000 apoteker dari seluruh Indonesia ini diselenggarakan oleh Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia, bekerjasama dengan PD IAI NTB pada 29 – 31 Agustus 2024 di hotel Lombok Raya.
Dimulai dengan penelitian oleh Nadila Pratiwi Latada dari Universitas Hasanuddin, yang mengusulkan penggunaan lalat buah (Drosophila melanogaster) sebagai model uji dalam penelitian efek anti-aging metformin.
Ini adalah langkah penting karena model ini dapat mempersingkat waktu dan biaya penelitian obat, membuatnya lebih efisien dan mudah diakses.
‘’Hasilnya menunjukkan bahwa metformin tidak hanya aman tetapi juga memperpanjang umur lalat, memberikan harapan baru dalam pengembangan terapi anti-penuaan yang mungkin suatu hari nanti bermanfaat bagi manusia,’’ ungkap Nadila Pratiwi Latada.
Inovasi terapi medis lain dilakukan oleh peneliti yang satu ini. Sejalan dengan upaya meningkatkan efektivitas pengobatan, Mukarram Mudjahida, juga dari Universitas Hasanuddin, memperkenalkan mikropartikel responsif bakteri yang dirancang untuk menghantarkan antibiotik langsung ke lokasi infeksi.
Teknologi ini diuji pada larva lalat buah yang terinfeksi, menunjukkan peningkatan signifikan dalam kelangsungan hidup larva.
Ini adalah bukti bahwa mikropartikel dapat mengurangi efek samping antibiotik, yang sering kali menjadi kekhawatiran utama dalam pengobatan infeksi bakteri, terutama di area yang sulit dijangkau.
Masalah efektivitas pengobatan juga menjadi fokus dalam penelitian oleh Ihsan Ikhtiarudina dari STIFAR Riau.
Ihsan Ikhtiarudina menyintesis senyawa baru sebagai inhibitor protease virus dengue.
Temuannya menyoroti potensi senyawa ini dalam menghambat virus penyebab demam berdarah, sebuah langkah maju penting dalam pencarian obat antivirus yang selama ini belum tersedia.
Ini bukan hanya relevan secara ilmiah, tetapi juga sangat dibutuhkan di Indonesia yang kerap dilanda wabah demam berdarah. Ini adalah sebuah inovasi terapi media yang sangat bermanfaat untuk Indonesia.
Dalam upaya melawan penyakit serius lainnya, Riska Prasetiawati dari Universitas Garut mengeksplorasi potensi cengkeh dalam pengobatan kanker payudara.
Dengan pendekatan in silico, ia menemukan bahwa senyawa alkaloid A6 dan aceteugenol dalam cengkeh memiliki kemampuan antikanker yang menjanjikan, bahkan sebanding dengan obat-obatan modern tetapi dengan efek samping yang lebih minimal.
Penelitian ini menunjukkan bahwa solusi efektif untuk kanker mungkin ada di sekitar kita, hanya perlu digali dan diuji lebih lanjut.
Dalam bidang pengendalian berat badan, Tedjo Narko dari Universitas Pertahanan mengungkapkan bahwa kopi hijau robusta yang difermentasi dengan kombucha dapat berperan dalam menurunkan berat badan.
Melalui penelitian menggunakan zebrafish, ia menemukan bahwa kombinasi ini membantu mengurangi berat badan dan indeks massa tubuh, menjadikannya pilihan menarik sebagai minuman fungsional untuk mengatasi obesitas secara alami.
Menghadapi tantangan dalam praktik medis sehari-hari, Fitri Nisa Maulania dari RS Mata Achmad Wardi menemukan sebuah inovasi dalam terapi media yang berbeda. Ia menemukan bahwa penggunaan levofloxacin setelah operasi katarak mungkin tidak selalu diperlukan.
Hasil studi retrospektifnya menunjukkan bahwa menghilangkan antibiotik ini tidak meningkatkan risiko infeksi tetapi justru mengurangi biaya perawatan.
Hal ini juga membuka peluang bagi pendekatan yang lebih hemat biaya tanpa mengorbankan keselamatan pasien.
Rangkaian penelitian ini ditutup dengan temuan Rizka Syafaatul Udzma dari Universitas Ngudi Waluyo yang menyoroti pentingnya pengawasan ketat dalam terapi obat pada pasien lanjut usia.
Studi ini menemukan bahwa interaksi obat pada pasien hipertensi geriatri bisa berakibat serius, menunjukkan perlunya perhatian lebih dalam meresepkan obat untuk kelompok ini.
Secara keseluruhan, penelitian-penelitian ini tidak hanya menghadirkan inovasi terapi medis yang menarik, tetapi juga saling terhubung dalam tujuan mereka, yakni menemukan solusi kesehatan yang lebih aman, efektif, dan terjangkau.
Dari laboratorium hingga aplikasi klinis, setiap langkah membawa kita lebih dekat pada masa depan perawatan kesehatan yang lebih baik bagi semua.***