Makassar, IAINews — Filosofi kehidupan bisa datang dari mana saja, termasuk dari sebuah kudapan sederhana yang menjadi ikon kuliner Makassar: Pisang Epe.
Aroma pisang bakar yang berpadu dengan semilir angin Pantai Losari menghadirkan pengalaman tak terlupakan. Lebih dari sekadar camilan, Pisang Epe adalah kisah perjuangan yang tersaji dalam piring.
Dari Bara Api Menjadi Manisan
Proses pembuatan Pisang Epe begitu unik. Pisang kepok setengah matang dikupas, kemudian dipanggang di atas bara api hingga kulitnya kecokelatan dan matang merata.
Setelah itu, pisang dipipihkan dengan tekanan, lalu kembali dibakar untuk menghasilkan tekstur renyah di luar dan lembut di dalam.
Hidangan ini semakin istimewa dengan siraman gula merah cair yang manis legit berpadu sempurna dengan cita rasa pisang yang sedikit asam.
Kini, banyak penjual menambahkan sentuhan modern berupa topping keju, susu, cokelat, hingga meses, sehingga cita rasanya makin bervariasi dan sesuai selera generasi muda.
Menikmati Pisang Epe di Pantai Losari
Bagi pengunjung Makassar, menikmati Pisang Epe paling pas dilakukan di sepanjang anjungan Pantai Losari. Puluhan pedagang berjajar rapi, menyajikan kudapan ini sambil menyuguhkan pemandangan matahari terbenam. Sore hari di Losari pun menjadi semakin sempurna: langit jingga, semilir angin laut, dan kelezatan Pisang Epe yang hangat.
Filosofi Kehidupan dari Pisang Epe
Pisang Epe bukan hanya kuliner, tetapi juga pelajaran hidup. Proses pemanggangan di atas bara api dan penekanan hingga pipih mencerminkan perjuangan dan tekanan yang sering dihadapi manusia dalam kehidupan.
Panas dan tekanan itu tidak menghancurkan, justru membentuk pisang menjadi kudapan yang manis, legit, dan istimewa.
Filosofi ini mengajarkan bahwa kesuksesan dan kebahagiaan tidak datang secara instan. Dibutuhkan proses yang kadang penuh tantangan, bahkan menyakitkan. Namun, seperti Pisang Epe, hasil akhirnya adalah sesuatu yang indah, matang, dan memberi kenikmatan.
Ikon Kuliner, Ikon Kehangatan
Hari ini, Pisang Epe bukan hanya sekadar jajanan kaki lima, tetapi sudah menjadi ikon kuliner Makassar yang wajib dicoba. Ia adalah simbol keramahan kota Anging Mammiri yang menyambut setiap tamu dengan manisnya rasa dan hangatnya makna.