Informasi
Hubungi Redaksi IAINews melalui email : humas@iainews.net
Floating Left Ads
Floating Right Ads
banner 950x90

Perang Pandan di Desa Tenganan: Tradisi Lokal dan Potensi Khasiat Farmasi yang Menarik

Perang Pandan e1718808384279
Perwng Pandan di desa Tenganan Bali
banner 120x600
banner 468x60
Perang Pandan e1718808384279
Perang Pandan di desa Tenganan Bali

Oleh: IGA Rai Widowati (Humas PP IAI) & IAM Partha Sutema (Humas PD IAI Bali)

KARANGASEM, IAINews.id – Desa Tenganan Pegringsingan atau Desa Tenganan, sebuah desa kuno di Kabupaten Karangasem di Bali Timur, Indonesia.

Iklan ×

Letaknya 17 km dari ibu kota kabupaten, Amlapura, 5 km dari kawasan wisata Candidasa, dan 65 km dari Kota Denpasar, dengan luas 917.200 hektar, sebagian besar berada di perbukitan..

Kehidupan masyarakatnya mencerminkan budaya dan adat istiadat Bali Aga (Bali Kuno), yang berbeda dari desa-desa lain di Bali.

Karenanya, desa ini dikembangkan sebagai tempat wisata budaya dan daya tarik.

Keunikan desa ini, menurut sistem masyarakatnya, disebabkan oleh sistem perkawinan parental yang dianut, di mana laki-laki dan perempuan dalam keluarga memiliki derajat, hak asuh, dan ahli waris yang sama.

Hal ini berbeda dengan sistem kekeluargaan yang dianut oleh masyarakat Bali pada umumnya.

Selain itu, mereka juga menganut sistem endogamy, di mana masyarakat setempat terikat dalam awig-awig, atau hukum adat, yang mengharuskan untuk menikah dengan sesama penduduk Desa Tenganan.

Warga tersebut harus keluar dari desa, jika melanggar peraturan ini.

Hal unik lainnya adalah Desa Tenganan juga memiliki tradisi ritual Mekaré-karé, atau “Perang Pandan”.

Perang Pandang merupakan bagian terpenting dari rangkaian upacara Ngusaba Sambah, yang diadakan sepanjang bulan Juni setiap tahunnya.

Pandan Duri
Pandan Duri (Pandanus tectorius)

Upacara ini dilakukan sebagai persembahan dan penghormatan kepada Bethara Indra, dewa perang.

Mekaré-karé dilakukan dua hingga empat kali selama satu bulan, dan sesajen diberikan kepada para leluhur setiap kali upacara digelar.

Upacara Mekaré-karé sebenarnya mirip dengan upacara tabuh rah (tabuh darah) yang dilakukan oleh orang Hindu di Bali saat melakukan upacara keagamaan.

Baca Juga  Seminar Terobosan Pelayanan Farmasi Klinis untuk Pasien Diabetes!

Upacara ini selalu diiringi dengan gamelan selonding, gamelan khas Desa Tenganan.

Mulai anak-anak hingga orang tua dapat mengikuti “Perang Pandan”.

Seperti namanya, metode perang menggunakan daun pandan duri (Pandanus tectorius) yang dipotong sepanjang +/- 30 cm sebagai senjata.

Mereka juga membawa tameng dari bambu untuk menghalangi serangan geretan duri pandan dari lawan.

Perang pandan memiliki aturan main yang ditetapkan oleh tokoh masyarakat dan pemimpin desa adat setempat.

Tidak ada pantangan yang ditetapkan untuk peserta.

Para peserta “Perang Pandan” tidak hanya melatih keterampilan bela diri, tetapi juga mewarisi nilai-nilai kebersamaan, keberanian, dan penghormatan terhadap tradisi leluhur mereka.

Tak jarang, perang diwarnai dengan korban yang terluka. Namun, berbeda dengan luka dan darah yang terjadi akibat “Perang Pandan”, korban tidak mengalami kesakitan dalam waktu yang lama.

Para daha (gadis) dari Desa Tenganan Pegringsingan membuat ramuan yang diracik sendiri untuk menjadi penawar luka.

Ramuan terdiri dari umbi-umbian seperti kunyit, laos, dan sebagainya.

Acara tahunan ini menarik perhatian dari seluruh dunia, bukan hanya sebuah perayaan budaya tetapi juga tempat bagi peneliti farmasi untuk mengetahui khasiat ramuan tradisional untuk menyembuhkan luka.

Ramuan Tradisional untuk Penyembukan Luka

Ramuan yang dibuat para daha, diturunkan secara empiris, terdiri dari Arak Bali atau cuka dicampur dengan parutan kunyit dan lengkuas, yang memiliki khasiat antiseptik yang ampuh.

