Membangun Personal Branding Apoteker

“Personal Branding Anda adalah cerminan tindakan Anda, bukan niat Anda” -Jason Fried

JIKA mengacu pada ungkapan yang disampaikan Jason Fried di atas maka personal branding apoteker berarti cerminan tindakan apoteker, bukan niat apoteker.

×

Salah satu makna tindakan apoteker di sini bisa kita sebut yakni praktik apoteker. Dengan cara berpraktik, apoteker membangun personal branding-nya.

Apa personal branding? Personal branding adalah proses membentuk persepsi positif masyarakat terhadap diri seseorang, termasuk kepribadian, keahlian, dan nilai-nilai yang dimiliki, untuk tujuan pemasaran atau pencapaian tujuan tertentu.

Ini menjadi cara yang diupayakan untuk menciptakan citra diri yang unik dan menarik di mata orang lain baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

Pertama, membentuk persepsi positif masyarakat terhadap apoteker. Masyarakat berpersepsi tentang apoteker yakni sebagai penyedia informasi obat dan konsultan terkait obat-obatan.

Mereka bisa bertemu langsung apoteker ketika berpraktik di sarana kefarmasian. Bagaimana persepsi masyarakat akan terbentuk jika ketika masyarakat berkunjung ke apotek, ternyata apotekernya tidak ada di tempat atau tidak berpraktik?

Masyarakat sebagai pasien melihat secara langsung apoteker berpraktik dan memberikan konsultasi obat, sehingga mereka merasakan keberadaan apoteker.

Secara tidak langsung, cara ini membangun personal branding apoteker di tengah-tengah masyarakat.

Personal Branding bagi apoteker tidak hanya mengenai barang (obat-obatan) tetapi juga jasa yang bisa diberikan kepada masyarakat. Persepsi masyarakat yang namanya apoteker pasti berada di apotek untuk berpraktik. Pelayanan kefarmasian hanya bisa diberikan secara langsung melalui praktik kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker.

Kedua, kepribadian apoteker. Ini menjadi titik penentu personal branding apoteker. Kepribadian yang dimiiki apoteker yakni kejujuran, bertanggung jawab, ramah, berhati-hati, dan mampu memberikan informasi yang akurat dan jelas terkait penggunaan obat.

Masyarakat menjadikan kepribadian apoteker sebagai tolak ukur apoteker dalam menjalankan praktik kefarmasian. Bagaimana masyarakat menjadi semakin percaya dan kenal dengan apoteker, jika apoteker tidak memiliki kepribadian tersendiri?

Apoteker berada di pintu terakhir yang akan dijumpai oleh pasien tetapi apoteker menjadi garda terdepan untuk masyarakat dalam memberikan praktik pelayanan kefarmasian.

Masyarakat akan semakin mengenal apoteker dengan kepribadian apoteker yang khas dan unik, sebab sebelum meninggalkan rumah sakit, klinik, puskesmas, dan apotek, apoteker adalah orang yang terakhir mereka temui.

Jadikanlah perjumpaan terakhir tersebut sebagai upaya personal branding dengan memberikan kesan tersendiri bagi pasien dari sanalah mereka semakin merasakan keberadaan apoteker.

Terakhir, keahlian apoteker. “Tanya obat, Tanya Apoteker”, “No Pharmacict, No Service”, “Ingat Obat, Ingat Apoteker”. Ketika berbicara tentang obat-obatan, apotekerlah yang identik dan melekat padanya.

Seorang profesional yang mengerti secara mendalam dan detail mengenai obat-obatan, memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang luas terkait dunia obat-obatan.

Semoga dengan personal branding apoteker, semakin menciptakan sosok apoteker yang unik, menarik, khas, dan keberadaannya semakin dirasakan kebermanfaatan di masyarakat secara luas.***