MESKI penamaannya gas air mata, gas air mata sejatinya bukanlah gas, melainkan bubuk bertekanan yang dapat memunculkan kabut seolah seperti gas.
Gas air mata merupakan kumpulan senyawa kimia yang dapat menimbulkan beberapa efek bagi kesehatan. Tujuannya untuk pelumpuhan sementara.

Dulu digunakan oleh Angkatan Darat Amerika Serikat untuk mengendalikan kerusuhan. Selain itu, gas air mata juga digunakan sebagai senjata kimia dalam Perang Dunia I.
Namun kini gas air mata tidak lagi digunakan untuk perang. Kerap kita temukan penggunaan gas air mata saat terjadi pembubaran massa demonstran yang mengarah pada kerusuhan.
Penggunaan gas air mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, pernapasan, kulit, sampai paru-paru sehingga memberi dampak yang kurang baik bagi kesehatan.
Biasanya, gas air mata disimpan dalam tabung atau granat. Kemudian, dikeluarkan dengan cara disemprotkan ke udara atau ke objek tertentu.
Bubuk bertekanan yang ketika dikeluarkan dapat menciptakan asap tebal atau kabut sehingga dianggap sebagai gas.
Kandungan gas air mata umumnya mengandung 2-chlorobenzalmalononitrile atau dikenal juga sebagai gas CS.
Selain itu, ada juga kandungan berupa oleoresin capsicum (semprotan merica), dibenzoxazepine (gas CR), dan kloroasetofenon (gas CN).
Kumpulan senyawa kimia tersebut disimpan dalam tabung atau granat, kemudian disemprotkan atau ditembakkan melalui pistol pelontar.
Setelah itu, akan muncul asap tebal atau kabut berwarna putih yang mengembang di udara. Lalu secara cepat kandungan senyawa dalam gas air mata menimbulkan iritasi pada mata, pernapasan, maupun kulit.
Ketika ditembakkan, atau diaktifkan, serbuk ini akan menyebar dan menggantung di udara dengan kepadatan yang tinggi.
Orang farmasi mengenal teknologi ini dalam obat asma inhalasi, namun dosisnya sangat kecil. Serbuk ini akan berikatan dengan kandungan air yang terdapat di mata, kulit dan tenggorokan.
Serbuk halus yang mengambang di udara tersebut akan menempel di kulit, terhirup atau mengenai mata, karena berikatan dengan kandungan air yang terdapat di kulit, tenggorokan saluran pernafasan atau mata.
Ketika terkena gas air mata, maka mata, pernapasan, dan kulit akan langsung bereaksi, umumnya iritasi seperti merasa perih dan sakit.
Hal ini karena senyawa kimia dalam gas air mata mengikat salah satu dari dua reseptor rasa sakit dalam tubuh yang disebut sebagai TRPA1 dan TRPV1.
Umumnya beberapa hal yang dialami oleh mereka yang pernah merasakan langsung gas air mata adalah mata terasa gatal dan panas seperti terbakar, kelopak mata menutup tidak sengaja, mata mengalami kebutaan sementara atau penglihatan menjadi kabur.
Selain itu mata mengalami pendarahan dan kerusakan saraf dalam jangka panjang. Adapula yang berlanjut terkena erosi kornea, katarak.
Iritasi hidung, tenggorokan, dan paru-paru.
Kesulitan bernapas, tersedak, batuk, hingga gagal pernapasan. Keluhan lainnya berupa mulut mengeluarkan air liur, sesak di bagian dada, mual, muntah, dan diare,
Iritasi kulit seperti gatal, kemerahan, lecet, dermatitis alergi, hingga luka bakar kimia.
Gangguan stres pascatrauma (PTSD).
Denyut jantung dan tekanan darah meningkat hingga kematian.
Berbagai efek di atas dapat terjadi secara berbeda-beda tergantung pada beberapa kondisi, misalnya apakah gas air mata disemprotkan di ruang terbuka atau tertutup.
Bila terkena gas air mata, maka hal terpenting harus dilakukan untuk menjaga kesehatan mata dan terhindar dari efek samping yang lebih buruk.
Misalnya adalah menjauh dari area paparan tersebut. Cari area yang memiliki udara segar dan jauhi asap atau uap dari senjata kimia pengendali massa ini.
Saat sedang mencari tempat berlindung, sebaiknya tutup rapat hidung dan mulut untuk meminimalkan gas yang terhirup.
Bila sulit untuk mencari tempat yang tidak terpapar gas air mata, gunakan masker, kacamata pelindung, atau pelindung wajah untuk mengurangi jumlah gas yang terhirup.
Selanjutnya apabila terlanjur terpapar gas air mata, segera cuci mata dengan air bersih. Bila memungkinkan, cuci mata menggunakan air mengalir.
Bagi pengguna softlens, segera lepas dan buang softlens. Hindari menggunakan kembali softlens tersebut setelah terpapar, meski itu bukan lensa kontak sekali pakai.
Untuk kacamata, cucilah dengan sabun dan air sebelum memakainya kembali.
Adapun bagian tubuh yang terkena gas air mata, segera basuh dengan air.
Gunakan air dari botol air atau bila memungkinkan gunakan air mengalir. Bilas area tubuh, termasuk mata dengan air selama 10–15 menit. Hindari membasuh tubuh dan mata menggunakan tisu basah, hal ini karena dapat menyebabkan iritasi yang lebih parah.
Langkah lainnya adalah ganti pakaian sesegera mungkin. Hindari melepaskan baju melalui kepala, lebih baik untuk menggunting atau merobeknya.
Terakhir, segera mandi untuk membersihkan sisa-sisa racun yang tertinggal pada tubuh.Mandi menggunakan air dingin setidaknya selama 20 menit dapat mencegah bahan kimia mengiritasi kulit lebih lanjut.
Dalam kondisi tertentu apabila setelah terkena gas ini masih merasa kesulitan bernapas atau iritasi semakin parah, segera cari bantuan medis.***