MAKASSAR, IAINews – Di seluruh dunia, termasuk Indonesia, prevalensi anemia pada wanita masih sangat tinggi. Apoteker perlu memberikan rekomendasi zat besi pencegah anemia yang lebih praktis dan nyaman, untuk mendukung upaya menurunkan angka anemia di Indonesia.
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Kemenkes RI pada tahun 2023, prevalensi remaja (15-24) tahun yang menderita anemia sebesar 32%, ibu hamil (48%) dan wanita usia subur (15 – 49 tahun) sebesar 31%.
Sementara itu, data tahun yang sama secara global, yang dirilis WHO pada tahun 2024, prevalensi anemia anak usia 6-59 bulan (40%), wanita usia 15-49 tahun (30,7%) dan wanita hamil 15 -49 tahun (35,5%).
Berdasarkan data tersebut WHO mengisyaratkan tahun 2025 bisa terjadi penurunan prevalensi anemia sampai 50%.
Meski ini adalah target global dan bukan proyeksi spesifik prevalensi anemia di Indonesia, namun menunjukkan komitmen untuk menurunkan angka anemia.
’’Oleh karen itu penting bagi kita memilih zat besi sebagai pencegah anemia dengan inovasi yang lebih praktis dan nyaman,’’ ungkap apt. Yuri Pratiwi Utami, S.Farm, M.Si seorang dosen dan praktisi kesehatan dalam webinar yang diselenggarakan, Jumat, 1 Agustus 2025 lalu.
Webinar yang digelar PT Emos Global Digital x Sakatonik Aktiv ini mengambil tema ’Inovasi Sediaan Pencegahan Anemia: Strategi Pemenuhan Zat Besi yang Lebih Praktis dan Nyaman’.
Diikuti oleh 868 apoteker dari seluruh Indonesia webinar juga menghadirkan dr. Muhammad Nafi Rizqi, seorang praktisi Kesehatan.
Pentingnya Zat Besi
Zat besi adalah elemen penting bagi tubuh. Zat ini terutama dibutuhkan dalam hemopoboesis (pembentukan darah) yaitu dalam sintesis hemoglobin (Hb).
Zat besi merupakan salah satu mineral esensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk menjalankan berbagai fungsi vital. Zat ini termasuk dalam kategori micromineral yang sangat berarti bagi tubuh.
Zat besi membawa oksigen ke seluruh tubuh, mendukung produksi energi, menjaga fungsi kekebalan tubuh, mendukung fungsi otak dan kognitif dan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Kategori Zat besi berdasarkan sumbernya
Heme : Zat besi heme (heme iron) biasa dijumpai pada makanan hewani, seperti daging sapi, unggas dan ikan. Zat besi heme mudah diserap oleh tubuh.
Non Heme (nonheme iron): bersumber dari bahan makanan nonhewani atau dari tanaman, seperti sereal, kacang-kacangan dan roti. Zat besi pada makanan fortifikasi dan suplemen juga merupakan zat besi nonheme.
Anemia dan Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah protein dalam sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari biasanya.
Hemoglobin diperlukan untuk membawa oksigen dan jika sel darah merah terlalu sedikit atau abnormal, atau haemoglobin tidak cukup, akan terjadi penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh.
Kondisi ini menyebabkan kelelahan, kelemahan, pusing, dan sesak napas.
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang serius terutama mempengaruhi anak-anak dan wanita hamil. WHO memperkirakan 42% anak di bawah usia 5 tahun dan 40% ibu hamil di seluruh dunia mengalami anemia.
Anemia defisiensi zat besi adalah kondisi di mana tubuh kekurangan zat besi yang cukup untuk memproduksi hemoglobin, yaitu protein dalam sel darah merah yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Mengapa penting? Ketika tubuh kekurangan zat besi, produksi hemoglobin akan menurun. Akibatnya, sel darah merah tidak dapat mengangkut oksigen secara efektif ke jaringan dan organ tubuh.
Hal ini menyebabkan berbagai gejala yang mengganggu kualitas hidup dan jika tidak ditangani dapat berdampak serius pada kesehatan.
Anemia bisa disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
- Asupan zat besi yang tidak cukup: Diet yang kurang mengonsumsi makanan kaya zat besi (daging merah, sayuran hijau gelap, kacang-kacangan).
- Kehilangan darah: Perdarahan kronis (misalnya, menstruasi berat, tukak lambung, polip usus, atau perdarahan internal lainnya yang tidak disadari).
- Peningkatan kebutuhan zat besi: Terutama pada masa pertumbuhan (anak-anak, remaja) dan selama kehamilan, kebutuhan zat besi meningkat drastis.
- Gangguan penyerapan zat besi: Beberapa kondisi medis seperti penyakit celiac atau penyakit radang usus dapat mengganggu kemampuan tubuh menyerap zat besi dari makanan.
Apoteker memiliki peran penting dalam merekomendasikan zat besi dalam pencegahan anemia.
Beberapa hal yang bisa dilakukan apoteker:
- Identifikasi kelompok berisiko : Apoteker perlu proaktif dalam mengidentifikasi individu atau kelompok yang berisiko tinggi.
- Edukasi pencegahan secara komprehensip
- Rekomendasi formula inovatif yang praktis dan nyaman
- Optimasi cara komsumsi
- Pemantauan dan dukungan berkelanjutan.
Apoteker juga perlu menyampaikan edukasi seputar interaksi yang terjadi jika komsumsi makanan/minum.
Teh, kopi, susu, dan kacang-kacangan dapat menghambat penyerapan zat besi karena kandungan senyawa tertentu di dalamnya. Senyawa-senyawa ini dikenal sebagai zat anti-nutrisi yang mengikat zat besi sehingga tubuh sulit menyerapnya.

Tambahkan vitamin C: Konsumsi makanan yang kaya vitamin C (seperti jeruk, stroberi, paprika) bersamaan dengan makanan yang mengandung zat besi non-heme. Vitamin C dapat membantu mengubah zat besi menjadi bentuk yang lebih mudah diserap oleh tubuh.
Pilih sumber zat besi yang tepat: Zat besi heme, yang ditemukan dalam daging merah, unggas, dan ikan, memiliki tingkat penyerapan yang jauh lebih tinggi dan tidak terlalu terpengaruh oleh zat anti-nutrisi dibandingkan zat besi non-heme.
Zat Besi dalam bentuk Ferrazone
Inovasi terbaru dalam produk zat besi adalah Ferrazone. Ferrazone adalah bentuk zat besi yang dikenal sebagai Ferric Sodium EDTA (FeNaEDTA). Ini adalah senyawa besi yang dikelat (chelated), artinya molekul besi terikat pada agen pengelat (EDTA) untuk meningkatkan stabilitas dan penyerapan.
Ferrazone, yang mengandung zat besi dalam bentuk Ferric Sodium EDTA (FeNaEDTA) adalah salah satu jenis suplemen zat besi yang efektif dalam pencegahan dan pengobatan anemia, terutama anemia defisiensi besi.
Mekanisme kerja ferrazone dalam pencegahan dan pengobatan anemia yaitu dengan penyediaan zat besi essensial, bioavailabilitas yang tinggi, efektivitas dengan berbagai kondisi, minim efek samping dan mekanisme kerja dengan penyerapan yang terkontrol.
Sakatonik Activ sebab merupakan suplemen pertama dan satu-satunya gummy tinggi zat besi dan vitamin, tinggi kandungan zat besi ferrazone, tinggi asam folat, dan tinggi vitamin B12. Memiliki cita rasa yang enak, yaitu mixed berries dan praktis dibawah kemana-mana.***