WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) dalam memposisikan gangguan depresif berada pada urutan keempat penyakit di dunia dan pada tahun 2025 diperkirakan jumlah penderita gangguan depresif semakin meningkat dan akan menempati urutan kedua penyakit di dunia.
Depresi adalah gangguan medis yang tidak bisa disepelekan. Penanganannya mestilah tepat, aman dan terjamin. Jika tidak, depresi dapat berakibat fatal hingga kematian.
Gangguan depresif dapat diobati dan dipulihkan melalui konseling/psikoterapi dan beberapa diantaranya memerlukan tambahan terapi fisik maupun kombinasi keduanya.
Karena ada beberapa faktor yang saling berinteraksi untuk timbulnya gangguan depresif, penatalaksanaan yang komprehensif sangat diperlukan.
Jenis terapi bergantung dari diagnosis, berat penyakit, umur penderita dan respon terhadap terapi sebelumnya.
Berdasarkan tingkat parahnya gejala yang dialami, WHO membagi depresi ke dalam tiga jenis.
- Depresi ringan, umumnya dipicu oleh kejadian atau peristiwa yang membuat seseorang stres. Muncul kegelisahan dan kemurungan yang akan membuat suasana hati menjadi buruk dalam waktu yang cukup lama. Biasanya mengalami kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari seperti bekerja, belajar, dan berkonsentrasi. Kegiatan yang tadinya dinikmati pun jadi terasa menyiksa dan membebani.
- Depresi sedang, dimana selain mengalami gejala-gejala depresi ringan, seseorang mulai merasakan tanda-tanda secara fisik. Misalnya pola makan dan tidur yang berubah drastis, tubuh yang terasa lemas dan berat, serta ekspresi wajah yang kosong atau murung. Biasanya pada tingkat depresi sedang, dokter sudah meresepkan obat antidepresan.
- Depresi berat (major depressive disorder), pada tahap ini biasanya seseorang dalam keseharian sudah tidak bisa menjalankan fungsi “normal”nya, seperti menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh, bekerja, bersosialiasi, atau berkendara.
Ada kecenderungan kuat untuk mengurung diri dan pada beberapa kasus yang ekstrem, mereka yang menderita depresi berat melakukan percobaan bunuh diri. Depresi jenis ini biasanya membutuhkan penanganan dengan obat antidepresan serta terapi.
Sekilas Tentang Obat Antidepresan
Dalam kondisi sehat, sel-sel saraf di otak akan mengirimkan impuls lewat berbagai senyawa dan zat dalam otak. Ketika seseorang diserang depresi, senyawa-senyawa tertentu dalam otak seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin jadi tidak seimbang dan menghalangi saraf untuk mengirim impuls.
Para ahli percaya bahwa obat antidepresan akan membantu menyeimbangkan senyawa dan zat-zat yang diperlukan otak untuk berfungsi secara normal. Secara umum, obat antidepresan aman dikonsumsi tentu saja jika sesuai aturan pemakaian.
Namun hal yang mesti diketahui adalah, walaupun bisa membantu mengatasi depresi dan meringankan gejala-gejala yang dialami, obat antidepresan juga bisa memberikan dampak yang perlu diwaspadai.
Biasanya, seseorang yang mengonsumsi obat antidepresan menunjukkan perbaikan pada suasana hati dan tingkat konsentrasi lebih cepat dari mereka yang tidak mengonsumsi obat antidepresan.
Obat antidepresan juga mampu meningkatkan energi sehingga tubuh tak lagi terasa lemas dan berat, sehingga bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan relatif lebih mudah. Jika dibarengi dengan terapi, obat antidepresan bisa mencegah depresi kumat lagi dalam jangka panjang.
Lebih lanjut, obat antidepresan tidak bisa bekerja dalam sekejap. Untuk merasakan perbaikan dan perubahan yang positif, biasanya pasien membutuhkan waktu paling cepat satu bulan setelah memulai pengobatan dengan antidepresan. Pada beberapa orang, efek obat ini baru akan terasa setelah empat atau enam bulan karena gaya hidup yang kurang mendukung penyembuhan.
Pada beberapa kasus, pemberian obat antidepresan tidak dianjurkan untuk dihentikan, dan tetap diminta untuk meneruskan pengobatan dengan antidepresan hingga satu atau dua tahun, tergantung kondisi dan tingkat depresi yang diderita.
Mengingat lamanya waktu pemberian obat antidepresan tersebut, faktor efek samping obat tentunya akan cukup membawa dampak bagi tubuh.
Lebih dari 30% orang yang menjalani pengobatan dengan antidepresi melaporkan efek samping yang dirasakan pada minggu-minggu awal.
Efek samping yang paling sering muncul dan antara lain mual, pusing, gemetar, dan berkeringat. Namun, biasanya efek ini akan hilang sendiri dalam waktu beberapa hari.
Sementara efek samping yang cukup mengganggu adalah insomnia, gelisah, panik, kehilangan gairah seksual, dan berat badan.
Peran Apoteker
Apoteker dengan pelayanan kefarmasiannya dapat berperan serta untuk mengindentifikasi gejala gangguan depresif, memberikan konseling tentang terapi yang dipakai, obat yang dikonsumsi, serta monitoring efek samping obat yang dikonsumsi penderita.
Apoteker bertanggung jawab untuk menyediakan obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan depresi, seperti antidepresan, dengan memastikan obat tersebut sesuai resep dokter dan aman untuk pasien.
Apoteker dapat memantau efek samping obat dan gejala putus obat. Apoteker juga berperan dalam memastikan kepatuhan pasien terhadap pengobatan.
Kepatuhan ini sangat penting karena pasien depresi seringkali menghadapi tantangan dalam mematuhi jadwal pengobatan.
Peran lainnya adalah Apoteker memantau efektivitas dan keamanan terapi obat, mengidentifikasi masalah selama pengobatan, dan berkoordinasi dengan dokter untuk penyesuaian terapi jika diperlukan.
Apoteker berkolaborasi dengan dokter, psikolog, dan profesional kesehatan lainnya untuk memberikan perawatan yang komprehensif kepada pasien depresi.
Kolaborasi ini memastikan bahwa pasien mendapatkan penanganan yang holistik, termasuk aspek farmakologis dan non-farmakologis.
Di ruang pengabdian yang berbeda, Apoteker mengambil peran di ranah penelitian dan pengembangan terapi penyakit depresi.
Apoteker terlibat aktif dalam berbagai penelitian terkait depresi, seperti uji klinis obat antidepresan atau penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan pada pasien depresi.
Penelitian ini dapat membantu meningkatkan pemahaman tentang depresi dan mengembangkan strategi pengobatan yang lebih efektif dan efisien.
Dengan peran-peran ini, apoteker menjadi bagian integral dari tim perawatan kesehatan dalam penanganan depresi, memberikan kontribusi signifikan terhadap keberhasilan pengobatan dan peningkatan kualitas hidup pasien. Ini merupakan bagian dari tanggung jawab profesi dalam menyelamatkan generasi.***