Informasi
Hubungi Redaksi IAINews melalui email : humas@iai.id
Floating Left Ads
Floating Right Ads
banner 950x90

Kloramfenikol: Antibiotik Lama, Pertanyaan Baru, Apakah Obat Ini Halal?

Kloramfenikol
banner 120x600
banner 468x60

TAHUKAH kamu bahwa antibiotik yang pernah menjadi andalan di dunia medis ini kini tengah menjadi perbincangan, bukan hanya soal efek sampingnya, tapi juga status kehalalannya? Kloramfenikol—ya, nama itu mungkin sudah tak asing lagi di kalangan tenaga kesehatan dan pasien.

Pertama kali ditemukan pada tahun 1947 dari bakteri tanah Streptomyces venezuelae, antibiotik ini menjadi terobosan besar dalam pengobatan infeksi bakteri. Namun di balik sejarah gemilangnya, muncul pertanyaan baru yang tak kalah penting: bagaimana status kehalalan kloramfenikol?

Iklan ×

Kloramfenikol

Dulu, kloramfenikol diproduksi melalui proses biosintesis fermentasi—di mana bakteri ditumbuhkan dalam media yang mengandung zat gizi seperti glukosa, pati, ekstrak ragi, atau bahkan pepton dan ekstrak daging.

Baca Juga  Webinar Perdana PC IAI Muaro Jambi Bertema Swamedikasi Penyakit Kulit Sukses Digelar

Nah, di sinilah titik krusialnya: bahan-bahan seperti pepton atau ekstrak daging bisa saja berasal dari hewan yang tidak halal atau tidak disembelih secara syar’i.

Belum lagi risiko penggunaan bahan penolong haram seperti arang tulang dalam pemurnian gliserol atau gula. Jadi, kalau masih menggunakan metode fermentasi ini, perlu diaudit ketat agar status halalnya jelas.

Seiring berkembangnya teknologi, produksi kloramfenikol beralih sepenuhnya ke jalur sintesis kimia.

Metode ini lebih efisien, lebih bersih, dan kabar baiknya lebih mudah diawasi kehalalannya.

Bahan bakunya seperti benzaldehida dan nitrometan berasal dari senyawa kimia non-hewani atau petrokimia, sehingga risiko keharamannya relatif rendah.

Tapi tetap ada hal yang perlu dicermati, misalnya pelarut organik atau enzim yang digunakan dalam proses sintesis, apakah bebas dari alkohol khamar? Apakah enzimnya diproduksi dari mikroba yang ditumbuhkan di media bersih dan halal?

Baca Juga  HIASKOS PD IAI SULSEL, Dinkes Wajo, dan BBPOM Makassar Bersinergi: Edukasi Cerdas Pilih Kosmetik Aman dan Tepat

Menariknya, isu ini tidak hanya penting untuk umat Muslim. Pasien vegan, vegetarian, penganut agama Hindu, dan lainnya juga punya perhatian serupa soal bahan-bahan turunan hewan.

Mereka ingin tahu, misalnya, apakah ada gelatin dalam kapsul atau laktosa dalam eksipien. Jadi, pertanyaan “apa isi obat saya?” menjadi semakin relevan bagi banyak orang.

Di sinilah apoteker memegang peran kunci. Dengan latar belakang keilmuan yang kuat, apoteker bisa menjelaskan dari mana asal bahan aktif obat, bagaimana proses pembuatannya, dan apa saja bahan tambahannya.

Bukan sekadar opini pribadi, melainkan penjelasan ilmiah berdasarkan data dan regulasi halal dari lembaga resmi seperti BPJPH dan SNI.

Terlepas dari keyakinan pribadi seorang apoteker, informasi tentang kehalalan obat harus tetap netral, berbasis sains, dan disampaikan dengan empati.

Baca Juga  Pentingnya Penguasaan Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Efektif Di Dunia Farmasi

Pasien berhak tahu dan merasa yakin bahwa apa yang mereka konsumsi sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut.

Jadi, lain kali kamu menerima resep dari dokter, jangan ragu untuk bertanya kepada apotekermu: dari mana asal obat ini? Prosesnya seperti apa? Halal nggak, ya? Karena kenyamanan batin juga bagian dari kesembuhan.***

 

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

banner 950x90