Site icon IAI NEWS

Penanganan Keracunan Makanan

KERACUNAN makanan adalah suatu kondisi sakit akibat penyakit yang dihasilkan dari konsumsi makanan yang tercemar oleh beberapa zat berbahaya.

Zat berbahaya tersebut antara lain seperti patogen bakteri, virus, atau parasit yang mencemari makanan, dan juga kimia atau racun alami seperti jamur.

Secara umum keracunan makanan dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain mengonsumsi makanan yang telah kadaluarsa, makanan mentah, makanan yang mengandung jamur dan lain-lain.

Mikroorganisme ini dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan dengan perantaraan orang yang mengolah makanan atau memang berasal dari makanan itu sendiri akibat pengolahan yang kurang baik.

Pada dasarnya gejala-gejala keracunan makanan merupakan efek dari keracunan makanan itu sendiri.

Dampak keracunan bisa dirasakan secara langsung oleh tubuh, atau terakumulasi dalam tubuh. Gejala atau tanda-tanda keracunan makanan diantaranya yaitu sakit perut, diare, kram perut, mual, muntah, sakit kepala, pusing, demam dan dehidrasi, ciri-ciri keracunan makanan ini berkisar antara ringan hingga parah.

Dampak secara langsung akibat keracunan dapat di rasakan oleh tubuh dan terjadi begitu cepat, dan hal ini membutuhkan penanganan yang cepat pula. Sedangkan dampak yang terakumulasi biasanya baru bisa dirasakan setelah beberapa waktu tergantung seberapa berat kadar zat racunnya.

Cegah Keracunan Makanan

Setidaknya, ada enam langkah dalam mencegah keracunan makanan sebagaimana yang lazim   terjadi dimasyarakatkan, tidak cuma untuk sektor industri / bisnis rumah makan, tapi bisa pula untuk tingkat rumah tangga.

Langkah itu dimulai dari pertama, pemilihan bahan makanan.  Kedua,  penyimpanan makanan mentah. Ketiga,  pengolahan bahan makanan. Keempat, penyimpanan makanan jadi. Kelima, pengangkutan. Keenam,  penyajian.

Semua itu bertujuan menyediakan makanan sehat dan aman dikonsumsi, dengan menekankan pentingnya aspek higiene dan sanitasi.

Biasanya, bahan makanan dibagi menjadi dua jenis: yang tidak mudah rusak dan tahan lama, serta yang mudah rusak. Yang tahan lama biasanya dibeli dalam jumlah besar dan disimpan sebagai persediaan. Sedangkan yang mudah rusak lebih sering dibeli dadakan.

Saat belanja inilah tahap pemilihan bahan makanan mulai dilakukan. Pemilihan bahan akan lebih efektif bila dibeli dalam jumlah terbatas. Khusus untuk makanan mudah rusak, proses seleksi lebih baik dilakukan saat pengolahan. Lalu seleksi makanan yang tidak mudah rusak dilakukan saat penyimpanan. Yang berkondisi tidak baik disingkirkan agar tidak mencemari bahan makanan lain yang berkondisi baik.

Menyimpan bahan makanan yang tidak mudah rusak dan yang mudah rusak juga perlu dibedakan. Yang gampang rusak disimpan di lemari es atau gudang berpendingin. Yang awet cukup ditaruh di gudang biasa atau lemari bahan makanan. Yang penting, tempatnya bebas tikus, menerapkan prinsip FIFO (first in first out), mudah dibersihkan, dan penempatannya dipisahkan dari bahan kimia.

Langkah selanjutnya, pengolahan bahan makanan menjadi makanan siap santap, yang merupakan salah satu titik rawan terjadinya keracunan.

Banyak kasus keracunan terjadi karena tenaga pengolahnya tidak memperhatikan aspek higiene dan sanitasi. Soal sepele seperti kebersihan kuku, pakaian kerja, dan rambut sering diabaikan, padahal bisa berakibat fatal.

Perilaku kurang baik, seperti merokok saat mengolah makanan, tidak mencuci tangan setelah dari kamar kecil, dan tetap mengolah makanan meskipun dalam keadaan sakit memperbesar risiko terjadinya keracunan.

Sesudah diolah, makanan umumnya disimpan lebih dulu, lalu diangkut untuk disajikan. Terjadinya kontaminasi pada tiga tahap terakhir bisa sangat berbahaya, karena makanan sudah dalam keadaan matang atau siap santap.

Pertolongan Pertama

Jika suatu waktu kita mendapati pasien dengan kondisi diduga mengalami keracunan makanan, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menanganinya .

Cara yang pertama adalah dengan minum air putih, dengan minum air putih dapat membantu tubuh untuk mengeluarkan toksin dalam tubuh serta dapat mengurangi rasa mual.

Penderita keracunan sangat dianjurkan untuk mengonsumsi air putih secepat mungkin, air putih dapat meringankan kondisi akibat keracunan serta dapat memberikan tenaga bagi tubuh.

Jika penderita keracunan timbul efek diare maka bisa anda berikan Oralit. Oralit berfungsi menggantikan glukosa, garam, dan mineral penting lain yang hilang akibat muntah dan diare.

Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan madu kepada penderita. Madu mempunyai banyak kandungan zat penting bagi tubuh salah satunya adalah sifat anti bakteri dan anti jamur.

Sifat anti bakteri dan anti jamur yang terkandung dalam madu sangat efektif untuk pengobatan keracunan makanan.

Dengan satu sendok makan madu murni sebanyak tiga kali sehari dapat mengobati sakit perut yang disebabkan keracunan makanan ataupun ganngguan pencernaan.

Alternatif lainnya adalah memberikan ramuan yang diyakini sangat efektif untuk menyembuhkan beberapa penyakit termasuk masalah pencernaan khususnya keracunan makanan.

Rebus setengah sampai 1 sendok makan jahe yang telah diparut bersama satu gelas air dan tambahkan sedikit gula atau madu. Hasil rebusan air jahe tersebut dapat diminum setelah makan siang atau makan malam untuk menghentikan mual dan gejala keracunan makanan lainnya.

Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Caranya sederhananya dengan cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi.

Hanya saja jika penderita dalam keadaan pingsan, langkah yang paling aman adalah membawa segera ke rumah sakit atau dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.***

Exit mobile version