SURABAYA, IAINews – 10 Oktober adalah Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, sebuah momen untuk meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya kesehatan jiwa.
Di Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur, isu kesehatan jiwa menjadi semakin mendesak untuk mendapatkan perhatian.
Hal ini terbukti dengan meningkatnya laporan mengenai gangguan mental yang dialami oleh masyarakat, terutama di kalangan anak muda dan pekerja.
Statistik dan Fakta
Data dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam kasus gangguan kesehatan jiwa selama beberapa tahun terakhir.
Faktor-faktor seperti tekanan pekerjaan, masalah percintaan, dan tuntutan akademis yang tinggi berkontribusi terhadap tingginya angka stres dan kecemasan di kalangan masyarakat.
Mirisnya, berdasarkan data Organisasi Kesehatan Jiwa (WHO) tahun 2024, Indonesia termasuk dalam lima negara dengan prevalensi gangguan kesehatan mental tertinggi.
Peringkat tertinggi diduduki Ukraina, Amerika Serikat, Australia, dan Estonia. Prevalensi penderita gangguan Kesehatan jiwa di Indonesia mencapai 3,7% dari total populasi, atau lebih dari 9 juta orang.
WHO juga mencatat bahwa satu dari delapan orang di dunia hidup dengan gangguan mental, seperti depresi, kecemasan, gangguan bipolar, skizofrenia dan sebagainya.
Dokter Efendi Rimba, Sp.KJ, staf Divisi Psikiatri RSJ Menur Provinsi Jawa Timur, menyatakan bahwa depresi dan kecemasan berkontribusi besar terhadap beban gangguan kesehatan mental.
Mirisnya, satu dari empat pekerja di Indonesia berjuang diam-diam dengan kesehatan mental mereka.
Dr. Rimba menambahkan bahwa jumlah pasien rawat jalan mengalami kenaikan signifikan sejak tahun 2020.
Data dari Januari hingga Agustus 2024 menunjukkan 56% kasus skizofrenia, 19% demensia, dan 10% gangguan mental akibat penyakit fisik.
Sebuah survei di salah satu instansi di Jawa Timur mengungkapkan bahwa 23% karyawan terindikasi memerlukan layanan kesehatan jiwa.
Namun, banyak di antara mereka belum mencari pengobatan, disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang kesehatan mental.
Situasi ini menuntut perhatian lebih dari semua pihak untuk meningkatkan pemahaman dan akses terhadap layanan kesehatan mental di masyarakat.
Memahami Dampak Stres
Stres kini menjadi isu penting yang tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga sangat mempengaruhi kesehatan mental.
Tekanan di tempat kerja dapat menyebabkan burnout, yang apabila tidak ditangani dapat berujung pada masalah kesehatan jiwa yang lebih serius.
Di kalangan remaja, tekanan akademis yang tinggi sering kali membuat mereka merasa terperangkap antara harapan orang tua dan keinginan pribadi.
Ini menambah beban stres yang mereka rasakan.
Masalah hubungan di bidang percintaan juga turut berkontribusi sebagai salah satu penyebab utama stres yang berdampak pada kesehatan jiwa.
Dr. Rimba menambahkan bahwa gangguan mental yang paling umum ditemui di tempat kerja meliputi depresi, kecemasan, bullying, gangguan penyesuaian, dan stres.
Beberapa faktor penyebab gangguan mental di lingkungan kerja di antaranya adalah stres berlebih, kurangnya dukungan, ketidakseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi, kondisi lingkungan kerja, serta faktor-faktor pribadi.
Dr. Rimba menekankan pentingnya menjaga kesehatan mental sebagai suatu proses yang berkelanjutan.
Dengan menerapkan strategi yang tepat dan mencari bantuan saat diperlukan, individu dapat meningkatkan kesejahteraan dan membangun ketahanan.
“Mari bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung di mana kesehatan mental menjadi prioritas,” ajak dr Rimba.
Upaya meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk lebih memahami dan mengatasi stres dalam kehidupan sehari-hari.
Pentingnya Mencari Bantuan
Sayangnya, stigma terhadap kesehatan jiwa masih menjadi penghalang bagi banyak orang untuk mencari bantuan, dengan banyak yang merasa malu atau ragu untuk memeriksakan diri ke profesional.
Padahal, mengenali tanda-tanda awal gangguan mental, seperti perubahan mood, kesulitan tidur, atau penurunan semangat, merupakan langkah penting untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
Masyarakat perlu diingatkan bahwa mencari bantuan bukanlah tanda kelemahan, melainkan langkah berani untuk memperbaiki kualitas hidup.
