ISU halal kini bukan lagi terbatas pada makanan. Pun obat halal. Pasien Muslim semakin sering menanyakan status halal obat yang mereka konsumsi.
Pertanyaan sederhana seperti, “Obat ini halal atau tidak?” sudah menjadi hal yang wajar terdengar di apotek maupun rumah sakit.
Bagi apoteker, terutama yang non-Muslim, ini menjadi tantangan baru, bagaimana menjawab dengan ilmiah, transparan, dan tetap menghormati keyakinan pasien.
Dialog yang Bangun Kepercayaan
Kisah sehari-hari di apotek menggambarkan peran penting apoteker. Seorang pasien Muslim menanyakan status halal obat tetes mata kloramfenikol.
Apoteker menjelaskan bahwa obat ini bisa diproduksi lewat dua jalur. Pertama, jalur sintesis kimia yang relatif aman dari sisi halal.
Kedua, jalur biosintesis yang menggunakan media fermentasi, berpotensi melibatkan bahan hewani. Karena belum ada sertifikat halal, statusnya masih “abu-abu”.
Dengan komunikasi terbuka, apoteker menawarkan alternatif agar pasien tetap merasa tenang.
Dialog yang mungkin terjadi di apotek
Misalnya ada seorang pasien membawa resep obat tetes mata kloramfenikol, lalu pasien bertanya, “Mas, ini obat halal nggak ya?”.
Lalu apoteker mengambilkan obat sesuai resep dan menjelaskan kepada pasien “Obat ini dibuat lewat biosintesis dan ada kemungkinan menggunakan bahan hewani. Karena belum bersertifikat halal, statusnya belum bisa dipastikan. Kalau Ibu ingin lebih aman, saya bisa bantu cari alternatif yang sudah jelas halal.”
Profesi Apoteker di Era Halal
Ketua PD IAI Sumatera Utara, apt. Drs. Agustama, M.Kes, menegaskan bahwa apoteker adalah penyedia informasi obat yang kredibel.
Dalam masyarakat majemuk, informasi kehalalan obat menjadi krusial. Namun, minimnya sediaan farmasi berlabel halal dan terbatasnya literatur praktis membuat apoteker dituntut memberi penjelasan komprehensif yang dapat dipertanggungjawabkan.
“Peran apoteker bukan menyampaikan doktrin agama, tapi memberikan fakta ilmiah tentang asal-usul bahan baku, proses produksi, hingga titik kritis kehalalan obat. Keputusan akhir tetap ada pada pasien,” ujar apt Agustama.
Ia juga menekankan bahwa jika status obat tidak jelas, apoteker wajib menawarkan alternatif lain yang transparan.
Apoteker kini bukan hanya ahli obat, tetapi juga mitra pasien lintas keyakinan. Jadi, kalau masih ragu, jangan diam saja. Selalu tanyakan kehalalan obat Anda kepada apoteker. Mereka siap membantu menjelaskan dengan jujur, ilmiah, dan penuh empati.***