Site icon IAI NEWS

Mengenal Lebih Dalam Sejarah Tuberkulosis: Dari Phthisis hingga Penemuan Modern

Mengenal Lebih Dalam Sejarah “Tuberkulosis”

Tuberkulosis, atau yang sering disingkat TBC, adalah penyakit menular serius yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Bakteri ini umumnya menyerang paru-paru, namun tidak jarang dapat menyebar dan memengaruhi bagian tubuh lainnya seperti tulang belakang, ginjal, otak, kelenjar getah bening, bahkan jantung.

Penyakit ini memiliki sejarah yang sangat panjang, bahkan mendahului penemuan bakterinya.

TBC telah ada dan memengaruhi manusia selama ribuan tahun, sehingga sering disebut sebagai “epidemi lama dan berkelanjutan.” Mari kita telusuri garis besar sejarahnya, dari zaman kuno hingga penemuan yang melahirkan namanya.

1. TBC di Zaman Kuno: Jejak Penyakit Misterius di Seluruh Dunia

Jauh sebelum ilmu medis modern ada, TBC telah meninggalkan jejaknya di berbagai peradaban. Bukti keberadaannya ditemukan melalui studi sisa-sisa manusia purba (paleopatologi) dan catatan kuno.

a. Bukti Arkeologis (Paleopatologi)

b. Catatan Tertulis dan Deskripsi Medis Kuno

Pada zaman kuno, meskipun TBC sangat mematikan, pemahaman tentang penyebabnya sangat terbatas. Penyakit ini sering dikaitkan dengan faktor keturunan, lingkungan yang buruk, atau bahkan kutukan.

2. Abad Pertengahan hingga Abad ke-19: Era “Wabah Putih”

Selama berabad-abad, TBC terus menjadi penyebab kematian yang signifikan. Puncaknya terjadi di Eropa dan Amerika pada abad ke-19, di mana TBC diperkirakan menjadi penyebab 25% dari seluruh kematian di Eropa.

Karena gejala yang seringkali membuat penderitanya pucat dan kurus, seolah “dihabiskan” dari dalam, TBC dikenal dengan julukan menakutkan “Wabah Putih” (The White Plague) atau “Konsumsi” (Consumption).

Meskipun sudah dikenal luas, penyebab pasti dan cara penularannya belum dipahami sepenuhnya.

Penanganannya pun terbatas, salah satunya dengan isolasi di sanatorium—fasilitas perawatan di daerah pegunungan yang dianggap memiliki udara lebih bersih. Sanatorium TBC pertama dibuka pada tahun 1859 di Sokołowsko, Polandia.

3. Robert Koch: Penemuan Kunci dan Penamaan “Tuberkulosis”

Titik balik dalam sejarah TBC terjadi pada 24 Maret 1882. Pada hari bersejarah itu, ilmuwan Jerman, Dr. Robert Koch, mengumumkan penemuan terobosannya di Institute of Hygiene, University of Berlin. Ia berhasil mengidentifikasi dan mengisolasi bakteri penyebab TBC.

Mengapa disebut “Tuberkulosis”?
Koch dan ilmuwan lain mengamati bahwa bakteri ini menyebabkan pembentukan tuberkel (dari bahasa Latin tuberculum, yang berarti “benjolan kecil” atau “nodul”) di organ yang terinfeksi, terutama paru-paru.

Tuberkel ini adalah respons kekebalan tubuh yang mencoba mengurung bakteri. Berdasarkan ciri khas patologis inilah, nama “Tuberkulosis” secara resmi diadopsi untuk menggambarkan penyakit ini.

4. Perkembangan Setelah Penemuan Koch: Era Pengobatan Modern

Penemuan Koch membuka jalan bagi pemahaman yang lebih baik tentang diagnosis dan pengobatan TBC. Perkembangan pesat pun terjadi:

Perjuangan Melawan Penyakit Kuno

Tanggal 24 Maret, hari penemuan Koch, kini diperingati sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia untuk meningkatkan kesadaran dan upaya global dalam memberantas penyakit ini.

TBC adalah penyakit kuno yang telah lama menghantui manusia, dan penamaannya sebagai “Tuberkulosis” adalah hasil dari penemuan ilmiah yang mengidentifikasi bakteri penyebabnya serta ciri khas lesi (tuberkel) yang ditimbulkannya.

Perjuangan melawan TBC terus berlanjut hingga hari ini, menuntut inovasi dan komitmen global untuk mengakhiri epidemi yang telah berlangsung ribuan tahun ini.

Exit mobile version