JAMBI, IAINews – Sebuah gelombang baru edukasi pangan aman tengah digulirkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melalui Bimbingan Teknis (Bimtek) Kader Keamanan Pangan (KP) Regional Barat yang berlangsung secara daring pada 21–22 Mei 2025.
Lebih dari 200 peserta dari berbagai organisasi keagamaan, sosial, dan profesi di 15 provinsi wilayah Barat Indonesia disiapkan menjadi garda terdepan dalam menyebarluaskan pentingnya keamanan pangan kepada masyarakat.

Kegiatan ini bukan sekadar pelatihan biasa. Di balik layar, ini adalah bagian dari strategi besar BPOM untuk membangun ketahanan pangan masyarakat melalui edukasi yang merata dan masif.
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan, Dra. Elin Herlina, Apt., MP, dalam sambutannya menyebutkan bahwa pelatihan ini merupakan langkah konkrit dalam menyiapkan agent of change keamanan pangan demi menyongsong Generasi Emas Indonesia 2045.
“Bukan pangan jika tidak aman. Mari bersama ikut aktif mewujudkan generasi sehat, cerdas, dan berkualitas menuju Generasi Emas Indonesia 2045. Food Safety is Everyone’s Business,” tegas Elin Herlima dalam pembukaan acara.
Kader dari Berbagai Latar Belakang: Bukti Sinergi Nasional
Bimtek ini diikuti oleh peserta dari berbagai latar organisasi besar seperti Muslimat NU, Aisyiyah, Persatuan Wanita Kristen Indonesia, Perempuan Khonghucu Indonesia, hingga organisasi profesi seperti Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).

Para kader inilah yang nantinya diharapkan menjadi ujung tombak komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada komunitas masing-masing—baik secara langsung maupun melalui media sosial.
Tidak hanya mendapatkan materi, para peserta juga menjalani sesi micro-teaching dan praktik membuat konten edukatif di media sosial, lengkap dengan teknik penulisan, desain infografis menggunakan smartphone.
Peseerta belajar mengenai 5 Kunci Keamanan Pangan hingga pemanfaatan aplikasi keamanan pangan milik BPOM, seperti BPOM mobile dan website POM, serta informasi Cek KLIK dan Informasi Nilai Gizi (ING).
“Ini bukan cuma soal teori, kami langsung dilatih untuk menyampaikan informasi yang benar dengan cara yang menarik,” ujar Alfia Saputri, peserta dari Ikatan Apoteker Indonesia Provinsi Jambi.
Ancaman Pangan Berbahaya dan Peran Strategis Masyarakat
Masalah keamanan pangan di Indonesia memang bukan hal sepele. Data menunjukkan bahwa tren masakan rumah tangga sebagai penyebab Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan terus meningkat. Tahun 2023 saja, 53,28% dari KLB keracunan pangan berasal dari rumah tangga.
Faktor-faktor seperti penyimpanan bahan pangan yang tidak tepat, tempat pengolahan yang tidak higienis, dan minimnya pemahaman tentang personal hygiene menjadi penyebab utama. Inilah yang membuat edukasi masyarakat sangat mendesak.
“Kader keamanan pangan (kader KP) diharapkan menjadi jembatan pengetahuan yang menyentuh langsung lapisan masyarakat terbawah. Ini bukan sekadar pelatihan, ini adalah misi penyelamatan kesehatan publik,” terang Dyah Sulistyorini, Plt. Direktur Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha Pangan Olahan BPOM.
Momentum Kebangkitan Nasional: Sejalan dengan Semangat Harkitnas 2025
Menariknya, pelaksanaan Bimtek ini juga bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-117 pada 20 Mei 2025. Semangat “Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat” diusung sebagai nilai yang melandasi pelatihan ini, menjadikannya tidak hanya teknis, tetapi juga sarat semangat kebangsaan.
Dalam konteks ini, BPOM membidik kolaborasi pentahelix, yakni sinergi antara pemerintah, industri, akademisi, lembaga non-pemerintah, dan masyarakat. Strategi ini dinilai mampu memperkuat sistem pengawasan obat dan makanan secara menyeluruh.
Cek KLIK Jadi Budaya Baru Konsumen
Salah satu program unggulan yang didorong dalam Bimtek ini adalah gerakan Cek KLIK, akronim dari Cek Kemasan, Label, Izin Edar, dan Kedaluwarsa. Kader KP dibekali pengetahuan dan keterampilan agar masyarakat lebih sadar dan teliti dalam memilih makanan dan obat yang beredar.
“Cek KLIK itu sederhana tapi menyelamatkan. Kalau semua masyarakat sadar melakukan ini, kasus pangan berbahaya bisa ditekan drastis,” kata Sarmauli Purba, salah satu narasumber.
Saat pelatihan, peserta berlatih melakukan edukasi dan diberikan saran oleh tim dari BPOM. Harapannya setelah pelatihan, para kader akan akan bergerak di komunitas masing-masing.
Ada harapan besar di pundak mereka—menjadi pasukan edukasi yang mampu menyelamatkan keluarga Indonesia dari bahaya pangan tidak aman.
Bimtek ini hanyalah awal. Gelombang pelatihan serupa akan terus dilakukan di berbagai wilayah Indonesia. BPOM menargetkan terbentuknya jaringan kader pangan yang militan dan aktif hingga ke pelosok negeri.
Dengan semangat kolaborasi dan kesadaran bersama, keamanan pangan bukan lagi sekadar tanggung jawab pemerintah. Kini, masyarakat diajak menjadi pelindung pertama bagi diri mereka sendiri—karena pangan aman adalah hak semua orang, dan menjaganya adalah tugas bersama.***