UPAYA pelayanan kesehatan hendaknya bukan hanya dapat memperbaiki atau mengobati pasien, namun juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Seorang pasien dapat dikatakan sembuh bukan hanya ketika terbebas dari penyakitnya, tetapi juga dapat merasakan kualitas hidup yang lebih baik.
Oleh karena itu, suatu obat dikatakan lebih efektif jika dapat memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi pasien dibandingkan obat lainnya.
Salah satu aspek yang dinilai dalam Penilaian Teknologi Kesehatan (health technology assessment, HTA) dan diterapkan dalam sistem jaminan kesehatan di banyak negara yaitu evaluasi ekonomi.
Dalam konteks untuk obat, disebut Farmakoekonomi, diterapkan juga di Indonesia.
Melalui Farmakoekonomi, .suatu obat diperbandingkan dengan obat lainnya untuk mendapatkan rasio manfaat atau efektivitas terhadap biayanya yang lebih baik.
Dalam Farmakoekonomi, metode analisis utilitas-biaya (Cost Utility Analysis, CUA) mirip dengan CEA, tetapi outcome-nya dinyatakan dengan utilitas yang terkait dengan peningkatan kualitas hidup atau perubahan kualitas akibat intervensi kesehatan yang dilakukan.
Luaran (outcome) yang terbaik berupa utilitas atau kualitas hidup lebih diutamakan daripada luaran lainnya diperbandingkan dengan biaya obat.
Dalam praktek, CUA hampir selalu digunakan untuk membandingkan alternatif yang memiliki tujuan (objective) sama, seperti membandingkan operasi versus kemoterapi atau membandingkan obat kanker baru versus pencegahan (melalui skrining).
Beberapa istilah yang lazim digunakan dalam CUA, termasuk:
- Utilitas (utility)
Analisis utilitas-biaya (CUA) menyatakan hasil dari intervensi sebagai utilitas atau tingkat kepuasan yang diperoleh pasien setelah mengkonsumsi suatu pelayanan kesehatan, misalnya setelah mendapatkan pengobatan kanker atau penyakit jantung.
Unit utilitas yang digunakan dalam Kajian Farmakoekonomi biasanya adalah quality-adjusted life years (QALY).
- Kualitas hidup (quality of life, QOL)
Kualitas hidup dalam CUA diukur dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan kuantitas (duration of life) dan pendekatan kualitas (quality of life). (Bootman et al., 1996).
Kualitas hidup merupakan sebuah konsep umum yang mencerminkan keadaan yang terkait dengan modifikasi dan peningkatan aspek-aspek kehidupan, yaitu fisik, politik, moral dan lingkungan sosial.
- QALY (quality-adjusted life years)
Quality-adjusted life years (QALY) adalah suatu hasil yang diharapkan dari suatu intervensi kesehatan yang terkait erat dengan besaran kualitas hidup.
Pada QALY, pertambahan usia (dalam tahun) sebagai hasil intervensi disesuaikan nilainya dengan kualitas hidup yang diperoleh (Bootman et al., 1996).
Unit utilitas, termasuk QALY, merupakan sintesis dari berbagai hasil (outcome) fisik yang dibobot menurut preference terhadap masing-masing hasil pengobatan tersebut.
QALY didasarkan pada keyakinan bahwa intervensi kesehatan dapat meningkatkan survival (kuantitas hidup) ataupun kemampuan untuk menikmati hidup (kualitas hidup).
Pada penghitungan besaran utilitas yang paling banyak dipakai ini, dilakukan pembobotan kualitas terhadap setiap tahun pertambahan kuantitas hidup yang dihasilkan suatu intervensi kesehatan.
Dengan demikian, QALY merupakan penggabungan dari kedua elemen tersebut.
Selain CUA, metode lainnya yang digunakan dalam Farmakoekonomi yaitu Analisis Manfaat-Biaya (Cost Benefit Analysis, CBA).
CBA adalah suatu teknik analisis yang diturunkan dari teori ekonomi, di mana menghitung dan membandingkan surplus biaya suatu intervensi kesehatan terhadap manfaatnya.
Untuk itu, baik surplus biaya dan manfaat diekspresikan dalam satuan moneter (misal. Rupiah, US Dollar).
Suatu program kesehatan selalu diperbandingkan dengan beberapa alternatif, baik dengan program/intervensi kesehatan lainnya maupun dengan tidak memberikan program/ intervensi.
Parameter outcome diukur dengan satuan moneter (mata uang), umumnya dengan Kemauan untuk Membayar (Willingness to Pay, WTP).
Dan untuk menghitung surplus biaya program/intervensi, biaya dari program/intervensi dan hal-hal terkaitnya (misal. obat, dokter, rumah sakit, home care, biaya pasien dan keluarga, biaya kehilangan produktivitas, biaya lain karena hilangnya waktu, dll) dikurangi biaya yang serupa dari program/intervensi lainnya.
CBA menggunakan perspektif sosial (masyarakat) dan mencakup seluruh biaya dan manfaat yang relevan.
Namun, perhitungan dari biaya (terutama biaya tidak langsung) yang terkait biasanya diperdebatkan/kontroversial.
CBA jarang digunakan untuk membandingkan obat atau alternatif terapi medis karena pertimbangan etika.
Penilaian kondisi kesehatan menggunakan nilai moneter dan metode yang dipakai untuk hal tersebut seringkali diperdebatkan.
Kesulitan CBA adalah melakukan konversi/menerjemahkan kondisi klinis non-moneter dan outcome kualitas hidup (misal. tahun hidup terselamatkan) menjadi nilai moneter.
Lebih lanjut, metode yang umum digunakan untuk melakukan konversi/ penerjemahan tersebut yaitu Kemauan untuk Membayar (Willingness to Pay, WTP) mengundang perdebatan etika karena condong kepada preferensi kekayaan.
Oleh karenanya, teknik analisis ini tidak umum digunakan dalam perumusan kebijakan kesehatan.(*)
Sumber :
- Bootman J.L, et al, 2005, Principles of Pharmacoeconomics, 3rd ed, Harvey Whitney Books Company : USA
- Drummond, M.F., M.J. Sculpher, G.W. Torrance, B.J. O’Brien, and G.L. Stoddard, 2005. Methods for the Economic Evaluation of Health Care Programmes, 3rd Edition, Oxford University Press, Oxford.
- Kementerian Kesehatan RI, 2013. Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi, Kemenkes RI, Jakarta.
- Rascati, K.L., et al, 2009, Essentials of Pharmacoeconomics, Lippincott Williams & Wilkies, Philadelphia.