
SOLO, IAINews – Pekan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2023 yang diadakan pada 24-26 Agustus 2023 banyak menyajikan topik-topik menarik dari berbagai narasumber yang merupakan pakar dalam bidangnya.
Salah satu topik yang cukup menarik yang dibahas adalah tentang peran apoteker dalam pemanfaatan obat herbal di farmasi komunitas.
Dalam simposum 10 dengan tema Praktek Pelayanan Produk Herbal di Apotek tersebut, menghadirkan apt. Surya Wahyudi, S.Si., M.M., C. Herb., Ketua Himpunan Semintar Farmasi Komunitas (Hisfarma) serta apt Imelda Ferendia, S.Si, M. Farm sebagai narasumber.
Surya Wahyudi membahas materi ‘Pharmaceutical Herbal Care Practice on the Community Pharmacy’, sementar Imelda Ferendia membahas tentang ‘ Pharmacist Care Giver or Commercial Mindset’.
Dalam pemaparannya, apt. Surya Wahyudi menjelaskan, penggunaan obat herbal sebenarnya telah diakui oleh World Health Organization (WHO) yang mengeluarkan pedoman International Regulatory Cooperation for Herbal Medicines (IRCH) pada tahun 2006.
Penggunaan tanaman atau bahan alam dalam pengobatan sebenarnya sudah dikenal sejak lama, terutama di negara-negara Asia seperti Traditional Chinese Medicine (Cina), Ayurveda (India), dan Jamu (Indonesia).
Oleh karena itu, pemanfaatan tanaman obat sebagai pengobatan sangat berpotensi untuk dikembangkan oleh seorang apoteker.
Menurut apt. Surya wahyudi, realitasnya obat bahan alam belum menjadi pilihan utama dalam upaya pencegahan penyakit.
Selain itu terdapat juga masalah lain seperti klaim khasiat yang berlebihan dari suatu tanaman obat.
Masalah lain yang dihadapi adalah adanya produk obat herbal yang mengandung bahan kimia obat (BKO juga pemberian obat herbal yang belum semua ditangani oleh apoteker.
Surya Wahyudi juga menyoroti tentang ketersediaan lahan dan bahan baku yang kurang memadai untuk pengembangan obat herbal, serta standardisasi mutu, keamanan, dan khasiat yang masih perlu dilakukan secara menyeluruh.
Padahal, terdapat banyak sekali peluang penggunaan obat bahan alam dalam upaya-upaya menjaga kesehatan.
Peluang tersebut seperti penggunaan dalam upaya preventif dan sebagai terapi suportif dalam pengobatan konvensional atau komplementer.
Obat bahan alam juga berpeluang sebagai terapi alternatif untuk penyakit degeneratif dan sindrom metabolik.
Dapat juga digunakan sebagai terapi integratif untuk penyakit kanker, sebagai gaya hidup dan potensi untuk dikembangkan menjadi destinasi ekowisata.
‘’Apa yang dapat dilakukan oleh seorang apoteker dalam meningkatkan potensi tanaman sebagai pengobatan herbal?,’’ tanya apt. Surya Wahyudi.
Surya Wahyudi membagikan pengalamannya dalam mengelola sentra pengobatan herbal.
Ia mengembangkan pengobatan herbal terutama untuk penyakit degeneratif dan sindrom metabolik.
Prinsip manajemen terapi medikasi menggunakan komoditi bahan alam yang dilakukan oleh Surya Wahyudi adalah, pertama, dengan mengumpulkan database pasien melalui wawancara riwayat penyakit dan pengobatan pasien.
Setelah itu dilakukan penilaian atau assessment berdasarkan data penunjang seperti hasil pemeriksaan laboratorium, identifikasi penyakit, penyimpulan penyakit apa yang akan ditangani, penyusunan terap menggunakan bahan herbal, implementasi terapi, dan melakukan monitoring terhadap pasien dengan cara edukasi dan konseling.
Dalam sesi ini juga disampaikan beberapa contoh terapi diabetes dan komplikasi yang menyertainya dengan menggunakan produk herbal, baik yang menggunakan ramuan dengan cara diseduh maupun dengan menggunakan simplisia yang telah diracik menjadi sediaan kapsul.
Sementara dalam kesempatan yang sama, Imelda Ferendia menyampaikan, pengembangan terapi obat herbal di lingkungan farmasi komunitas sangat berpotensi untuk dikembangkan lebih jauh dengan penekanan fungsi apoteker sebagai caregiver atau pemberi layanan yang baik.
Bahkan pengembangan ini dapat digandengkan dengan para akademisi dari universitas untuk meneliti khasiat tanaman obat yang kemudian dapat diracik untuk menjadi suatu terapi yang berdasarkan bukti yang lebih kuat (evidence-based medicine).
Potensi tanaman obat di Indonesia masih sangat besar dan sangat baik untuk dikembangkan lebih lanjut.
Maka, tugas apoteker sebagai garda terdepan dalam pemberian terapi sekaligus penjaminan mutu, kegunaan, dan keamanan produk yang digunakan dalam terapi untuk terlibat dan mengambil kesempatan pngembangan terapi menggunakan obat herbal ini.(apt. Meutia Faradilla, M,Si.)***