Site icon IAI NEWS

Memutuskan Rantai Penularan Tuberkulosis dengan Penatalaksanaan Penyakit TB

PENATALAKSANAAN penyakit Tuberkulosis (TB) sangat penting untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, memutus rantai penularan, dan mencegah terjadinya resistensi obat.

Literatur yang relevan, termasuk pedoman dari WHO dan Kementerian Kesehatan RI, menekankan beberapa prinsip utama dalam pengobatan TB:

  1. Diagnosis Dini dan Tepat:
  2. Diagnosis TB paru pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu dengan pemeriksaan bakteriologis (mikroskopis BTA, Tes Cepat Molekuler/TCM, atau biakan).
  3. Pemeriksaan uji kepekaan obat universal (DST) juga penting, terutama pada kelompok risiko tinggi dan area dengan kasus TB resistan obat (TB RO) yang tinggi.
  4. Skrining sistematis pada kontak erat dan kelompok risiko tinggi sangat dianjurkan.
  5. Prinsip Pengobatan TB
  6. Panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang Tepat:
  1. Dosis yang Tepat: Dosis OAT harus disesuaikan dengan berat badan pasien untuk memastikan efektivitas obat dan meminimalkan efek samping.
  2. Durasi Pengobatan yang Cukup: Umumnya, pengobatan TB berlangsung 6-8 bulan, dibagi menjadi dua fase:
  1. Keteraturan Minum Obat (Kepatuhan Pasien):
  1. Pengawasan Efek Samping Obat: Penggunaan OAT dapat menimbulkan berbagai efek samping. Penting untuk memonitor efek samping yang mungkin timbul dan segera melaporkannya kepada tenaga kesehatan.
  2. Regimen Pengobatan TB

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tata Laksana Tuberkulosis dari Kementerian Kesehatan RI dan WHO merekomendasikan berbagai regimen pengobatan, tergantung pada kategori pasien dan status resistensi obat. Beberapa contoh regimen standar:

  1. TB Sensitif Obat (Kategori 1):
  1. TB Resistan Obat (TB RO):

Penatalaksanaan TB RO jauh lebih kompleks dan memerlukan paduan obat khusus serta durasi yang lebih panjang (misalnya, 6 bulan, 9 bulan, atau 18-20 bulan) dengan obat lini kedua yang lebih mahal dan memiliki efek samping yang lebih banyak. Contoh paduan yang disebutkan dalam literatur adalah BPaLM, BPaL, atau paduan jangka panjang. Penanganan TB RO juga harus dilakukan di fasilitas kesehatan yang memadai.

  1. Penatalaksanaan Tambahan

Selain pemberian OAT, penatalaksanaan TB juga mencakup:

  1. Edukasi Pasien dan Keluarga:
  1. Upaya Preventif, edukasi pasien dan masyarakat tentang cara mencegah penularan TB, seperti:
  1. Kolaborasi Layanan : Integrasi penanganan TB dengan kondisi medis lain yang relevan (misalnya, TB-HIV, TB-Diabetes Mellitus).
  2. Pemantauan dan Evaluasi:
  3. Pencatatan dan pelaporan kegiatan TB menggunakan Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB).
  4. Pemeriksaan Dahak Ulang: Dilakukan secara berkala (misalnya pada akhir bulan ke-2, bulan ke-5, dan akhir pengobatan) untuk mengevaluasi respons terhadap terapi.
  5. Pemantauan Efek Samping Obat: Petugas kesehatan akan memantau kemungkinan munculnya efek samping OAT, seperti:

Secara keseluruhan, penatalaksanaan TB harus dilakukan secara komprehensif, melibatkan diagnosis yang tepat, pemberian OAT yang sesuai dan teratur, dukungan pasien yang memadai, serta upaya pencegahan untuk memutus rantai penularan. Seluruh pedoman ini terus diperbarui sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan penemuan obat baru.

Kementerian Kesehatan RI secara berkala memperbarui pedoman penatalaksanaan TB, termasuk untuk TB resistan obat, sebagai bagian dari upaya nasional untuk eliminasi TB di Indonesia.***

Exit mobile version