Di Surabaya, terdapat berbagai layanan kesehatan jiwa yang siap membantu, termasuk Dinas Kesehatan yang melalui Puskesmas dan Rumah Sakit menggalakkan skrining untuk deteksi dini, sebagai upaya preventif dalam menangani kasus kesehatan jiwa.
Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) telah meluncurkan layanan psikologi nasional bernama SEJIWA, yang diluncurkan oleh Kantor Staf Presiden RI (KSP).
Layanan ini menyediakan dukungan psikologis awal (DPA) bagi masyarakat Indonesia selama Pandemi Covid-19 dan masih tersedia hingga saat ini dengan menghubungi nomor 119 ext. 8.
Direktur RS Menur, drg. Vitria Dewi, M.Si., mengungkapkan bahwa RS Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur saat ini tengah menggalakkan deteksi dini gangguan kesehatan mental di kalangan pekerja dengan melakukan kunjungan ke berbagai perkantoran.
Selain itu, drg. Vitria juga menginformasikan tentang aplikasi yang dapat diakses dengan mudah melalui https://sihatiojobingung.com.
Aplikasi ini menyediakan layanan skrining kesehatan mental dan telekonsultasi.
Aplikasi ini tidak hanya dapat diakses oleh masyarakat di Jawa Timur, tetapi juga telah digunakan oleh pasien jarak jauh dari negara-negara seperti Yaman, Australia, dan Mesir.
Dengan upaya ini, diharapkan lebih banyak orang berani mencari bantuan dan mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan dalam menjaga kesehatan mental.
Edukasi dan Kesadaran
Mengatasi gangguan mental di tempat kerja dapat dilakukan dengan mendorong kesadaran dan edukasi terkait kesehatan jiwa, menyediakan akses ke dukungan kesehatan mental, serta menciptakan lingkungan kerja yang mendukung.
Selain itu, penting juga untuk menerapkan fleksibilitas kerja, mempromosikan keseimbangan kehidupan kerja, dan mengadakan pelatihan manajerial.
Pentingnya edukasi mengenai kesehatan jiwa tidak dapat diremehkan. Kegiatan seperti seminar, kampanye di media sosial, dan pelatihan untuk mengenali tanda-tanda masalah kesehatan jiwa harus lebih digalakkan.
Sekolah, universitas, dan tempat kerja memiliki peran aktif dalam menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana individu merasa aman untuk berbicara tentang masalah yang mereka hadapi.
Rumah Sakit Jiwa Menur sendiri memiliki program Edukasi Keluarga (Family Education). Keluarga merupakan aspek krusial dalam perawatan pasien dengan gangguan mental.
Keluarga sering kali menjadi sistem dukungan utama bagi individu yang menghadapi tantangan ini.
Edukasi mengenai gangguan mental sangat penting tidak hanya untuk pasien, tetapi juga untuk seluruh anggota keluarga.
Dengan pengetahuan yang tepat, keluarga dapat menciptakan lingkungan yang mendukung dan berkontribusi signifikan terhadap proses pemulihan pasien.
“Penyakit mental ini, yang sakit bukan hanya pasiennya saja tetapi juga keluarganya, keluarga harus mendampingi, menjaga, bahkan tidak terbatas waktu,sehingga produktivitasnya pun tidak bisa 100 %,” ungkap drg. Vitria Dewi, M.Si.
Dalam kesempatan terpisah, dr. Damba Bestari, Sp. KJ, staff Divisi Psikiatri RS Universitas Airlangga dan RSUD dr. Soetomo, mengingatkan besarnya pengaruh depresi dan stress terhadap Tingkat kejadian bunuh diri.
Menurut dr Damba Bestari yang juga wakil Perhimpunan Dokter Spesialis Kejiwaan fenomena bunuh diri juga menjadi masalah Kesehatan jiwa yang sangat membutuhkan perhatian.
Anggota Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri se-Dunia tersebut menyebutkan, 75 persen kasus bunuh diri terjadi di negara berkembang.
Ia menambahkan bahwa di negara maju, kesadaran terkait masalah ini sudah jauh lebih tinggi.
“Bunuh diri bisa dicegah! Working together to prevent Suicide” tutup dr. Damba Bestari.
Dalam memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, ini menjadi momen penting untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap kesehatan mental.
Penting bagi kita untuk saling mendukung dan mengingatkan bahwa tidak ada yang salah untuk mencari bantuan.
Dengan langkah kecil seperti ini, kita dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih sehat secara mental dan emosional.
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal merasa terbebani, jangan ragu untuk mencari bantuan.
Kesehatan jiwa adalah bagian penting dari kesehatan secara keseluruhan, dan setiap individu berhak untuk hidup sehat.***