Informasi
Hubungi Redaksi IAINews melalui email : humas@iainews.net
Floating Left Ads
Floating Right Ads
banner 950x90

Pemerintah Berhasil Menurunkan Harga Obat Melalui Program JKN

Apt Noffendri Roestam S.Si
Ketua Umum PP IAI, apt Noffendri Roestam, S.Si
banner 120x600
banner 468x60

JAKARTA, IAINews – Sinyalamen harga obat di Indonesia mahal, seketika terbantahkan dengan melihat keberhasilan pemerintah menurunkan harga obat melalui program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).

Hal itu dikemukakan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (PP IAI), apt Noffendri Roestam, S.Si dihadapan wartawan di Jakarta beberapa waktu lalu.

Iklan ×

Hal itu disampaikan menanggapi pernyataan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, bahwa harga obat di Indonesia lebih mahal dari harga obat di negara tetangga.

Menurut apt Noffendri, sebenarnya pemerintah Indonesia telah berhasil menurunkan harga obat melalui program JKN yang telah diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada 31 Desember 2013 lalu.

Melalui program JKN tersebut, saat ini sebagian besar kebutuhan obat tersedia dengan harga khusus.

Harga Obat JKN ini bahkan sangat murah, 93% dari kebutuhan tablet berada di bawah harga Rp 500,-,.

Sementara 77% dari kebutuhan sirup berada di bawah harga Rp 5.000,- dan 65% dari kebutuhan injeksi berada di bawah harga Rp 2.000,-.

‘’Harga obat dalam program JKN ini sangat sangat murah, bahkan lebih murah dari harga permen,’’ tandas apt Noffendri.

Baca Juga  Pelatihan Preseptor Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Mandala Waluya Sukses Tingkatkan Kompetensi Apoteker di Sulawesi Tenggara

Menurut apt Noffendri, saat ini sebanyak 94,77% masyarakat Indonesia telah menjadi peserta JKN.

Dengan begitu, maka akses masyarakat Indonesia untuk memperoleh obat murah dan berkualitas bahkan gratis sudah terjamin melalui program pemerintah tersebut.

‘’Hal ini terlihat dari data penjualan obat di Indonesia, di mana 81% obat yang beredar dan digunakan di Indonesia adalah obat generik dan obat generik bermerek yang diproduksi oleh industri farmasi PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri),’’ jelas apt Noffendri.

Dengan demikian, harga obat mahal yang disampaikan oleh pemerintah, dalam hal ini Menteri Kesehatan, mewakili tidak lebih dari 10 persen obat yang beredar di Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama, apt Noffendri mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo yang prihatin dengan industry farmasi di Indonesia yang tidak cukup berkembang dengan baik.

Ia kemudian menyandingkan kedua pernyataan tersebut.

‘’Logikanya, kalau memang harga obat di Indonesia mahal, industri farmasi di Indonesia pasti berkembang dengan sangat pesat. Tapi kenyataannya, hingga saat ini jumlah industri farmasi di Indonesia tidak bergerak dari angka sekitar 200 industri farmasi,’’ ujar apt Noffendri.

Baca Juga  Siapkan Diri Mengikuti OSCE, Ini Jadwalnya

Dengan kata lain, industri farmasi di Indonesia justru tertekan dengan harga obat murah yang dicanangkan oleh pemerintah melalui program JKN.

‘’Mengapa industri farmasi mau memproduksi obat dengan harga sangat murah untuk program JKN? Karena pemerintah menjanjikan volume yang sangat besar, sehingga dipastikan industri farmasi  tetap mendapatkan keuntungan,’’ papar apt Noffendri.

Ia memastikan tidak ada subsidi dari pemerintah dalam pengadaan obat-obatan program JKN. Harga obat program JKN murah karena adanya tekanan dari pemerintah.

‘’Artinya pemerintah sebenarnya sukses menurunkan harga obat melalui program JKN ini,’’ tandas apt Noffendri sekali lagi.

Meski harga obat murah, lanjut apt Noffendri, kualitas obat JKN tidak kalah dengan kualitas obat generik bermerk, karena telah melalui standar CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) yang telah ditetapkan oleh BPOM.

Dalam kesempatan itu, menjawab pertanyaan mengenai proses penyembuhan yang lebih lama bila menggunakan obat JKN, apt Noffendri mengatakan, bahwa hal itu wajar.

‘’Obat generik diproduksi dengan menggunakan zat aktif yang sama dengan obat generik  bermerk yang lebih mahal, namun menggunakan bahan tambahan yang berbeda,’’ jelas apt Noffendri.

Baca Juga  Tak Kenal Maka Tak Sayang : POPCA PD IAI Kalimantan Selatan

Berbagai upaya dilakukan oleh industri farmasi agar dapat memproduksi obat generik dengan harga sesuai kesepakatan dengan pemerintah, namun memiliki khasiat yang baik.

Salah satunya dengan menggunakan bahan tambahan dengan grade yang sedikit lebih rendah namun tidak mengurangi efek berkhasiat obat.

‘’Ibaratnya mengendari mobil dari satu tempat ke tempat lain, yang satu menggunakan mobil seharga Rp 300 juta yang satu menggunakan kendaraan seharga Rp 1 miliar misalnya,’’ terang apt Noffendri.

‘’Mobil yang lebih murah tidak mampu mencapai kecepatan seperti mobil mahal, sehingga waktu sampai ke tempat tujuan lebih lama dibandingkan mobil mahal. Namun keduanya bisa dipastikan akan sampai di tempat tujuan tepat sesuai rencana,’’ kata apt Noffendri mangamsalkan.

Dalam kesempatan tersebut, apt Noffendri menghimbau masyarakat untuk mengikuti program JKN agar mendapatkan akses ke pengobatan murah bahkan gratis, dengan kualitas yang tidak kalah dibandingkan obat yang berharga lebih mahal.***

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

banner 950x90