BANJARMASIN, IAINews – Inovasi Sikat Babat HT/DM, stiker penyemangat di kalender pengingat dan lembar balik kepatuhan minum obat hipertensi dan diabetes melitus adalah inovasi yang lahir sebagai jawaban atas masalah sosial di Banjarmasin.
Bayangkan saja, suku Banjar dikenal dengan berbagai makanan bercitra rasa manis dan asin. Terlihat dari berbagai masakan khas Banjar mulai dari makanan berat hingga makanan ringan.
Sebut saja masak habang, soto Banjar, lontong orari, olahan ikan asin, ketupat kandangan, mandai dan gangan paliat.
Masih ada olahan berbagai kue (wadai) khas Banjar dengan citra rasa manis seperti bingka, kakaraban, amparan tatak, babungku, balikuhai, cingkaruk, dodol kandangan, hintalu karuang dan berbagai jenis kue lainnya berjumlah kurang lebih 41 macam.
Karena menjadi penyuka rasa manis dan asin itulah yang menyebabkan masyarakat Banjar identik dengan dua penyakit yakni hipertensi dan diabetes melitus.
Mereka belum bisa mengendalikan diri untuk mengonsumsi makanan secara teratur dan sehat.
Bukan melarang mengonsumsi makanan khas Banjar tersebut, tetapi harus ditakar jumlahnya, jangan sampai makan hingga berlebihan.
Fenomena itulah yang menjadi salah satu daya tarik bagi seorang apoteker di puskesmas Pekauman Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan untuk melakukan inovasi bernama Sikat Babat HT/DM.
Sikat Babat HT/DM adalah singkatan dari ‘stiker penyemangat di kalender pengingat dan lembar balik kepatuhan minum obat hipertensi dan diabetes melitus’.
Inovasi ini dicetuskan oleh apt. Rina Feteriyani, S.Far. Inovasi inilah yang menjadikan apt. Rina sebagai Tenaga Kesehatan Teladan Kota Banjarmasin tahun 2024.
Menurut data dari puskesmas Pekauman, hipertensi merupakan penyakit terbanyak pertama di puskesmas tersebut dan penyakit diabetes melitus pada urutan kelima. Dua penyakit tersebut merupakan penyakit kronis dan pasien pun harus minum obat secara rutin.
Meminum obat secara rutin akan menjadi titik terpenting bagi pasien Ini berkaitan dengan kepatuhan pasien meminum obat.
Dari survei awal yang dilakukan oleh apt. Rina ditemukan sebanyak 10 orang tidak patuh meminum obat karena kurangnya pengetahuan pasien terhadap penyakit dan obat yang mereka derita.
Dari sana lahirlah inovasi Sikat Babat HT/DM yang terdiri dari dua alat bantu yakni stiker penyemangat di kalender pengingat minum obat dan lembar balik kepatuhan minum obat.
Setelah menggunakan inovasi tersebut, dari awalnya 10 pasien yang tidak patuh kini menjadi tersisa 1 pasien saja yang tidak patuh. Artinya, setelah inovasi tersebut digunakan, 9 dan 10 pasien menjadi patuh minum obat.
‘’Tantangan yang kami hadapi di lapangan yakni pasien lansia yang susah meminum obat secara teratur, keterbatasan transportasi dan jarak untuk menuju puskesmas,’’ tutur apt Rina yang merupakan apoteker lulusan Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
Dengan adanya inovasi stiker penyemangat di kalender peningat minum obat ini diharapkan tingkat kepatuhan pasien hipertensi dan diabetes melitus dalam minum obat menjadi meningkat.
Dengan begitu mampu merubah pengetahuan masyarakat yang awalnya tidak tahu menjadi tahu tentang obat yang mereka konsumsi.
Disamping harapan agar perilaku mereka menjadi lebih disiplin minum obat sehingga bisa mengurangi terjadinya komplikasi penyakit dan mampu meningkatkan kualitas hidup pasien.
Selain kepatuhan minum obat pada pasien penyakit hipertensi dan diabetes melitus, penting pula pasien diberikan pelayanan informasi obat kepada pasien atau masyarakat agar menjadi cerdas dalam menggunakan obat.
‘’Untuk teman-teman apoteker, terus berinovasi untuk mengembangkan diri. Tetap semangat dalam melayani seluruh pasien. Kita berikan hal-hal yang terbaik yang bisa lakukan untuk kesembuhan pasien”, tutup apt. Rina yang juga menjadi apoteker penanggung jawab di apotek Ratu Banjarmasin.***