Ditulis oleh: Dr. apt. Lusy Noviani, MM (Praktisi, Trainer dan Dosen FKIK Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya)
TAHUKAH anda, bahwa dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu bersamaan dapat mempengaruhi efek masing-masing atau saling berinteraksi.
Interaksi tersebut dapat bersifat potensiasi atau antagonis satu obat oleh obat lainnya, atau kadang dapat memberikan efek yang lain.
Dengan kata lain, efek interaksi obat dapat menguntungkan atau merugikan terapi (Baxter, 2010).
Meskipun potensi interaksi tidak selalu berdampak pada gejala klinik yang dapat diamati, potensi terjadinya interaksi sebaiknya diminimalkan dan dicegah.
Berbagai faktor dapat mempengaruhi kerentanan pasien terhadap interaksi obat. Pasien yang rentan terhadap interaksi obat antara lain:
- Pasien lanjut usia
- Pasien bayi dan anak
- Pasien yang minum lebih dari satu macam obat
- Pasien yang mempunyai gangguan fungsi hati dan ginjal
- Pasien dengan penyakit akut
- Pasien dengan penyakit yang tidak stabil
- Pasien yang mempunyai karakteristik genetik tertentu
- Pasien yang dirawat lebih dari satu dokter
Efek obat dapat bertambah kuat atau berkurang karena interaksi ini.
Akibat yang tidak dikehendaki dari peristiwa interaksi ini ada dua kemungkinan.
Yakni meningkatnya efek toksik atau efek samping obat atau berkurangnya efek klinis yang diharapkan.
Bagaimana dampak bila terjadi interaksi obat?
Potensi keparahan interaksi sangat penting dalam menilai risiko dan manfaat terapi alternatif.
Dengan penyesuaian dosis yang tepat atau modifikasi jadwal penggunaan obat, efek negatif dari kebanyakan interaksi dapat dihindari.
Tiga derajat keparahan interaksi dapat dikategorikan sebagai berikut:
Kombinasi obat apa saja yang berinteraksi dan sering digunakan secara bersamaan?
Beberapa obat yang sering dikombinasikan dalam satu resep sehingga berpotensi menimbulkan interaksi satu sama lain seperti tercantum dalam tabel dibawah ini.
Selain obat yang diresepkan, interaksi juga terjadi pada obat resep dengan obat bebas, dan obat herbal
Bagaimana Strategi penatalaksanana interaksi obat?
Ada beberapa strategi dalam penatalaksanaan interaksi obat meliputi (Fradgley, 2003):
1). Menghindari kombinasi obat yang berinteraksi
Jika risiko interaksi pemakaian obat lebih besar daripada manfaatnya maka harus dipertimbangkan untuk memakai obat pengganti.
Pemilihan obat pengganti tergantung pada apakah interaksi obat tersebut merupakan interaksi yang berkaitan dengan kelas obat tersebut atau merupakan efek obat yang spesifik.
2). Penyesuaian dosis obat
Jika interaksi obat meningkatkan atau menurunkan efek obat maka perlu dilakukan modifikasi dosis salah satu atau kedua obat.
Modifikasi dosisi ini untuk mengimbangi kenaikan atau penurunan efek obat tersebut.
Penyesuaian dosis diperlukan pada saat mulai atau menghentikan penggunaan obat yang berinteraksi.
3). Pemantauan pasien
Jika kombinasi yang saling berinteraksi diberikan, maka diperlukan pemantauan pasien.
Keputusan untuk memantau atau tidak tergantung pada berbagai faktor, seperti karakteristik pasien, penyakit lain yang diderita pasien, waktu mulai menggunakan obat yang menyebabkan interaksi dan waktu timbulnya reaksi interaksi obat.
4). Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya
Jika interaksi obat tidak bermakna klinis atau jika kombinasi obat yang berinteraksi tersebut merupakan pengobatan optimal, pengobatan pasien dapat diteruskan.
Apoteker perlu berkolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya selama pemberian terapi.
Kajian diperlukan lebih mendalam, terutama pada kajian literatur yang digunakan, mekanisme interaksi dan manajemen yang dilakukan untuk mengurangi potensi yang terjadi, terutama ketika interaksi tersebut dapat diantisipasi dan dicegah.
Bagaimana peranan Apoteker untuk mencegah potensi terjadinya interaksi obat?
Interaksi obat dapat terjadi pada kondisi pasien yang memiliki patologik yang berbeda sehingga menjadi tidak mudah memprediksi hasil akhir dari interaksi.
Tantangan terbesar untuk menjamin keamanan terapi yang diberikan adalah memahami kondisi penyakit, memilih terapi yang tepat dan mengurangi kombinasi obat yang mengakibatkan munculnya reaksi obat yang tidak diharapkan.
Apoteker memiliki peranan yang sangat vital untuk membantu pemilihan terapi yang aman dan mencegah potensi terjadinya interaksi.
Beberapa strategi yang dilakukan untuk mencapai tujuan keamanan dan efektivitas terapi antara lain
- Melakukan pengkajian kondisi klinis, hasil pemeriksaan penunjang dan rencana terapi
- Melakukan kolaborasi antar profesional tenaga kesehatan mulai dari peresepan, pemberian obat sampai dengan monitoring kondisi pasien
- Melakukan rekonsiliasi untuk memastikan obat yang diberikan tidak berinteraksi dengan obat sebelumnya atau obat yang biasa digunakan pasien
- Membuat catatan terintegrasi terkait kondisi pasien
- Meningkatkan kompetensi dengan terus mengupdate pengetahuan terkait keamanan obat dengan membaca literatur/referensi yang menjadi acuan dalam praktek.
Teman sejawat dapat memperoleh modul lengkap panduan interaksi obat yang dapat diakses pada laman https://mimseducation.com/id/course?association_id=4, yang terbit di bulan November 2023
Daftar Pustaka
Armahizer M, Kane-Gill SL, Smithburger PL dkk (2012). Comparing drug-drug interactions severity for clinician opnion to proprietary data bases. Adc Pharmacoepidem Drug Saf. 1: 4
Baxter, K. (2010). Stockley’s Drug Interaction. A source book of Interaction, their mechanisms, clinical importance and management. 9th ed. London Pharmaceutical Press, UK
Leone R, Magro L, Moretti U dkk (2010) Identifiying adverse drug reactions associated with drug drug interactions: data mining of a spontaneous reporting database in Italy.
Phansalkar S, Desa A, Choksi A dkk (2013) Criteria for assessing high priority drug-drug interactions for clinical decision support in electronic health records. BMC Med Inform decision Making.***