PADA tahun 2024, terdapat beberapa kasus keracunan makanan yang melibatkan siswa sekolah, baik akibat makanan yang disediakan sekolah maupun jajanan yang dibeli anak di sekitar sekolah.
Beberapa kasus melibatkan dugaan keracunan dari makanan gratis yang disediakan sekolah, sementara yang lain terkait dengan jajanan yang dijual di kantin atau sekitar sekolah.
Gejala yang umum dialami siswa meliputi mual, muntah, sakit perut, dan pusing.
Kasus serupa masih berlanjut setidaknya hingga medio tahun 2025 ini. Beberapa kasus dilaporkan terjadi di berbagai daerah di Indonesia, melibatkan siswa dari berbagai tingkatan sekolah, mulai dari SD hingga SMA.
Beberapa laporan menyebutkan adanya ratusan siswa yang menjadi korban keracunan setelah mengonsumsi makanan Program Makan Bergizi Gratis (MBG), meskipun ada juga yang menyebutkan jumlahnya lebih sedikit.
Pemerintah melalui Badan Gizi Nasional (BGN) dan pihak terkait lainnya telah melakukan berbagai upaya untuk menanggapi kasus-kasus keracunan ini, termasuk penyelidikan penyebab keracunan dan memberikan penanganan medis kepada korban.
Kalau makanan yang bersumber dari program pemerintah saja masih terdapat peluang penyebab terjadinya keracunan makanan, bagaimana dengan jajanan yang dibeli di sekitar lingkungan sekolah ? Apa dampaknya pada anak ? Siapa yang menjamin keamanannya ?
Jajanan anak sekolah yang tidak aman bisa menjadi masalah serius karena dapat mengandung bahan berbahaya dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Beberapa jajanan yang perlu diwaspadai antara lain makanan yang mengandung pewarna dan pengawet berbahaya, makanan yang diolah dengan bahan baku tidak sehat, serta makanan yang terkontaminasi bakteri atau kotoran.
Jajanan anak sekolah yang mengandung bahan berbahaya seperti borak, formalin, siklamat, metanil kuning, rodamin B, bakteri air, dan bakteri makanan tentu dapat memicu terjadinya aneka penyakit pada anak.
Ginjal yang bertugas untuk membersihkan darah akan menyaring aneka bahan kimia tersebut. Akhirnya racun dari bahan kimia itu merusak sistem kerja ginjal hingga mengakibatkan terjadinya gagal ginjal.
Selain itu, bahan kimia berbahaya juga bisa menyebabkan sirosis hati (pengerasan hati) dengan lebih cepat.
Demikian halnya penyakit otot kaku, kerusakan jaringan otak, hingga penurunan daya kognitif bisa terjadi pada anak yang gemar mengkonsumsi jajanan mengandung bahan berbahaya secara terus menerus.
Kantin Sekolah Sehat atau Bekal dari Rumah
Ketersediaan pangan yang aman bagi anak usia sekolah adalah hal yang mesti diperhatikan. Maraknya pedagang jajanan sekolah yang tidak memperhatikan aspek kesehatan dan hieginitas jelas merupakan ancaman bagi sang anak.
Meski program MBG sedang berjalan, tapi toh belum berjalan 100% menjangkau seluruh sekolah di Indonesia.
Selain faktor pembiayaan, maraknya kasus keracunan makanan, laporan kualitas menu yang kadang basi dan berulat, membuat program ini belum sepenuhnya dapat diandalkan.
Oleh karena itu, secara mandiri, kebutuhan asupan energi anak selama mengikuti proses pembelajaran di sekolah sebaiknya dipenuhi oleh pihak sekolah, minimal dengan menyediakan fasilitas kantin sekolah yang sehat.
Pihak sekolah dalam hal ini terlibat aktif dalam menyeleksi jenis dan cara penyajian pangan yang disediakan.
Tak kalah penting juga menghidupkan kembali budaya cuci tangan sebelum makan dengan menyediakan washtafel untuk tempat cuci tangan lengkap dengan sabunnya.
Alternatif lainnya yang bisa dilakukan adalah perhatian dari orang tua siswa. Membekali anak ke sekolah dengan makanan merupakan tindakan bijaksana.
Selain mencukupi kebutuhan gizi, bekal makanan merupakan cara menghindari jajanan yang belum tentu sehat.
Orang tua harus senantiasa melakukan kontrol terhadap kebiasaan makan anak terutama bagi anak yang masih di Sekolah Dasar.
Hal ini penting, mengingat usia anak sekolah antara 6-12 tahun adalah masa pertumbuhan, di sisi lain anak belum punya cukup pengetahuan untuk memilih makanan sehat bagi dirinya.
Peran orang tua sangat penting agar tumbuh kembang anak optimal dan si buah hati terhindar dari penyakit akibat makanan yang tidak sehat.
Bekal sekolah juga mendidik anak untuk berlaku tidak boros dan mampu mendekatkan hubungan dengan orang tua. Dengan dibekali, anak merasa lebih diperhatikan dan tertanam nilai-nilai kasih sayang di dalamnya.
Tahun ini, tema Hari Anak Nasional 2025 yang diperingati setiap tanggal 23 Juli adalah “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045 ” dengan tagline Anak Indonesia Bersaudara.
Tema ini menggambarkan komitmen bersama untuk membangun generasi anak yang sehat, cerdas, tangguh, dan berdaya saing sekaligus menanamkan semangat kebersamaan di tengah keragaman bangsa.
Semoga peringatan Hari Anak Nasional tahun ini dapat menjadi momen bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap masa depan anak.
Pasalnya, ada banyak ancaman yang mengintai keselamatan dan derajat kesehatan mereka, salah satunya adalah keterpaparan dari pangan berbahaya.
Semoga, anak anak Indonesia dapat terhindar dari keterpaparan pangan berbahaya, terutama di lingkungan sekolah.
Sekali lagi, kepedulian kita, orang tua, sekolah dan pemerintah terutama adalah kunci kesehatan dan keberhasilan masa depan anak-anak kita.
Kita semua tentu berharap, anak anak tumbuh berkembang menjadi generasi “Indonesia Emas” bukan generasi “Indonesia Cemas”.***