WARNING! Jangan anggap sepele! Genangan air bisa jadi awal mula terkena leptospirosis
Memasuki bulan penghujan menjadi satu waktu yang perlu diwaspadai. Hujan hampir tiap hari dengan durasi tidak tentu menyebabkan banyaknya genangan air.

Genangan air terlihat biasa saja. Namun, pernah tidak terpikir, ada tidak ya urine tikus di air tersebut?
Upst, loh memang kenapa urine tikus?
Perlu diketahui bahwa Leptospirosis adalah penyakit menular akibat terinfeksi bakteri Leptospira. Leptospira persebarannya melalui Mamalia dengan cara mengkolonisasi ginjalnya lalu dilepas melalui urine ke lingkungan, tempatnya bisa bertahan hidup selama berminggu-minggu.
Manusia bisa terinfeksi Leptospira melalui kontak langsung mamalia yang terinfeksi seperti tikus, anjing, sapi, ataupun babi, atau kontak dengan tanah atau air yang terkontaminasi urine hewan terinfeksi.
Namun, dari semua mamalia yang bisa menyebarkan bakteri tersebut, Tikuslah yang memiliki andil paling besar ada di mana-mana, termasuk bisa mengeluarkan urine yang akan ikut mengalir di genangan air hujan ataupun saat kondisi banjir.
Apa yang akan terjadi saat alami Leptospirosis?
Apabila alami Leptospirosis akan terjadi 2 fase yaitu
- Fase leptospiremia (Akut): bakteri akan ada di aliran darah dan bergerak ke organ tubuh sehingga tes darah akan menunjukkan tanda infeksi. Jika terinfeksi akan mengalami gejala demam tinggi, flu, mata merah, sakit kepala, nyeri otot, sakit perut, mual muntah, diare, ruam merah, kulit dan mata menguning secara tiba-tiba. Gejala ini biasanya terjadi dalam waktu 2-14 hari setelah terinfeksi dan berlangsung 3-10 hari. Namun, beberapa orang bisa tidak mengalami gejala sama sekali.
- Fase kekebalan (Tertunda): bakteri sudah berpindah dari aliran darah ke organ dan paling banyak terkonsentrasi di ginjal. Sehingga tes urine akan menunjukkan tanda infeksi. Sebagai pertahanan, tubuh membentuk antibodi untuk melawan Leptospira. Akan tetapi, sejumlah orang akan jatuh sakit parah apabila imunnya tidak mampu melawan Leptospira dengan optimal. Hal ini terjadi akibat Sindrom Weil yang menyebabkan pendarahan internal, kerusakan ginjal, menguningnya kulit dan mata yang parah.
Apakah orang yang terinfeksi bisa menularkan ke orang lain?
Benar sekali, bisa menularkan ke orang lain. Leptospira yang telah menginfeksi ginjal manusia akan ikut keluar melalui urine ke lingkungan. Dengan menyentuh urine terinfeksi/kontaminasi ke tanah yang mengenai mata, hidung, mulut, atau luka menjadi jalan utama bakteri menginfeksi.
Bisakah Bertahan hidup dan Sembuh dari Leptospirosis?
Ya, tentu saja bisa, sebagian besar penderita tidak menimbulkan gejala, bahkan gejalanya sangat ringan yang akan sembuh sendirinya. Hanya sekitar 1% penderita sakit parah akibat Sindrom Weil dan mematikan jika menunda pengobatan. Akan tetapi, jika diobati segera, akan sembuh.
Bagaimana Leptospirosis diobati?
Pengobatan terbaik disesuaikan dengan kondisi individu. Jika gejalanya ringan tidak dibutuhkan rawat inap, namun jika parah perlu rawat inap dan pengobatan intensif.
Berikut pengobatan dan prosedur yang digunakan:
- Antibiotik: Doksisiklin, Amoksisilin, Ampisilin, Penisilin-G, dan Seftriakson jadi lini pengobatan. Namun, perlu reminder jangan menggunakan antibiotik ini secara bebas karena dokter akan meresepkan sesuai tingkat keparahan dan riwayat kesehatan individu.
- Ventilasi Mekanis: jika paru-paru terinfeksi dan sebabkan kesulitan bernapas.
- Plasmaferesis: pertukaran plasma. Dengan prosedur ini, darah diambil menggunakan tabung dan mesin memastikan plasma dari darah menggantinya dengan pengganti plasma. Setelah itu, darah akan dikembalikan ke tubuh melalui tabung lain.
Leptospirosis menjadi tantangan bagi kita semua. Perlunya aware terhadap kesehatan menjadi hal utama. Jika alami gejala Leptospirosis segera konsultasikan ke dokter. Jangan gunakan obat sembarangan sebelum berkonsultasi dengan Dokter ataupun Apoteker.
Sehat dengan cerdas menggunakan obat. Tanya obat, Tanya Apoteker.***