Kajian ilmu farmasi telah menyoroti efek positif dari kombinasi ramuan tradisional yang digunakan, yang dilaporkan oleh berbagai penelitian.

Baca Juga  Jamu Dulu Kuno, Kini Jadi Gaya Hidup Sehat Muda-Mudi! Bagaimana Bisa?

Campuran kunyit dan arak dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan mengurangi risiko infeksi.

Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Vall)

Dunia mikroba, terutama bakteri, mempengaruhi kehidupan manusia dengan cara yang berbeda.

Meskipun beberapa bakteri dapat bermanfaat bagi manusia, beberapa di antaranya dapat berbahaya bagi mereka.

Bakteri dapat masuk ke tubuh melalui luka di kulit sehingga berpotensi menimbulkan infeksi.

Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah salah satu tanaman berkhasiat obat yang sering digunakan masyarakat dalam pengobatan tradisional, terutama pada bagian rimpangnya.

Kunyit (Curcuma domestica Val), merupakan tanaman berbunga dalam keluarga jahe Zingiberaceae.

Kunyit berasal dari benua India dan Asia Tenggara, tumbuh pada suhu antara 20 dan 30 °C dan curah hujan tahunan yang tinggi untuk tumbuh subur.

Kandungan utama kunyit adalah kelompok senyawa fenolik kurkuminoid dan minyak atsiri yang berfungsi sebagai antimikroba (broad spectrum).

Mekanisme kerja kurkumin sebagai antibakteri mirip dengan mekanisme persenyawaan fenol lainnya.

Kurkumin menghentikan metabolisme bakteri dengan merusak membran sitoplasma dan mendenaturasi protein sel.

Dengan cara ini kurkumin akan mengakibatkan kebocoran nutrien dari sel, yang mengakibatkan kematian atau penghentian pertumbuhan sel bakteri.

Potensi pengobatan tradisional kunyit telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional karena sifat antiinflamasi dan antimikroba alaminya.

Ketika digunakan bersama dengan arak, campuran ini dapat membantu meredakan peradangan dan meningkatkan proses penyembuhan luka.

Arak adalah minuman tradisional Bali yang dibuat dengan fermentasi dan destilasi dan mengandung alkohol 37-60 persen.

Arak biasanya dibuat dari air kelapa melalui proses penyulingan, tetapi juga bisa dibuat dari beras atau beras ketan melalui proses fermentasi, kemudian diperas.

Baca Juga  Apoteker Pandai Berkomunikasi

Pembuatan tape memerlukan fermentasi khamir Saccharomyces cerivisiae.

Khamir ini dapat mengubah karbohidrat (fruktosa dan glukosa) menjadi karbondioksida dan alkohol.

Arak biasanya dikonsumsi sebagai sajian upacara, atau dikenal sebagai tetabuh.

Jika tidak dikonsumsi terlalu banyak, minuman ini dianggap menghangatkan tubuh dan membantu mengurangi rasa sakit.

Arak juga digunakan sebagai campuran pengobatan tradisional lainnya.

Arak Bali merupakan jenis alkohol Tipe C mirip dengan Whiskey, Rum, Gin, Vodka, dan Tequila.

Kolaborasi antara ilmu farmasi dan budaya lokal bukan hanya mengungkapkan potensi penyembuhan alami yang terkandung dalam bahan-bahan tradisional, tetapi juga memelihara dan menghormati warisan budaya yang telah diturunkan dari generasi ke generasi.

Referensi:

Candranegara, I.M.W., Suryana, I.N.M. and Putri, N.L.S.A., 2021, December. Arak Bali: Between Culture and Economic Recovery in Realizing the Vision of Nangun Sat Kerthi Loka Bali Based on Local Wisdom. In 2nd International Conference on Business Law and Local Wisdom in Tourism (ICBLT 2021) (pp. 186-189). Atlantis Press.

Memarzia, A., Khazdair, M.R., Behrouz, S., Gholamnezhad, Z., Jafarnezhad, M., Saadat, S. and Boskabady, M.H., 2021. Experimental and clinical reports on anti‐inflammatory, antioxidant, and immunomodulatory effects of Curcuma longa and curcumin, an updated and comprehensive review. BioFactors, 47(3), pp.311-350.

Widiastiti, A.A.I.P. and Prami, A.A.I.N.D., 2021. The Uniqueness of Megeret Pandan Tradition as Tourist Attraction in Tenganan Village, Karangasem, Bali. Journal of Business on Hospitality and Tourism, 7(1), pp.156-161.***

 

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

banner 950x90