JAKARTA, IAINews – Promosi pemanfaatan tanaman obat di masyarakat masih perlu terus ditingkatkan, untuk mendukung salah satu isu prioritas utama kesehatan nasional dalam melakukan eliminasi tuberkulosis.
Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan Primer Kementerian Kesehatan RI menyelenggarakan Sharing Session dengan Tema ‘Bantu Cegah TB dengan Tanaman Obat’.

Tema yang berkaitan dengan tanamn obat ini diambil sejalan dengan peringatan Hari Jamu Nasional yang jatuh pada hari selasa 27 Mei 2025.
Hadir dalam kesempatan tersebut apt. Roy Himawan., S.Farm., M.K.M, Direktur Tata Kelola Pelayanan Kesehatan Primer, Kementerian Kesehatan RI yang sekaligus membuka acara webinar.
‘’Tuberkulosis adalah salah satu tantangan yang ada di Indonesia oleh karena itu sesuai Nawa Cita Presiden menghimbau, harus berfokus utama pada kesehatan dengan eliminasi penyakit menular yakni penyakit TB,” ungkap apt Roy Himawan.
“Salah satu langkah strategis yang harus dilakukan yaitu memperkuat pendekatan promotif dan preventif termasuk melalui pemanfaatan kesehatan tradisional berbasis masyarakat,’’ tutur apt. Roy Himawan.
‘’Potensi besar ini perlu dikelola secara baik dengan mendorong dan membangun peran tenaga kesehatan dalam memastikan praktik Kesehatan tradisional secara aman, bermanfaat dan berkualitas untuk penyakit tuberkulosis dan terbebas dari TB, “ lanjutnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Tim Kerja Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan Traditional menyampaikan secara singkat sejarah lahirnya Hari Jamu Nasional pada 27 Mei 2008.
Hari Jamu Nasional diinisiasi dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran mesyarakat tentang manfaat jamu, melestarikan kearifan lokal, dan mendorong pengembangan jamu sebagai potensi ekonomi.
Untuk tahun 2025 Hari Jamu Nasional mengangkat tema pencegahan tuberkulosis dengan tanaman obat sebagai bentuk konstribusi nyata dalam mendukung program kesehatan nasional khususnya eliminasi dalam kasus TB.
Dalam webinar tersebut dihadirkan 3 materi, yang pertama yaitu ’Startegi Promotif dan Preventif Pencegahan TB di Indonesia’ oleh Rita Ariyati.,SKM.,MM (Tim Kerja TBC-Dit Penyakit Menular).
Rita Ariyati menjelaskan situasi TBC Global dan Nasional, Kebijakan Program TBC dan Upaya dalam Penanggulangan tuberkulosis.
Diperkirakan 1 milyar kematian akibat tuberkulosis secara global terjadi dalam 200 tahun terakhir. Pada tahun 2023, diestimasikan 10,8 juta orang sakit tuberkulosis (TBC) dan 1 juta orang meninggal akibat tuberkulosis.
Ditingkat global, India menyumbang kasus tuberkulosos (TBC) sebesar 25,8%, Indonesia 10,1 % dan Cina 6,8%. Indonesia merupakan negara dengan estimasi kasus dan kematian tertinggi ke-2 di dunia pada tahun 2023.
Kebijakan Program Percepatan Estimasi TBC meliputi penemuan kasus, pengobatan, pencegahan, promosi kesehatan dan keterlibatan multisektor.
Upaya dalam penanggulangan yaitu strategi eliminasi tuberkulosis 2030 melalui penguatan komitmen dan kepemimpinan pemerintah, peningkatan akses layanan, optimasi upaya promosi dan pencegahan, pemanfaatan hasil riset dan teknologi, peningkatan peran serta , dan penguatan manajemen program.
Materi kedua Tanaman Obat Potensial Untuk Dukung Kesehatan Paru oleh apt. Lucie Widowati., M.Si (Pusat Riset Potensi Untuk Dukungan Kesehatan Paru).
Dalam pemaparannya, apt Lucie Widowati menyampaikan, banyak tanaman potensial untuk mendukung kesehatan paru.

Salah satunya adalah temulawak, yang merupakan ikon tanaman unggulan Indonesia, memberikan konstribusi terbesar pada kesehatan paru.
Apt Lucie Widowati kemudian memaparkan berbagai bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut. Namun diakui masih dibutuhkan riset lanjutan dan berbagai integrasi.
Materi ketiga adalah Asuhan Mandiri Pemanfaatan Tanaman Obat oleh dr. Prapti Utami (PT. Sekar Utami Toga).
Menurut dr Prapti Utami, tujuan dilakukannya asuhan mandiri yaitu untuk menjaga daya tahan tubuh sehat dan stabil, mencegah terjadinya penyakit tuberkulosis (TBC), membantu proses terapi berlangsung lancar, mengurangi efek samping dan mencegah penyakit penyerta, menjaga tidak menjadi kambuh dan memperbaiki sel yang rusak.
Adapun peran asuhan mandiri yakni membangun percaya diri kepada setiap keluarga bahwa ketika memanfaatkan herbal untuk menjaga kesehatan adalah hal yang sangat penting dan bermakna.
Disamping itu untuk mengurangi efek samping obat, menjaga kesehatan dengan meminum herbal, jika sudah terjadi kerusakan jaringan tetap dapat memanfaatkan herbal untuk merevitalisasi sel.***