STUNTING masih jadi pr besar indonesia, kenapa harus peduli dan apa yang bisa kita lakukan? Meski bukan penyakit menular, stunting diam-diam jadi ancaman masa depan bangsa. Yuk, kenali penyebabnya dan peran kita sebagai tenaga kesehatan maupun orang tua.
Kalau bicara soal masalah kesehatan di Indonesia, banyak dari kita langsung terbayang penyakit berat seperti jantung, diabetes, atau mungkin TBC. Tapi tahukah kamu? Ada satu masalah yang dampaknya bisa jauh lebih panjang dan memengaruhi masa depan generasi muda Indonesia: stunting.
Stunting bukan hal baru, tapi sampai tahun 2025, masalah ini masih menghantui banyak daerah di Indonesia, terutama di wilayah pedesaan dan daerah dengan akses kesehatan terbatas. Pemerintah sebenarnya sudah menargetkan angka stunting turun menjadi 14% pada tahun 2024, tapi realitas di lapangan belum semanis itu.
Apa Itu Stunting? Kok Bahaya Banget?
Secara sederhana, stunting adalah kondisi di mana anak tumbuh pendek karena kekurangan gizi kronis, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan, mulai dari masa kehamilan hingga usia dua tahun.
Efeknya nggak berhenti di tinggi badan saja. Anak yang stunting juga lebih berisiko mengalami gangguan kecerdasan, imunitas lemah, hingga berkurangnya produktivitas saat dewasa nanti.
Sebagai apoteker atau tenaga kesehatan, kita tahu betul bahwa stunting bukan sekadar soal makanan, tapi juga soal akses layanan, edukasi, dan pola hidup sehat.
Apa Penyebab Utama Stunting di Indonesia?
Penyebab utama stunting di Indonesia sangat kompleks dan saling berkaitan satu sama lain. Salah satunya adalah kemiskinan, yang membuat banyak keluarga kesulitan memenuhi kebutuhan makanan bergizi bagi anak-anak mereka.
Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan ibu juga berperan besar, terutama kurangnya pemahaman tentang pentingnya asupan nutrisi selama masa kehamilan dan awal kehidupan anak.
Masalah lain yang turut memperparah kondisi ini adalah buruknya sanitasi dan kurangnya akses terhadap air bersih, yang dapat menyebabkan anak lebih rentan terhadap penyakit.
Ditambah lagi, terbatasnya layanan kesehatan, khususnya di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), menghambat deteksi dini dan penanganan stunting secara efektif.
Apa Saja Langkah Pemerintah?
Tenang, masalah ini tidak dibiarkan begitu saja. Pemerintah sudah meluncurkan Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (Stranas Stunting).
Program ini menggabungkan intervensi langsung seperti pemberian makanan tambahan dan suplemen, serta intervensi tidak langsung seperti perbaikan sanitasi dan edukasi gizi.
Selain itu, ada juga penguatan posyandu, pelatihan kader kesehatan, dan pemanfaatan teknologi digital untuk pelaporan data stunting.
Pemerintah daerah juga diberi tanggung jawab lebih besar untuk memastikan program berjalan sampai ke pelosok desa.
Lalu, Apa Peran Kita?
Sebagai apoteker dan tenaga kesehatan, kita punya peran strategis dalam edukasi dan pendampingan masyarakat.
Mulai dari memberikan pemahaman soal pentingnya suplemen ibu hamil, cara baca label nutrisi, hingga pengawasan program imunisasi dan tumbuh kembang anak.
Untuk masyarakat umum, hal kecil seperti menjaga kebersihan lingkungan, mendukung ibu menyusui, dan menyiapkan makanan rumahan yang seimbang gizi juga punya dampak besar.
Ingat, mencegah stunting bukan tugas satu orang atau satu profesi saja, tapi tugas kita bersama.
Menuju Indonesia Sehat 2045
Kalau kita ingin generasi mendatang tumbuh jadi anak-anak yang cerdas, kuat, dan berdaya saing, maka pencegahan stunting harus dimulai sekarang.
Setiap langkah kecil, edukasi, perhatian pada asupan anak, hingga dukungan terhadap layanan kesehatan, akan jadi pondasi besar menuju Indonesia Emas 2045.
Karena mencegah stunting hari ini, adalah investasi untuk masa depan bangsa esok hari.***