SERANG, IAINews – Rendahnya pengetahuan masyarakat, terutama kader posyandu, mengenai stunting dan cara efektif mencegahnya, mendorong Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Salsabila Serang, Banten, melakukan pelatihan inovasi pangan dengan menciptakan Nulte (Nugget Lele- Tempe).
Program pelatihan yang unik dan inovatif ini merupakan hasil kolaborasi antara tim dosen apoteker dan bidan, serta dibantu mahasiswa farmasi dan kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Salsabila.
Sebuah inovasi pangan baru telah dikembangkan untuk membantu mengatasi masalah stunting di Kelurahan Curug, yaitu Nulte (Nugget Lele-Tempe). Produk ini merupakan hasil pengabdian kepada masyarakat yang berfokus pada formulasi serta analisis gizi, dengan memanfaatkan ikan lele dan tempe sebagai sumber protein tinggi yang mudah diakses.
Kegiatan ini mengembangkan 3 formula Nugget Nulte dengan perbandingan ikan lele dan tempe yang berbeda. Ketiga formula tersebut di uji kandungan gizi produk yang dilakukan di LABKESDA DKI Jakarta.
Hasil analisis gizi makro menunjukkan bahwa Formula 2 memiliki profil gizi terbaik. Kandungan proteinnya mencapai 15,33 gram per 100 gram, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata nugget ayam komersial yang umumnya mengandung sekitar 11 gram protein.
Dosen dan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Salsabila Serang menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat di Kelurahan Curug, Kota Serang, untuk mendukung Program Gerakan Anti Stunting (GASING).
Tujuannya adalah memberdayakan kader Posyandu dalam meningkatkan efektivitas program GASING melalui penyuluhan dan pelatihan pembuatan Makanan Tambahan (PMT) berupa “Nulte” (nugget ikan lele dan tempe).
Pemberian Edukasi dengan Metode CBIA dan Demonstrasi Pembuatan Nulte
Kegiatan ini dipimpin oleh apoteker Dr. apt. Yusransyah, M.Sc, dan didukung oleh tim dari berbagai latar belakang, termasuk dosen farmasi, bidan, serta mahasiswa farmasi dan kebidanan.
Materi edukasi yang disampaikan dengan metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif) mencakup informasi mengenai stunting, kandungan protein pada ikan lele dan tempe, serta prosedur pembuatan nugget Nulte.
Penggunaan metode demonstrasi membuat partisipasi masyarakat menjadi sangat tinggi, di mana mereka tidak hanya menyimak tetapi juga aktif mempraktikkan cara pembuatan Nulte. Nugget yang sudah jadi langsung dibagikan kepada peserta dan mendapat respons positif karena rasanya yang enak.
Hasil dan Dampak Positif
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan kuesioner pre-test dan post-test untuk mengukur peningkatan pengetahuan peserta, khususnya pada kader Posyandu.
Kuesioner yang digunakan terdiri dari 3 bagian, yaitu identitas responden, peningkatan keberdayaan aspek manajemen yang terdiri dari 3 pernyataan dan aspek sosial kemasyarakatan yang terdiri dari 11 pernyataan.
Hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman mereka. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan sebesar 60% pada aspek manajemen dan 55% pada aspek sosial kemasyarakatan.
‘’Peningkatan ini membuktikan bahwa pelatihan berhasil memberdayakan mitra pada aspek manajemen dan aspek sosial kemasyarakatan,’’ ungkap apt Yusransyah.

Gambar 3. Pengisian Kuesioner dan Mencicipi Nugget Nulte oleh Responden
Peserta kegiatan memberikan ulasan positif terkait kegiatan ini.
“Saya sangat senang dan puas dengan kegiatan ini. Kami jadi tahu cara membuat Nugget Nulte yang enak dan bergizi. Kegiatan ini sangat menambah ilmu bagi kami sebagai kader Posyandu,” tutur salah satu kader posyadu kelurahan Curug.
Program ini didukung oleh pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2025.
Inovasi ini membuktikan bahwa dengan kolaborasi lintas profesi dan pemanfaatan kearifan lokal, kita dapat menciptakan solusi yang berdampak besar bagi kesehatan masyarakat.
‘’Mari terus berinovasi untuk masa depan generasi penerus Indonesia yang lebih sehat dan bebas stunting,’’ ajak apt Yusransyah.***